28 C
Medan
Thursday, December 25, 2025
Home Blog Page 14584

DPR Tersinggung Delapan Menteri

Tak Hadir dalam Pembahasan RUU BPJS

Rapat pembahasan RUU badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) kembali tertunda. Lagi-lagi, penyebabnya adalah pemerintah absen menghadiri rapat. Kali ini yang menjadi alasannya adalah menunggu proses reshuffle selesai terlebih dahulu.

Rencananya, rapat kerja yang awalnya diagendakan dihadiri delapan menteri itu dilaksanakan pada Jumat (14/10). Namun, secara mendadak, pihak pemerintah membatalkannya. Tak ada seorang pun menteri yang hadir.
“Jelas, kami tak bisa terima membatalkan rapat mendadak seperti ini, apalagi hanya melalui telepon,” sesal anggota Pansus RUU BPJS Rieke Diah Pitaloka di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat lalu.
Menurut Rieke, selain proses reshuffle belum selesai, alasan pembatalan adalah beberapa menteri sedang ke luar kota dan luar negeri.

Politikus PDIP tersebut menyatakan, alasan yang disampaikan pemerintah itu telah menyinggung perasaan sejumlah anggota pansus. “Terus terang kami kecewa dengan kejadian ini,” tandas Rieke.

Dikonfirmasi terpisah, Ketua Pansus RUU BPJS Nizar Shihab membenarkan bahwa dirinya sebelumnya telah dihubungi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappanes Armida Alisjahbana serta Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar terkait dengan pembatalan raker tersebut. “Alasannya, menteri-menteri belum boleh mengambil kebijakan (oleh presiden),” ujar Nizar.

Rabu lalu (12/10) presiden memang mengeluarkan instruksi kepada menteri-menteri untuk tidak mengambil kebijakan strategis dalam waktu dekat. Itu terkait dengan proses kocok ulang kabinet yang kini sedang berjalan.
Namun demikian, anggota pansus lainnya, Okky Asokawati, memiliki pandangan berbeda. Menurut dia, para menteri sudah salah tafsir jika menggunakan alasan instruksi presiden sehingga absen di raker RUU BPJS. “Instruksi presiden itu tidak untuk pembahasan RUU dan RAPBN, keduanya harus tetap jalan, mereka seharusnya tidak memakai alasan ini,” sesal Okky.

Mangkirnya pihak pemerintah dalam pembahasan RUU BPJS sebenarnya tidak hanya terjadi kali ini. Beberapa kali mereka absen atau batal mengikuti rapat. Terakhir, Rabu lalu (12/10) menteri keuangan mangkir. (dyn/c10/agm/jpnn)

11 Tokoh Gereja Raih Doktor Theologi

Inaugurasi Doktoral Universitas of Jerusalem dan Wisuda Sarjana Theologia STT Misi’ William Carey

Universitas of Jerusalem menobatkan sekitar 11 tokoh gereja di Sumut menjadi Doktor Theology dan Ministry bersama STT Misi’ William Carey Medan masing-masing mewisuda 7 Sarjana Theologia di Restoran Avia Samudera Jalan Padang Golf No 1 Medan Polonia pada hari Senin (10/10).

Acara ini diawali dengan ibadah oleh Pdt Derisna Hutagalung, STh dan dipadu oleh Ir PM Ompusunggu MPd. Doa pembukaan oleh Pdt David Mariepan M Min dan renungan disampaikan hamba Tuhan dari India, Rev Prof Dr Albert Jayasingh PhD yang juga President of Universitas of Jerusalem.

Dalam acara wisuda lagu Indonesia Raya dipimpin Ernita Bali dan sidang terbuka dipimpin oleh Ketua STT Misi’ William Carey Medan Drs VM Siringo-ringo MTh DTh yang sekaligus melantik ketujuh para wisudawan menjadi Sarjana Theologia. Selanjutnya masing-masing tokoh membacakan disertasi dan inaugurasi Doktoral Rev Prof Dr Albert Jayasingh PhD.
Selain itu doa penyerahan dan pengutusan oleh dosen-dosen STT Misi’ William Carey yang doanya dipimpin oleh Gembala Sidang Gereja Elim Kristen Indonesia (GEKI) : Pdt David Mariepan, M.Min. Dan kata sambutan masing-masing disampaikan mewakili wisudawan oleh Wenny Apriyana Waruwu, STh dan Rev Dr Robert Benedictus, MA. Dalam kesempatan ini Rev Dr Robert Benedictus dari GSJA CWS mengaku bersyukur diberikan kesempatan untuk meraih gelar Doctor of Theology dan memiliki misi untuk memanfaatkannya untuk kemajuan pelayanan pada masa mendatang.

Kata sambutan dari  Ketua Yayasan STT “Misi” William Carey, Pdt Octavianus Nathanael BTh M Min. Dalam sambutannya putra almarhum Rev DR Nathanael Mariepan STh MA ini mengatakan merasa terhormat secara institusi dapat menobatkan sekitar 11 tokoh gereja di Sumut menjadi Doktor Theology dan Ministry. Sekaligus melantik tujuh mahasiswa STT Misi’ William Carey Medan menjadi Sarjana Theologia. “Ini merupakan impian dan cita-cita almarhum bapak Rev DR Nathanael Mariepan STh MA agar para tokoh gereja di Sumut dan tanah air memperoleh gelar doktor untuk kemajuan pelayanan,” ujarnya.

Sementara itu mewakili orang tua wisudawan oleh Herman Zalukhu dan Ketua STT  Misi’ William Carey Medan Drs VM Siringo-ringo, MTh DTh. Mewakili undangan oleh Ketua Sumatera Berdoa JA Ferdinandus dan Bimas Kristen Sumut, Hasudungan Simatupang MTh.

Acara ini dihadiri ratusan undangan yang berasal dari keluarga wisudawan dan para Hamba Tuhan dari lintas denominasi gereja. Hadir Ketua Sumatera Berdoa JA Ferdinandus, Sekretarisnya Wati Simamora SSos dan Bendehara Pdt Lucas Timotius bersama tokoh muda Binsar Simatupang SE MM dan Ketua PGPI Kota Medan Pdt Samuel Ghozaly.
Tokoh gereja yang dinobatkan menjadi Doktor Theology dan Ministry masing-masing Pdt DY Surbakti—Doctor of Theology dari GPdI, Pdt Paul Wakkary—Doctor of Ministry dari GPdI, Pdt Robert Benedictus—Doctor of Theology dari GSJA CWS, Pdt Domianus— Doctor of Ministry dari GIKI, Pdt SM Panggabean— Doctor of Ministry dari GPDI, Pdt SM Tampubolon— Doctor of Ministry dari GPDI, Pdt Pilipus Purba— Doctor of Ministry dari GKJB, Pdt Chandradinata— Doctor of Ministry dari GPPS Jemaat Aceh, Pdt Samson Ho— Doctor of Ministry dari GBI, Pdt Baginda Nainggolan— Doctor of Ministry dari GTD dan Pdt Elia Ginting Suka— Doctor of Ministry dari Yayasan Amanat Agung Medan.

Sementara itu tokoh muda Binsar Simatupang, SE, MM mengatakan turut bangga karena tokoh gereja di Sumut dinobatkan menjadi Doktor oleh Universitas of Jerusalem termasuk Pdt Paul Wakkary—Doctor of Ministry dan Pdt DY Surbakti—Doctor of Theology yang masing-masing Hamba Tuhan dari GPdI. Dinobatkannya tokoh gereja tersebut merupakan spirit bagi kaum muda untuk semakin semangat dalam pelayanan. “Kita bangga dan termotivasi dalam usia yang tidak lagi muda tokoh gereja tersebut masih menyempatkan diri untuk mengikuti pendidikan dan menulis disertasi untuk meraih gelar Doktor, urai Wakil Ketua DPD GAMKI Sumut yang katanya akan berupaya meneladani kegigihan tokoh tersebut.

Selain itu STT Misi’ William Carey Medan juga membuka Program Pasca Sarjana atau S-2 dengan Magister Teologi, Master Divinity dan Master Misiologi bekerjasama dengan St Joseph University, India menggelar perkuliahan perdana yang akan dibimbing langsung oleh Rev Dr Amos Jayarathnam dari Singapura pada 18-22 Oktober mendatang di kampus STT “Misi” William Carey di Medan. Selain itu STT “Misi” William Carey juga membuka pogram S-1 Teologia Kependetaan dimana perkuliahan semester ganjilnya telah dimulai namun masih terbuka kesempatan untuk mendaftar secara gratis.

Tempa Misionaris

Sekolah Tinggi Theologia ‘Misi’ William Carey Medan berhasil mendukung pelayanan Universitas of Jerusalem, India dalam memperlengkapi mahasiswanya menjadi misionaris dan pengkotbah yang andal dan alkitabiah dalam menjalankan amanat agung Yesus Kristus. Angkatan pertama untuk gelar Doktor akan mewisuda sekitar 11 Tokoh Gereja di Sumut bersama 7 Sarjana Theologia di Restoran Avia Samudera Jalan Padang Golf No 1 Medan Polonia pada hari Senin (10/10).

Ketua Yayasan STT “Misi” William Carey, Pdt Octavianus Nathanael BTh M Min, Program Pasca Sarjana atau S-2 dengan Magister Teologi, Master Divinity dan Master Misiologi bekerjasama dengan St Joseph University, India akan membuka perkuliahan perdana yang akan dibimbing langsung oleh Rev Dr Amos Jayarathnam dari Singapura pada 18-22 Oktober mendatang di kampus STT “Misi” William Carey di Medan. Selain itu STT “Misi” William Carey juga membuka pogram S-1 Teologia Kependetaan dimana perkuliahan semester ganjilnya telah dimulai namun masih terbuka kesempatan untuk mendaftar secara gratis. (rahel sukatendel)

Tidak Pernah Absen ke Gereja Selama 75 Tahun

Seorang nenek mendapat penghargaan karena selama 75 tahun tidak pernah melewatkan ibadah di gereja. June Harrison, wanita berusia 80 tahun ini pernah merasa menyesal karena melewatkan sekolah minggu ketika usia 3 tahun. Saat itu ia diajak ibunya pergi ke pertemuan keluarga, dan menangis seharian karena menyesalinya.

“Ibu saya bercerita bahwa saya menangis seharian karena tidak pergi sekolah minggu,” demikian tutur nenek June. “Setelah hari minggu itu, ibu saya mengatakan pada dirinya sendiri bahwa tidak akan pernah melewatkan untuk mengantarkan saya ke sekolah minggu.”

Kebiasaannya untuk selalu ke gereja itu terus terbangun hingga ia dewasa, baginya tidak pergi ke gereja di hari minggu sama seperti tidak pergi kerja di hari senin. Atas kesetiaannya ini, Community Southern Babtist Church di kota Clay memberikan sebuah penghargaan atas rekor tanpa absent ke gereja yang dibuat June. Sekalipun demikian, ia mengembalikan pujian tersebut kepada Tuhan.

“Tuhan begitu baik. Saya begitu diberkati dengan kesehatan selama hidup saya,” ungkap June yang bercerita bahwa ia tidak terjangkiti cacar sekalipun lima saudara laki-laki dan adik perempuannya semuanya mengalami penyakit tersebut. “Saya tidak menginginkan pujian bagi diri sendiri. Ini semua adalah berkat Tuhan untuk saya.”

Bagi June Harrison motivasi utamanya untuk setia ke gereja selama 75 tahun adalah pengorbanan Kristus di kayu salib. Pergi ke gereja hanyalah sebuah tindakan kecil untuk melayani Tuhan. Keteladanan June atas kesetiaannya ke gereja mengingatkan bahwa ketika datang beribadah bukanlah untuk menyenangkan diri kita, namun untuk menyenangkan hati Tuhan, untuk melayani dan menyembah Tuhan. Selain itu setia beribadah mengandung sebuah janji, bahwa Tuhan akan membuat perbedaan antara orang yang beribadah dan tidak beribadah (Maleakhi 3:18). (bpnews/jc)

Outbound Kian Disukai Perusahaan

Dewasa ini outbound kian digemari. Sarana melatih bermain kekompakan ini di tengah alam bebas ini juga kian tumbuh subur di Kota Medan maupun di luar Kota Medan.

Kegiatan outbound, awalnya diciptakan untuk anak. Tetapi seiring berjalannya waktu, kegiatan yang biasanya memakan waktu seharian ini mulai disenangi oleh orang dewasa, baik pria maupun wanita.

Jadi tidak heran, untuk gathering atau kumpul dengan rekan kerja, outbond selalu menjadi pilihan. Hampir setiap tempat pariwisata, seperti di hotel, restoran, dan lainnya. “Kalau tempat outbound selalu kita pilih yang luas dan dekat dengan alam, biar lebih leluasa dalam melakukan outbound. Outboun memang selalu disukai perusahaan,” ujar Boy, salah satu instruktur outbond di Taman Simalem Resort Kabupaten Karo.

Menurutnya, setahun terakhir ini, kegiatan ini terus bertambah peminatnya. Dalam sebulan, setiap Sabtu dan Minggu, sebanyak 8 kali, Boy mengisi kegiatan outbond. “Paling sering ya perusahaan, baik swasta maupun BUMN, biasanya setiap sabtu dan minggu,” ujarnya.

Selain di Simalem Resort, Boy juga menjadi instruktur di berbagai tempat yang menyediakan fasilitas untuk outbond, seperti di Restoran Kenanga Medan, Hotel Sibayak Brastagi, Hotel Sinabung Brastagi dan lainnya. “Mulai dari jauh dan dekat dari Medan kita siapkan, selain itu berbagai paket juga disediakan,” tambah Boy.

Sementara itu, pemilihan kegiatan outbond sebagai acara kumpul dengan teman kantor dianggap lebih effektif dibandingakan dengan kegiatan lain, karena kegiatan dalam outbound dapat membangun rasa saling memahami. “Kalau ngumpul hanya dengan bakar-bakar itu sudah biasa, tetapi kalau dengan outbound, sekalin ngumpul, belajar dan olah raga,” ujar Yosephine, pegawai Perusahaan Gas Negara Pusat.

Selain untuk bermain dan belajar, outbound yang dianggap sebagai ajang ngumpul juga dianggap sebagai salah satu cara untuk melihat kepribadian sebenanrnya, apakah kita orang sudah puas dengan diri kita, atau orang yang mau mendapatkan lebih, atau orang yang cuek dan lainnya.

Berbagai kegiatan outbound selalu menggabungkan sikap yang optimis, baik bagi para peserta maupun instruktur. Dengan berbagai kegiatan tersebut, diharapkan nantinya sikap kebersamaan, percaya diri, dan kerja sama tim akan terbangun dan terbentuk.

Dan dalam perjalanan saat melakukan kegiatan outbound nantinya, akan terlihat dengan sendirinya siapa yang memiliki jiwa pemimpin, cuek, cerewet dan lainnya. “Inilah kelebihan dari outbound, semua sikap yang tidak kita sadari akan timbul, karena kita memberikan perumpamaan kompetisi dalam hidup,” tambah Boy.

Hasil dari outbound juga diakui oleh Yosephine, tanpa disadarinya bahwa dirinya yang sangat optimis ternyata memiliki sikap cuek yang sangat tinggi. “Aku tidak sangka, ternyata aku sangat cuek,” ujar nya sambil tertawa.
Kegiatan dalam outbond, selain permainan santai juga ada yang ektrim, seperti Flying Fox, panjat tebing, dan lainnya. Sedangkan untuk permainan santai lebih mengutamakan kekompakan antar tim. “Outbond selalu dilakukan dalam tim, hal ini untuk membangun kerjasama tim,” tambah Boy.

Sedangkan untuk melatih otak, biasanya ada permainan tebak jalur, traffic jam, angkat air, dan lainnya. “Hal ini juga untuk membangun kerjasama, hanya saja nantinya dalam permainan ini, sikap individu akan lebih terlihat dan ketahuan,” sebut Boy.

Dalam permainan Traffic Jam, satu kelompok akan berada dalam satu baris, dengan kotak yang menentukan posisi mereka. Nantinya, setiap anggota kelompok akan mengisi kotak yang kosong, tetapi dnegan satu syarat tidak boleh jam. Dan dalam menyelesaikan permainan ini, pemain tidak boleh mengeluarkan suara sedikitpun. “Ini untuk melatih kesabaran,” tamabah Boy.

Sedangkan dalam permainan tebak jalur, akan memperlihatkan sikap asli peserta. “Permaianan tebak jalur, tiap anggota tidak boleh berkomunikasi dalam keadaan apapun. Jadi akan terlihat siapa yang rewel, tukang ngeluh dan lainnya,” tambah Boy.

Outbound sendiri merupakan program pelatihan anak buah kapal salah satu pelayaran di Inggris. Pelatihan tidak hanya dilakukan di laut, tetapi juga petualangan didarat selama 26 hari. Karena istilah kegiatan ini sudah di patenkan (Outward Bound), tapi kini dikenal dengan outbound. (juli rambe)

 

Choky Sitohang, tak Lalai Perhatikan Keluarga

Aktor sekaligus presenter, Choky Sitohang tak hentinya memberikan perhatian dan kasih sayang terhadap, terutama saat pria yng juga sebagai aktor ini memiliki anak. Perannya sebagai kepala keluarga dijalaninya dengan baik. Dia menjadi pahlawan di mata keluarganya. Dia mampu membagi waktunya antara pekerjaan dengan keluarga dan hal ini penting artinya.

Pria berdarah Batak yang lahir 10 Juli 1982 ini mengaku selalu meluangkan waktu untuk keluarga di tengah padatnya jadwal pekerjaan. “Sekalipun saya menghabiskan waktu 12 jam sehari, saya selalu menyempatkan untuk mengupdate komunikasi. Saya lebih banyak, menghabiskan waktu bareng Abigail dan istri saya. Banyak bermain dengan dia, banyak menyenangkan dia. Banyak memberikan waktu agar dia diperhatikan,” ungkap Choky saat ditemui di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan.

“Saya membantu istri mengganti popok, menyiapkan barang. Bahkan saat liburan pertama ke Bali dan kami ke Lampung, saya bawa barang-barangnya, karena asisten kami lagi libur juga,” papar Choky. Choky menambahkan, kehadiran Abigail, putri pertamanya itu semakin melengkapi kebahagiaan keluarga. Dia tidak pernah bisa lama-lama berjauhan dari sang anak yang kini tengah lucu-lucunya di usia tujuh bulan itu.

Tentunya menjadi seorang ayah benar-benar dihayati Choky dengan baik. Peranan kepala keluarga pun dilakukannya dengan baik. Tentunya kepala keluarga adalah faktor penting apakah keluarga mereka takut akan Tuhan atau tidak. Kita berdoa Choky dan keluarganya dapat menjadi terang Tuhan dan menyebarkan kasih Tuhan dimanapun mereka berada, begitu juga dengan keluarga-keluarga Kristen yang ada di Indonesia.(ic/jc)

Paus Serukan Persatuan di Mesir

Paus Benediktus XVI menyerukan agar Mesir melawan upaya adu domba umat Kristen dengan Muslim. Seruan ini diucapkan Rabu (12/10) waktu setempat, setelah puluhan orang, yang kebanyakan merupakan warga Koptik, tewas dalam bentrok di Kairo. Paus pun mempergunakan kesempatan itu untuk menyatakan kesedihannya atas kekerasan yang melukai lebih dari 300 orang tersebut.

Sri Paus menyerukan persatuan bangsa sehari setelah wakil perdana menteri Mesir mundur setelah bentrok itu, yang memicu gelombang kemarahan pada tentara berkuasa dan seruan turun bagi perdana menteri. Ia menyatakan berbagi rasa sakit dengan seluruh rakyat Mesir yang dipecah dalam upaya untuk menghancurkan kedamaian antara Muslim dan umat Koptik di sana. Paus juga menambahkan bahwa penting untuk menjaga kedamaian dalam tahap peralihan itu.
Catatan Vatikan menunjukkan sekitar 165.000 warga Katolik Koptik tinggal di Mesir tahun 2010. Warga Katolik Koptik tersebutlah yang membentuk bagian dari ritus timur gereja itu, dengan dipimpin oleh Antonius Naguib, yang ditahbiskan kardinal oleh Paus pada November lalu.

Rakyat Indonesia yang juga terdiri dari berbagai agama dan kepercayaan ini harus belajar dari Mesir. Kita harus waspada atas adu domba yang dilakukan pihak-pihak tertentu untuk memecah belah persatuan dan kesatuan yang telah kita jaga. Ingat, musuh kita bukanlah manusia tapi penguasa-penguasa di udara. Mari kita sebarkan kasih Tuhan sehingga kedamaian dapat lebih terjaga lagi. (ro/jc)

Wanita Harus Punya Sikap

Seorang wanita itu harus punya sikap tapi juga tak lupa untuk menjaga dirinya dalam bersikap. Begitulah kata Sri Wahyuni, Manager Eksternal Relationship PGN Pusat. “Dalam segala aspek kehidupan, wanita itu harus punya sikap, tapi jangan lupa untuk menjaga sikap,” ujar wanita kelahiran Kediri, 14 November 1965 silam ini.

Begitu juga dalam mencapai tujuan cita-cita, lanjutnya, wanita jangan sampai kalah dengan pria. Makanya wanita sangat perlu mengambil sikap untuk meraih mimpi yang diwujudkan dalam dunia nyata. “Aku selalu punya sikap dalam meraih mimpi. Walau terlahir dari keluarga sederhana, tapi aku bertekad belajar dengan baik demi mendapatkan beasiswa kala itu. Alhamdulillah, sikapku untuk memutuskan belajar dengan baik membuatku mendapat beasiswa di bangku kuliah,” ujarnya mengenang.

Padahal, kata dia, ketika dirinya duduk di bangku SMA tidak pernah terpikir untuk kuliah karena tidak mempunyai biaya. “Tapi saya bertekad dengan mengandalkan otak agar saya bisa kuliah. Tuhan baik sama saya hingga akhirnya saya mendapat beasiswa kuliah,” ujarnya.

Berkeinginan dan mengambil sikap untuk maju, memang sudah ditanamkan dalam benaknya. Meski saat masih berkuliah dulu ia tinggal bersama sang tante karena ibunda meninggal dunia, tapi tak membuatnya putus asa. “Waktu itu, untuk menyambung hidup saya mencari uang dengan bekerja sebagai guru les private. Saya mengajar anak-anak di sekitar tempat tinggal saya. Setidaknya dengan upah yang saya dapat, saya bisa mandiri waktu itu,” kata Yuni bercerita.

Masih cerita wanita yang akrab disapa Yuni ini, saat Kuliah Kerja Nyata (KKN), ia mengambil tempat di Perusahaan Ngas Negara (PGN). Nah saat sedang KKN dan menyusun skripsi, kebetulan PGN membuka lowongan kerja. “Dengan semangat saya menjatuhkan lamaran. Alhamdulillah saya diterima di PNG hingga sampai saat ini,” kata Yuni.
Itu cerita Yuni dulu. Sekarang dirinya sudah menikah dan memiliki dua anak, Amalia Zhafira Fildzah dan Nito Fathur Rahman.  Selama menjalani perkawinannya, Yuni selalu mencoba memahami segala aspek dan sisi dalam pernikahannya.

Meski ia tahu betul dan menyadari kekurangannya sebagai wanita karir yang bersuami dan memiliki anak, harus menerima konsekuensi untuk bisa membagi waktu antara pekerjaan dan keluarganya. “Suami maunya saya bekerja, bahkan suami lebih suka melihat saya bekerja dari pada di rumah saja. Alasan suami saya, kalau memiliki istri yang bekerja berbeda dengan istri rumahan, kalau istri bekerja lebih mudah diajak berkomunikasi,” akunya.

Untuk itu, demi keluarga dan buah hatinya, ia selalu meluangkan waktu di hari Sabtu, Minggu maupun hari libur lainnya. Meski tak punya banyak waktu, namun suaminya mengajarkannya untuk tidak menjadikannya beban. “Sebaliknya, suami mengajarkan bahwa menjadi seorang wanita, istri, dan ibu harus pintar. Semua hal dalam hidup harus menjadi prioritas. Pekerjaan, suami, dan anak-anak menjadi tujuan hidup saya,” bilangnya.

Untuk persoalan penampilan, Yuni juga memiliki sikap. Baginya, sebagai Manajer Hubungan Ekternal PNG, menjaga penampilan sangat penting. Hal ini karena ia selalu keluar dari kantor untuk menemui klien dan menghadapi masyarakat.

“Penampilan penting. Tapi tak perlu norak. Bagi saya menjaga penampilan itu dengan menjaga kebersihan dan kerapian penampilan. Sebab, kalau kita bersih dan rapi, akan memancarkan aura wanita yang elegan,” pungkasnya. (juli ramadhani rambe)

3 Dampak Buruk Pernikahan Dini

Pernikahan dini melanggar hak anak, terutama anak perempuan. Anak perempuan, sebagai pihak yang paling rentan menjadi korban dalam kasus pernikahan dini, juga mengalami sejumlah dampak buruk.
Plan Indonesia, organisasi kemanusiaan yang fokus pada perlindungan dan pemberdayaan anak, menyampaikan hasil temuannya mengenai pernikahan dini. Plan mencatat, 33,5 persen anak usia 13-18 tahun pernah menikah, dan rata-rata mereka menikah pada usia 15-16 tahun.

Penelitian ini dilakukan di delapan kabupaten di seluruh Indonesia selama Januari-April 2011. Wilayah penelitian mencakup Kabupaten Indramayu (Jawa Barat); Grobogan dan Rembang (Jawa Tengah); Tabanan (Bali); Dompu (NTB); serta Timor Tengah Selatan, Sikka, dan Lembata (NTT).

“Walaupun tidak mewakili seluruh populasi di Indonesia, temuan ini bisa menjadi gambaran kasus pernikahan dini secara umum di Tanah Air. Apalagi data ini tak jauh berbeda dengan temuan Bappenas tahun 2008 bahwa 34,5 persen dari 2.049.000 perkawinan tahun 2008 adalah perkawinan anak,” ujar Bekti Andari, Gender Specialist Plan Indonesia, dalam siaran persnya.

Studi ini menunjukkan lima faktor yang memengaruhi perkawinan anak, yaitu perilaku seksual dan kehamilan tidak dikehendaki, tradisi atau budaya, rendahnya pengetahuan kesehatan reproduksi dan tingkat pendidikan orangtua, faktor sosio-ekonomi dan geografis, serta lemahnya penegakan hukum.

Adapaun dampak pernikahan dini bagi anak perempuan:

1. Rentan KDRT

Menurut temuan Plan, sebanyak 44 persen anak perempuan yang menikah dini mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dengan tingkat frekuensi tinggi. Sisanya, 56 persen anak perempuan mengalami KDRT dalam frekuensi rendah.

2. Risiko meninggal

Selain tingginya angka KDRT, juga berdampak pada kesehatan reproduksi anak perempuan. Anak perempuan berusia 10-14 tahun memiliki kemungkinan meninggal lima kali lebih besar, selama kehamilan atau melahirkan, dibandingkan dengan perempuan berusia 20-25 tahun. Sementara itu, anak yang menikah pada usia 15-19 tahun memiliki kemungkinan dua kali lebih besar.

3. Terputusnya akses pendidikan

Di bidang pendidikan, perkawinan dini mengakibatkan si anak tidak mampu mencapai pendidikan yang lebih tinggi. Hanya 5,6 persen anak kawin dini yang masih melanjutkan sekolah setelah kawin.
Country Director Plan Indonesia John McDonough menyatakan keprihatinannya terhadap angka pernikahan dini di Indonesia. Menurutnya, pemberdayaan anak perempuan bisa mencegah terjadinya pernikahan di bawah umur ini. (ila/net)

Mudah Dijangkau dan Bebas Banjir

Pertimbangan Sebelum Membeli Rumah Tinggal

Memilih rumah yang cocok memang gampang-gampang susah. Pasalnya, cukup banyak alasan yang harus dipertimbangkan sebelum membeli rumah yang cocok bagi Anda dan keluarga Anda. Apalagi rumah tersebut akan Anda tempati untuk waktu yang lama dan mungkin seumur hidup.

Memang, karena terkadang ada kebutuhan spesifik yang harus dipenuhi. Sebut saja, misalnya, bagi keluarga muda yang memiliki anak kecil, tentu rumah yang dekat dengan sekolah menjadi salah satu pertimbangan utama.
Seiring dengan semakin macetnya lalulintas di kota-kota besar, Anda juga pasti menginginkan lokasi rumah yang tidak terlalu jauh dengan kantor. Atau, setidaknya memiliki banyak alternatif jalan sehingga tidak mesti selalu terjebak kemacetan lalu lintas.

Namun, di samping pertimbangan-pertimbangan spesifik demikian, ada juga hal-hal yang secara umum patut dipertimbangkan. Beberapa pertimbangan berikut dapat membantu Anda memutuskan untuk membeli rumah.

Lokasi Terjangkau
Lokasi rumah yang hendak dibeli haruslah memiliki akses jalan yang mudah dicapai. Jangan mudah tergiur janji-janji manis pengembang yang mengatakan bahwa perumahan tersebut hanya lima menit dari pintu tol. Siapa tahu, lima menit yang dimaksud hanya terjadi pada tengah malam dan jalan lengang.

Untuk memastikannya, ada baiknya jika Anda melakukan uji coba pada jam-jam sibuk, seperti pagi dan sore hari. Pastikan, lingkungan rumah tinggal incaran Anda memiliki suasana dan tetangga yang menyenangkan, karena di sanalah nantinya Anda akan banyak menghabiskan waktu. Biar bagaimanapun, nantinya tetangga adalah orang pertama yang akan dimintai tolong jika ada sesuatu yang terjadi.

Infrastruktur
Pastikan pula, bahwa kompleks perumahan yang Anda pilih memiliki infrastruktur, seperti akses kendaraan umum, luas jalan, listrik, air, keamanan, kebersihan, pasar, minimarket, klinik, sarana olahraga, pusat hiburan, dan sebagainya yang bisa dijangkau dengan mudah.

Bebas Banjir
Pastikan rumah yang Anda incar tersebut tidak berada pada daerah rawan banjir. Terakhir, perhatikan kondisi dan kualitas bangunan secara detail. Bila perlu, buat daftar untuk melakukan cek terhadap kondisi atap, tembok, kusen, jendela, kamar mandi saluran air, serta lubang angin. Jika pertimbangan-pertimbangan di atas sudah dilakukan, niscaya rumah yang dibeli akan memberikan kenyamanan bagi Anda.(net/jpnn)

Keju di Kotak Bekalku

Aku lupa bagaimana rasanya keju, karena belakangan ini ibu memberiku sepotong tahu atau telur setiap hari. Dan belakangan itupun sudah berbulan-bulan kujalani. “Ibu, aku ingin keju,” pintaku pagi-pagi sekali, namun ibu hanya tersenyum sambil meneguk air putih.

Cerita oleh Cikie Wahab

Kapan-kapan saja. Pergilah ke     sekolah.” Ibu mendorong tubuh ku keluar pintu
“Tapi, bu. Aku malu. Teman-temanku membawa keju di kotak bekal mereka.”

“Kau juga bawa bekal, bukan? Ibu hanya punya itu. Jika nanti jualan ibu laris, kau bisa makan keju.” Ibu kemudian terbatuk-batuk dan melap mulutnya dengan punggung tangan.

“Ibu sakit?” aku melongok ke hadapan ibu. Ibu menggeleng dan meyakinkanku bahwa keju akan ada esok hari.
Harapan itulah yang setiap hari membuat semangatku bangkit. Keju! Suatu saat aku akan punya keju yang banyak, yang bisa kumakan kapan saja, hingga Vani dan Ana tahu ibuku mampu membelinya. Aku melangkah dengan penuh doa seperti yang ibu ajarkan.

“Tuhan, terima kasih atas rezekimu hari ini, jadikan aku anak yang berbakti.”
Nah, Itu Vanii!! Dengan wajah yang selalu kemerah-merahan, ia menarik lenganku setiba di depan kelas, lalu ia berteriak lantang

“Teman-teman! Hari ini kita akan lihat apa isi kotak bekal Yuji!” Vani menatapku dengan senyum menawan, lalu berbisik pelan dan menawarkan sesuatu.  “Jika kau membantuku di ulangan matematika nanti. Aku setuju membagimu keju. Apa kau mau?” tawarnya.
“Hei kenapa belum dibuka juga!?” teriak salah seorang. Vani pun menunggu jawabanku dan kupastikan kali ini aku setuju demi mencicipi sepotong keju, aku mengangguk pelan hingga Vani bersuara lagi.
“Tidak jadi!”

“Huuu…”
Vani duduk begitupun aku, dan aku mengintip bekalku dalam tas, hm…telur mata sapi buatan ibu tersenyum lagi.
***

Jalanan berdebu siang itu. Seperti hari-hari sebelumnya, saat aku pulang sekolah  aku menyusuri sepanjang jalan tepi kali. Dari dalam kali yang cukup jernih itu, kulihat cahaya matahari membayang silau ke mataku. Kugigit lagi ubi rebus, ubi yang Vani katakan sebagai keju. Aku tertawa lagi melihat kebodohanku tadi.
“Aku selalu menepati janjiku, Yuji! Terima kasih jika kau membantuku ulangan tadi. Tapi maaf, ibu hanya memberiku sepotong.”

“Tapi kau janji, Vani!”
“Aku punya ubi rebus dari Ana. Terimalah.”
“Pembohong!”

“Tidak. Besok akan kubawa dua potong seperti katamu.”
“Bagaimana aku bisa mempercayainya lagi?” aku ambil juga bungkusan dari tangan Vani dan membawanya pergi keluar kelas, namun aku masih mendengar tawa Vani bersama Ana setelah itu.
Kucuil sedikit dari bongkahan ubi yang merekah manis itu, lalu melemparnya ke dalam kali sambil berharap ikan kecil itu menangkapnya, namun tiba-tiba aku melihat seseorang yang melintas di seberang kali, sosok yang kulihat dari seberang kali itu mengingatkanku pada jaket ibu yang berwarna biru. Aku berlari melewati jembatan.
“Ibu! Ibu!”
Ibu tak mendengarkanku, dan ia masuk ke tempat dimana mesin-mesin tua itu berbunyi riuh di dalam sana. Aku mencoba masuk.
“Hei! Anak kecil. Tempat ini bahaya. Pergilah!!” seorang lelaki tua yang gendut mendorong tubuhku keluar, bau peluhnya menyakiti hidungku.
“Tempat apa ini?”
“Hoh, kau masih SD, ya? Kau tidak tahu ini apa? Ini gudang besar tempat orang-orang akan dicongkel hati dan jantungnya.” Tawanya menggelegar dan membuatku bergidik juga.
“Bohong!”

“Kalau tidak percaya, pergilah! Nanti bapak kau mencari.”
“Aku tidak punya bapak. Ibuku…”
Lelaki itu tidak lagi menghiraukanku, dan aku juga tak berani masuk ke dalam. Tapi benarkah tadi itu ibu. Semoga pandanganku salah kali ini. Akupun beranjak pergi dari tempat itu dengan harapan ibu di rumah menantiku datang.
***

“Apa kau masih menginginkan keju?” suara ibu pagi itu membuatku terdiam dan menggeleng. “Tenanglah, dua hari lagi kau bisa makan apapun. Kau mau pizza bertabur keju atau ice cream?”
“Ibu. Kenapa kita tidak berjualan lagi? Ibu jarang di rumah. Ibu kemana saja?”
Ibu menutup kotak bekalku dengan tumis tempe. Ia tersenyum dan  mengandeng tanganku keluar rumah. Ia tak menjawab pertanyaanku, dan bersikap seperti biasa. Tolonglah ibu, aku ingin tahu apa yang kau lakukan disana.
Ibu mendorong tubuhku ke dalam pagar sekolah “Masuklah dan belajar dengan giat, sayang.” Kecupan ibu mendarat di pipiku. Ibu melambai dan aku berdiri di balik tembok kelas. Setelah ibu benar-benar pergi, buru-buru aku mengikuti ibu dari belakang agar tidak ketahuan. Rasanya punggung ibu yang kulihat seperti bergetar dari jauh.
***
Vani mengintip bekalku pagi ini, tampak raut kecewanya timbul sesaat setelah itu. Ia duduk di samping Ana dan membisikkan sesuatu pada sahabatnya itu.
Aku masukkan kembali bekal makan siangku ke dalam tas dan mengalihkan pandanganku dari Ana yang terus-terusan menatapku. Pastilah mereka merencanakan sesuatu, tapi biar saja. Hari ini ada keju di bekalku, nanti malampun ibu berjanji membawakan pizza bertabur keju untukku. Senyum di pipiku diartikan Vani sebagai penghinaan, ia mengusulkan teman-teman sekelas untuk bertukar bekal agar bekal kejuku pindah ke tangan mereka.
“Gila!” bisikku sesaat berupaya menyembunyikan dua helai keju yang dibalut roti ke kantong plastik dalam tas.
“Belajarlah berbagi, Yuji.” Bentak ketua kelas
“Ya. Kami membawa daging asap.”
“Aku tidak suka udang!”

“Ueek..ini pasti tidak enak.”
“Bla..bla…”  Semua ribut, termasuk aku meski hanya dalam hati. Seluruh semangatku hilang seketika saat Ana menyodorkan kotak berisi nasi goreng putih tanpa telur ke hadapanku, di tangan satunya ia meraih roti keju milikku.
“Aku tahu kau masiih menyimpannya satu. Sepulang sekolah kau harus membaginya dengan kami ya.”
“Apa kau tak bisa membeli sendiri?” Balasku
“Kami ingin mencicipi kejumu, Yuji.”

Ingin kulempar kotak itu ke muka Ana dan Vani. Namun bayangan ibu yang lembut seakan mencegahku untuk melakukan itu. Ini hanya keju! Aku tak akan bodoh. Maka ketika lonceng sekolah berakhir, aku mengambil langkah seribu menghindari dua perempuan itu. Bukan karena aku takut, sebagai lelaki tak pantas bagiku melawan mereka, mereka tetap perlu dilindungi, begitu kata ibuku.

Namun mereka lebih dulu membawa anak kelas lima untuk menghadangku di tengah jalan. Aku merasa bosan terus-terusan dikerjai mereka, maka satu potong keju yang ada di kotakku kulemparkan ke tanah dan menginjaknya kuat.
“Kalian mau ini kan?? Ambillah!”

“Ha. Dengan begitu kau juga tak dapat keju.” Ucap Vani
“Ibuku akan membeli pizza.”
“Ibu? Ibu yang mana? Kupikir kau itu tidak punya ibu.”
“Kau tidak lihat ibunya yang suka mengantarnya ke tepi pagar dengan malu-malu?”
“Oh aku tidak tahu itu, Ana.”

Aku mendorong tubuh Vani dan anak lelaki kelas lima tiba-tiba saja memukul kepalaku. Secepat mungkin aku meninggalkan mereka bertiga ketika Vani tampak kesakitan. Aku berlari kencang dan berhenti di depan pabrik dengan dada yang sesak dan mata yang memerah. Setelah aku yakin Vani dan dua temannya tidak mengikutiku aku berjongkok di depan pabrik sambil memperhatikan sosok yang ada di dalam pabrik dari pagar. Itu ibu! Ibu yang sedang mengangkut karung goni di pundaknya. Ia terbatuk-batuk sebentar lalu melanjutkan pekerjaannya lagi.
Kulangkahkan kakiku pulang ke rumah sendiri, karena ibu belakangan ini sering pulang senja. Dimanapun aku memandang, wajah ibuku terbayang. Dan ketika aku membuka lemari dapur, kudapati sekotak pizza bertabur keju dan daging. Oh, ibuku sayang. Pentingkah ini sekarang?

Senja pun hadir. Aku duduk di depan pintu sambil menaruh kotak pizza di pahaku. Aku menunggu ibu, menunggu ia untuk bicara agar tak lagi bekerja disana. Kita kan bisa jualan, bu. Kau tak perlu bekerja sekeras itu. Aku akan rajin membantumu dan aku juga tak akan minta macam-macam lagi. Toh Vani dan Ana sudah membuatku mual dengan jenis makanan mereka. Ibu, cepatlah pulang. Kumohon…

Aku terus menungggu ibu pulang, namun tak kunjung datang. Aku pun makin gelisah saat hujan mulai turun mengguyur malam. Kuputuskan juga membawa kotak pizza itu sambil berlari menuju pabrik, cahaya lampu terlihat samar akibat hujan dan aku terus berteriak memanggil nama ibu hingga aku terpeleset dan kotak pizza itu jatuh keluar mengenai sesuatu.

“Ibu…!!!!”
Aku terpaku di tempat itu dan tidak tahu harus berbuat apa untuk membangunkan ibu. Aku menangis. Tangisan yang tak pernah ada semenjak bapakku tiada. Besok aku tak akan bawa  bekal lagi. Seluruh pizza yang jatuh berganti warna dengan sekantong keju yang di pegang ibu. Warnanya menyala dengan darah ibu yang tertimpa mesin tua di kakinya.

***
Desember2010
Cikie wahab, bergiat di sekolah menulis paragraf. Pekanbaru.
Menulis cerpen dan puisi.
em@il: cikie_wae1@yahoo.com