25 C
Medan
Monday, December 22, 2025
Home Blog Page 14673

Harga Sewa Aset Milik Pemko Naik

MEDAN- Dinas Perumahan dan Pemukiman (Perkim) Kota Medan telah mengajukan revisi Peraturan Daerah (Perda) Kota Medan No 10 Tahun 2009 tentang retribusi sewa aset berupa bangunan atau ruko. Dengan direvisinya Perda tersebut, nilai sewa 209 unit aset milik Pemko Medan akan naik.

Hal ini terungkap dalam ekspos yang disampaikan Sekretaris Dinas Perkim Kota Medan, Ahmad Mahdi kepada Komisi D DPRD Kota Medan yang melakukan kunjungan kerja ke SKPD tersebut, Selasa (27/9). Menurut Mahdi, revisi perda tersebut dilakukan karena dinilai sudah tidak layak lagi.

Menurutnya, target PAD dari objek sewa bangunan di Dinas Perkim Tahun 2011 naik menjadi Rp363 juta per tahun. “Saat ini, hanya mengutip sewa dari bangunan ruko aset Pemko sebanyak 41 unit dan 168 unit rumah sewa. Dari jumlah aset bangunan tersebut, Perkim dikenakan target PAD pada tahun 2010 hanya Rp261 juta,” ungkapnya.

Menanggapi pernyataan ini, Ketua Komisi D Ir Parlaungan Simangunsong mengkhawatirkan realisasi APBD Perkim tidak tercapai yang akhirnya menjadi sisa laporan penggunaan anggaran (silpa). Untuk itu, Parlaungan mengharap agar Perkim dapat bekerja maksimal untuk menghindari silpa.

“Rencana revisi ranperda tentang sewa bangunan aset, dewan mendukung penuh demi meningkatkan PAD. Sebab, sangat tidak layak sewa ruko yang berada di Jalan Thamrin hanya Rp350 ribu per tahun. Untuk itu, diharapkan ranperda dimaksud dapat disampaikan ke DPRD untuk segera dibahas. Sehingga realisasi ranperda baru dapat terealisasi tahun ini,” cetusnya.

Sementara itu, anggota Komisi D DPRD Medan, Ir Budiman Panjaitan mengharapkan Dinas Perkim Kota Medan segera merealisasikan perbaikan jalan setapak. Perbaikan jalan lingkungan diharapkan cepat terlaksana. “Perbaikan jalan lingkungan kita harapkan prioritas. Permintaan warga saat reses untuk perbaikan jalan kita harapkan diutamakan,” harap Budiman.(adl)

Hari Ini, Listrik di Rumah Ketua DPRD Langkat Diputus

Poldasu Sudah Meminta Keterangan Petugas PLN

MEDAN-PLN berencana melakukan pemutusan jaringan listrik di rumah Ketua DPRD Langkat Rudi Hartono Bangun, di Komplek Mutiara Indah No 3 di Jalan Kapten Muslim Dalam, Kelurahan Dwikora, Kecamatan Medan Helvetia, Selasa (27/9) hari ini.

”Kami datang dikawal aparat hukum untuk melancarkan proses di lapangan. Tidak ada tawar menawar lagi karena konsumen kita Rudi Hartono Bangun tidak koperatif,” ujar Manager PT PLN (Persero) Medan, Wahyu Bintoro kepada Sumut Pos, Senin (26/9).

Terkait bantahan yang dilayangkan kuasa hukum Rudi Hartono Bangun pada 19 September 2011, PT PLN Medan juga tak tinggal diam. PLN Medan juga melayangkan surat bantahannya bernomor 3975/152/MED/2011, Senin (26/9) kemarinn

Berdasarkan surat bantahan dari PLN menerangkan, sesuai hasil pemeriksaan di lapangan oleh Tim Petugas Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) ditemukan pelanggaran yakni pada terminal KWh meter terdapat kawat tembaga penghubung singkat antara terminal No 1 dengan No 3. Sedangkan segel pengaman terminal KWh meter tidak dipencet dengan logo PLN sebagaimana mestinya.

Akibatnya ada kawat yang menghubung singkat antara terminal No 1 dengan No 3 menyebabkan pemakaian yang dipakai di kediaman Rudi Hartono Bangun tidak terukur seluruhnya, sebagaimana mestinya.

Sedangkan prosudur pemeriksaan yang dituding Hartono Bangun tidak sesuai prosudur, juga dibantah PLN Medan. Prosudur pemeriksaan sambungan listrik beserta alat ukur listrik milik PT PLN yang terpasang telah sesuai SOP sebagaimana diatur pada Keputusan Direktur Jendral Listrik dan Pemanfaatan Energi Nomor: 338-12/20/600.1/2008, tanggal 11 Agustus 2008 tentang Pengesahan dan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No 234.K/DIR/2008, tanggal 22 Juli 2008 tentang Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL).

PLN Medan juga menegaskan kalau petugas P2TL saat masuk ke pekarangan rumah Rudi Hartono Bangun sudah dilengkapi surat perintah/surat tugas dari PLN. Tapi justru Rudi Hartono Bangun tidak koperatif menerima kedatangan petugas P2TL Medan, bahkan tidak bersedia membaca surat yang diberikan petugas PLN serta tidak menandatangani berita acara hasil pemeriksaan yang dilakukan P2TL. Bahkan, Rudi Hartono Bangun membuang berita acara yang diserahkan petugas P2TL ke lantai.

PLN Medan menerangkan di surat bantahannya, bahwa peralatan ukur listrik berupa KWh meter dan pembatas (APP) yang terpasang di kediaman Rudi Hartono Bangun adalah milik PT PLN dan bukan milik pribadi Rudi Hartono Bangun, sehingga PLN berhak dan mempunyai kewenangan memeriksa APP tersebut sewaktu-waktu sebagaimana diatur dalam Permen Tamben No 02/P/1990 Pasal 2 Ayat (1).

Adapun surat bantahan yang dilayangkan PT PLN (Persero) Medan tersebut ditembuskan langsung ke Direktur PT PLN Pusat-Jakarta, Pimpinan Wilayah PT PLN Sumatera Utara, Ketua YLKI Pusat-Jakarta, Ketua YLKI Sumatera Utara, Ketua DPRD Sumut, Ketua DPRD Medan dan klien.

Terkait pengaduan PLN Medan ke Poldasu, pihak Poldasu memanggil petugas P2TL PLN Medan untuk dimintai keterangan, Senin (26/9) kemarin. Namun, pihak Poldasu masih memanggil dua petugas dari 4 petugas P2TL yang bertugas sebagai tim P2TL saat di lokasi kejadian. Kedatangan mereka didampingi pangacara.

Salah seorang petugas P2TL yang dimintai keterangannya di Ditreskrim Poldasu, Eva Sartika mengatakan, kedatangan mereka terkait pengaduan PLN Medan atas temuan kasus pencurian arus listrik di rumah Ketua DPRD Langkat Rudi Hartono Bangun.

“Saya bertugas di bagian penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL). Kedatangan kami ke Poldasu ntuk dimintai keterangan adanya pencurian arus listrik di rumah Rudi Hartono Bangun atas laporan pihak PLN Medan,” jelas Eva.
Eva membeberkan, apa yang dituduhkan Ketua DPRD Langkat tidak benar, yakni menuding mereka masuk ke rumahnya tanpa izin. “Saat kami datang, pintu pagar terbuka. Waktu itu ada seorang pria di halaman depan rumah Pak Rudi Hartono Bangun. Pria itu mengaku supirnya Pak Rudi Hartono. Jadi tak benar kami dituduh masuk tanpa izin. Supirnya malah mendampingi kami melakukan pemeriksaan listrik,” terang Eva.

Kasubdit Kasubdit II Direskrim Poldasu AKBP Rudi Rifani yang dikonfirmasi wartawan koran ini mengaku, pihaknya masih mengambil keterangan saksi pelapor sebanyak dua orang. Nantinya, mereka akan memintai keterangan semua petugas PLN berikut seorang petugas Polisi Meliter (PM) yang ikut bersama saat melakukan pperasi penertiban tersebut.

“Kita masih memeriksa dua orang saksi dari pihak PLN. Dalam minggu ini kita akan kembali memintai keterangan tiga orang lagi, yakni dua dari pihak PLN dan  satu petugas Polisi Militer,” tutupnya. (ila/mag-5)

Bomber Solo Ahmad Yosepa

Kirim Wasiat via Email

SOLO-Teka teki identitas bomber Solo sedikit terkuak. Memang belum bisa dipastikan 100 persen karena menunggu hasil uji laboratorium. Namun dari pengecekan fisik, hampir pasti bomber Solo adalah Ahmad Yosepa Hayat.
“Itu tadi sudah A1, pasti dia, Ahmad itu,” kata sumber di kepolisian yang enggan disebutkan namanya, Senin (26/9). Ahmad Yosepa Hayat, punya pesan khusus untuk keluarganya.

Dia meminta agar anaknya setelah dewasa dimasukkan ke pesantren.
“Kami temukan sebuah pesan lewat email,” ujar sumber Jawa Pos (grup Sumut Pos) lainnya di lingkungan anti teror Polri tadi malam (26/09).

Semua barang bukti pengeboman GBIS sekarang ditangan Densus 88 Polri. Termasuk CPU komputer dari warnet sekitar gereja yang pernah dipakai pelaku. “Email itu dikirimkan ke sebuah mailing list (group),” tambahnya. Tim cybercrime Polri sedang memilah data-data itu sebagai bagian dari alat bukti digital forensik.

Apa bunyi lengkapnya? Perwira ini menjelaskan, pertimbangan tim, isinya belum akan dibeberkan pada media. “Atau tunggu besok saja (hari ini, Red) akan ada penjelasan lengkap di Mabes,” kata alumni kursus anti teror di Manila  yang hingga tadi malam masih di Solo ini.

Selain browsing situs arrahmah.com, diketahui Hayat juga membuka situs http://millahibrahim.wordpress.com/ yang isinya berupa ajakan jihad. “Sekarang tim sedang mencari jejak digital yang lain. Termasuk kemungkinan adanya rekaman video seperti yang dilakukan M Syarif sebelum mengebom masjid Mapolresta Cirebon,” tambahnya.
Tim penyidik juga sedang mencari orang yang menampung Hayat selama di Solo. “Dia masuk Solo sejak tiga hari yang lalu. Dari rekaman CCTV gereja terlihat hari Jumat sore (23/09) dia jelas punya penampung disini,” katanya.

Tim pembantu pengebom itu diduga juga menyiapkan bahan bahan bom. “Termasuk menyiapkan paku dan gotri-gotri,” katanya. Sebagian anggota Densus 88 sekarang berada di Klaten, Jawa Tengah untuk mengembangkan informasi.
Dari lima DPO kasus bom Cirebon (termasuk Hayat), hampir semuanya punya keterkaitan dengan sel Klaten. Yang dimaksud sel Klaten adalah kelompok pengebom amatir yang anggotanya pelajar-pelajar SMA. Mereka beraksi Desember 2010 di beberapa gereja namun gagal meledak. Komandannya, Atok, tertangkap Januari 2011. Atok adalah kolega Sigit Qurdowi (tewas), yang menurut Densus 88, pelatih M Syarif bomber Cirebon. Dari lima ini, ada dua yang bisa merakit bom. Mereka belajar dari Soghir mantan narapidana kasus bom Kedubes Australia 2004 yang juga telah ditangkap (Juni 2010).

Siang tadi sebenarnya keluarga Ahmad Yosepa didatangkan dengan menggunakan Kijang Innova berplat H ke RS Polri Kramatjati.

“Sudah diperiksa anak, istri, dan orangtuanya,” terang petugas itu.

Keluarga Ahmad Yosepa pun sudah meninggalkan RS Polri. Mereka datang dengan diam-diam, menyamar sebagai pasien biasa menuju sebuah tempat. Sedang jasad Ahmad Yosepa masih berada di RS Polri.

“Kita harus pastikan bahwa apa benar itu suami dan bapaknya,” kata Kadivhumas Polri Irjen Pol Anton Bachrul Alam.
Anton awalnya enggan menyebut siapa istri dan anak yang dibawa petugas. Namun saat ditanya apakah keduanya adalah istri dan anak Hayat? “Iya (Hayat), istrinya dan anaknya yang diambil karena lebih akurat,” jelasnya.
Menurut Anton, jenazah pelaku telah diotopsi dan diidentifikasi. Selanjutnya proses pencocokan DNA baru akan disampaikan besok, Selasa (27/9).

“Keluarga dari pada pelaku, istri dan anaknya. Untuk memastikan yang bersangkutan A tentu harus dilakukan tes DNA, agar objektif,” imbuhnya.

Anton menjelaskan istri dan anaknya saat ini dibawa ke Jakarta untuk langsung dites DNA di RS Polri. “Kita sudah tahu pelaku, tapi harus dibuktikan secara formal,” terangnya.

Dilihat dari ciri-ciri fisiknya, pria tersebut memang benar Ahmad Yosepa alias Ahmad Abu Dauh alias Raharjo.
Jika membandingkan foto Yosepa yang dirilis oleh Mabes Polri pada Juni lalu. Wajah pria tersebut sangat mirip dengan foto laki-laki yang diduga merupakan pelaku bom Solo. Foto tersebut dilansir oleh Reuters, Senin (26/9). Sekali pandang saja, dilihat dari bentuk muka, sudah bisa terlihat laki-laki tersebut sangat mirip dengan foto Ahmad Yosepa yang fotonya yang masuk dalam daftar 10 DPO Polri.

Kemiripan pertama terlihat pada dua tanda hitam di kening. Yosepa memiliki dua tanda hitam di keningnya. Begitu juga dengan pelaku bom Solo. Letak tanda berwarna hitam juga sangat mirip. Selain dua tanda tersebut, kemiripan juga terlihat dari bentuk dahi dan bentuk alis. Dahi Yosepa yang lebar sama persis dengan dahi pria yang telah melakukan bom bunuh diri dan mengakibatkan sejumlah orang luka-luka tersebut. Alis keduanya juga sama-sama tebal.

Hal yang sangat mirip juga terlihat di bentuk hidung. Hidung Yosepa sangat mirip dengan hidung pria yang diduga sebagai pelaku bom Solo tersebut. Yosepa memiliki hidung melebar di bagian bawah, sama persis dengan pembom Solo.

Kemiripan lainnya dapat dilihat dari bentuk bibir. Yosepa dan pria yang diduga terkait jaringan Cirebon ini sama-sama memiliki bentuk bibir tebal dan lebar. Namun pria di foto pelaku tampak sedikit lebih bengkak.

Jenazah terduga pelaku pengeboman di gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo, langsung diidentifikasi oleh tim dokter kepolisian setibanya di RS Bhayangkara Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (26/9) pagi. Identifikasi tersebut dimaksudkan untuk mengetahui identitas jenazah.

“Sekarang kita sedang lakukan pemeriksaan. Semua kita akan lakukan, identifikasi sidik jari, DNA. Otopsi juga kita lakukan. Nanti hasilnya, kita akan bandingkan,” kata Kabid Kedokteran Kepolisian Pusdokkes Polri Kombes Anton P Castilani, Senin (26/9).

Setelah hasil pemeriksaan DNA dan sidik jari jenazah diperoleh, pihak kepolisian akan membandingkan dengan DNA dan sidik jari yang ada dalam bank data milik kepolisian. Terkait hal tersebut kepolisian menyatakan wajah terduga pelaku bom secara fisik mirip dengan seorang DPO bom Cirebon bernama Ahmad Yosepa Hayat alias Hayat alias Ahmad Abu Daud alias Raharjo.

“Ya mirip secara fisik,” kata Kabag Penum Polri Kombes Pol Boy Rafli Amar, di Mabes Polri, Jakarta, Senin (26/9).
Boy mengklaim diduga kuat pelaku bom gereja Kepunton terkait dengan pemboman yang dilakukan M Syarif di masjid Mapolres Cirebon pada 15 April 2011 lalu.

“Kita pernah meliris DPO itu ada 5. Nah itu salah satunya,” imbuhnya.

Sebagaimana yang disampaikan pihak Polri beberapa waktu lalu, 5 orang DPO terkait bom di Mapolres Cirebon, yakni Yadi alias Hasan alias Abu Fatih alias Vijay, Ahmad Yosepa Hayat alias Hayat alias Ahmad Abu Daud alias Raharjo, Beni Asri, Nanang Irawan alias Nang Ndut alias Rian, dan Heru Komarudin, yang merupakan adik ipar Musola.
Namun meskipun demikian, pihak kepolisian belum berani memastikan sebelum memperoleh hasil pasti dari pemeriksaan DNA dan sidik jari.

Pelaku bom bunuh diri yang diyakini bernama Ahmad Yosepha alias Hayat alias Ahmad Abu Daud alias Raharjo itu adalah warga Desa Nadi, Kecamatan Bulukerto, Wonogiri. Kabar lainnya, Raharjo adalah warga Desa Giriharjo, Kecamatan Puh Pelem.

Camat Bulukerto Sriyanto yang dikonfirmasi wartawan kemarin memastikan bahwa tidak ada warga Desa Nadi yang bernama Raharjo. Dia mendapat kepastian itu setelah melakukan klarifikasi ke parangkat Desa Nadi. “Tadi pagi (kemarin) setelah mendapat kabar itu, saya dan polisi langsung mengumpulkan informasi. Tapi, hasilnya negatif. Kabar itu tidak terbukti,” katanya kemarin sore.

Hal yang sama juga dikatakan AKP Sukimin, Kapolsek Bulukerto. Nama-nama yang disebutkan itu termasuk foto pelaku bom bunuh diri yang terpampang di koran tidak ada di data miliknya. Dia juga menegaskan bahwa hingga kemarin sore, kabar bahwa pelaku bom bunuh diri di Solo merupakan warga Desa Nadi tidak terbukti. Hal itu didukung data dari Desa Nadi dan Kecamatan Bulukerto.

Sriyanto dan Sukimin tak membantah bahwa sempat muncul inisial AH, warga Desa Nadi yang dicurigai sebagai bomber yang meledakkan diri di Gereja Kepunton. Tapi, setelah dicocokkan datanya, termasuk mencocokkan foto, dipastikan bahwa AH bukan pelaku bom bunuh diri tersebut. Bahkan kemudian, orang yang sempat dicurigai itu berhasil terlacak dan sedang berada di Wonogiri kota.

Sedang Kepala Desa Nadi Sakatno kemarin juga mengaku tak kalah sibuk dengan aparat lainnya. Sebab, begitu mendapatkan kabar dari kecamatan bahwa ada informasi yang menyebutkan pelaku bom bunuh diri di Solo adalah warga Nadi, dia langsung mengumpulkan stafnya untuk melacak. Selain melacak langsung ke dusun-dusun, dia juga rela membongkar berkas dokumen kependudukan di kantornya untuk memastikan kabar tersebut.

Hasilnya, tidak ada temuan yang terkait dengan pelaku bom bunuh diri itu. Bahkan, Sakatno juga memastikan bahwa foto pelaku bom bunuh diri yang terpampang di koran dan di televisi bukan merupakan orang yang dikenali di Desa Nadi. “Tidak ada yang kenal dengan dia. Di sini kami juga tidak menemukan nama Raharjo, Ahmad Yosepha, atau Hayat. Warga tidak ada yang kenal,” katanya.

Sementara itu, kesibukan juga terjadi di Kecamatan Puh Pelem. Sebab, di saat pencarian di Bulukerto dilakukan, muncul kabar baru yang menyebutkan bahwa pelaku bom bunuh diri yang disebut-sebut bernama Raharjo itu berasal dari Desa Giriharjo, Kecamatan Puh Pelem. Tapi, kabar itu kemudian tidak terbukti. “Kami juga sempat melacak ke Giriharjo. Tapi, dia tidak dikenal di sini. Tidak ada warga yang mengenalinya,” kata Camat Puh Pelem Ahmad Trisetyawan Bambang Hermawan.

Kapolres Wonogiri AKBP Ni Ketut Swastika tak menampik kabar bahwa pelaku bom bunuh diri sempat disebutkan berasal dari Desa Nadi, Kecamatan Bulukerto. Tapi setelah dicek dan dikoordinasikan ternyata kabar itu tidak benar. “Hasil koordinasi Alhamdulillah bukan,” kata dia.

Sakelar Dipencet Bom Meledak

Satu per satu bukti kasus bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo, mulai dapat dianalisis polisi. Dari sekian banyak barang bukti yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP) ada satu yang menarik. Polisi menemukan rangkaian kabel dan sakelar yang dibawa bomber bunuh diri tersebut. Sakelar ini diduga kuat sebagai alat pemicu meledaknya bom yang dibawa pelaku.

Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Djihartono menyatakan, penyidik terus melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap kasus bom bunuh diri itu. Dari hasil olah TKP, bom yang digunakan bomber itu memasang sakelar pada bom. Dengan sakelar ini, pelaku bisa menentukan kapan saja bom tersebut diledakkan. Sakelar ini diduga kuat menjadi detonator yang sengaja disiapkan oleh bomber.

Dalam kejadian Minggu (25/9) lalu, pelaku memilih meledakkan bom tersebut tepat di pintu masuk gereja. Kebetulan saat bom tersebut meledak, jemaat gereja tengah berjalan keluar ruang kebaktian menuju halaman. Beberapa korban luka pun mayoritas jemaat yang saat itu berada di sekitar pintu utama gereja.

“Hasil olah TKP kami mengamankan beberapa barang bukti. Di antaranya sakelar, paku dan baut yang pajang,” ungkap Djihartono kepada Radar Solo (grup Sumut Pos), saat ditemui usai acara rapat koordinasi (Rakor) Asian Parliamentary Assembly (APA) di Mapolresta Solo, kemarin (26/9).

Sedangkan paku dan baut tersebut kemungkinan menjadi tambahan amunisi yang dicampur di dalam bom bikinan pelaku. Paku dan baut tajam ini terlontar kala bom tersebut meledak. Paku  dan baut ini memang ditemukan di tubuh para korban luka yang saat itu berada dekat dengan pelaku. Tak hanya itu, paku-paku ini juga ditemukan bertebaran di sekitar lokasi ledakan.

Djihartono menyatakan, kemungkinan besar pelaku masuk saat kebaktian berakhir. Sayangnya, Djihartono enggan memastikan, pelaku tersebut sempat mengikuti kebaktian di dalam gereja. “Dari hasil penyelidikan di lapangan, dia masuk hanya sebentar kemudian berjalan menuju pintu utama. Di situlah kemudian bom tersebut meledak,” terang dia. Terkait adanya kemungkinan bom bunuh diri ini berhubungan dengan penemuan bahan peledak rakit di Kali Pepe dekat Terminal Tirtonadi pada Lebaran lalu, Djihartono belum dapat memastikan.

Sebelum aksi bom bunuh diri di GBIS Minggu lalu, memang ada dua kejadian menonjol yang terjadi di Solo dan Boyolali. Saat Lebaran, polisi menemukan sebuah rangkaian bom aktif yang ditenggelamkan di Kali Pepe dekat Terminal Tirtonadi Solo. Saat itu polisi menyatakan tak ada bahan peledak dalam rangkaian mirip bom tersebut. Namun dari data yang didapat koran ini, bom tersebut memiliki daya ledak yang cukup besar (high explosive).
Kejadian kedua di Boyolali. Berbekal informasi dan petunjuk yang didapat dari kenalannya di situs jejaring sosial Facebook berinisial AJ, seorang pemuda tamatan SMK di Kecamatan Colomadu berhasil membuat bom rakitan. Ibnu Aziz Rifai, 20, warga Dusun Pilangsari, Desa Potronayan, Kecamatan Nogosari, Boyolali, merangkai bom atas petunjuk AJ, warga Makassar.

Uniknya, instruksi keduanya belum pernah bertatap muka secara langsung. Petunjuk pembuatan bom  diberikan AJ kepada Ibnu melalui akun Facebook. Bahan baku bom yang digunakan berupa tabung elpiji, pupuk, gula pasir, serbuk belerang, serbuk besi, kabel, baterai, dan ponsel. Bahan-bahan tersebut dirangkai sedemikian rupa menjadi sebuah bom rakitan. Rangkaian bom ini diduga dirakit sebelum Lebaran.

Oleh Ibnu, bom tersebut diledakkan tepat pada Hari Raya Idul Fitri Rabu (31/8) lalu. Tempat uji coba peledakan bom dipilih di sebuah ladang kering dekat dusun setempat. Namun wilayahnya masuk Desa Sindon, Kecamatan Ngemplak, Boyolali. Meski sudah setengah bulan bom ini diledakkan, namun kasus ini baru terungkap kemarin (14/9).
Satu tim dari Labfor Polda Jateng turun ke TKP mengecek bekas ledakan. Ledakan bom rakitan ini terdengar hingga radius dua kilometer. saking dahsyatnya, di lokasi ledakan meninggalkan bekas lubang sedalam 40 centimeter dengan diameter 90 centimeter.

Polisi Amankan Tas Milik Terduga Pelaku

Tercatat ada 15 orang yang diperiksa oleh polisi. Ke-15 orang yang diperiksa di antaranya berasal dari jemaat, pendeta dan pengurus GBIS.

Tak hanya itu, polisi juga meminta keterangan dari Rina Kristianingsih, penjaga warnet Solonet. Penjaga warnet ini diperiksa lantaran sebelumnya, terduga pelaku juga sempat mampir ke Solonet. Bahkan orang tersebut menitipkan tas kepada Rina.

Kabid Humas Polda Jateng Kombespol Djihartono mengatakan, Tim Disaster Victim Identification (DVI) dan Gegana masih menyelidiki identitas pelaku bom bunuh diri itu. Dalam penyelidikan itu, polisi juga melakukan tes DNA. Sampel darah pelaku diambil untuk dicocokkan dengan beberapa orang yang diduga punya ikatan keluarga dengan bomber itu. “Sampai saat ini sudah ada sejumlah 15 orang saksi yang telah dimintai keterangan. Jika memang dibutuhkan keterangan saksi lain, pasti akan dilakukan,” tuturnya.

Kasus itu langsung ditangani Densus 88. Jadi siapa saja yang dites DNA yang tahu Densus 88. Jika sudah ditemukan, pasti akan diinfomasikan oleh Mabes Polri,” kata Djihartono kepada Radar Solo (grup Sumut Pos) saat ditemui di Mapolresta Solo, kemarin (26/9).

Setelah hasil tes DNA dapat diketahui apa ada hubungan dengan empat orang yang masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) teroris jaringan Cirebon. Saat ditanya apa pelaku berasal dari daerah Wonogiri, Djihartono menegaskan belum mengetahui informasi itu. Tetapi pihaknya terus menyelidiki semua pihak yang ada kaitan dengan kasus terorisme.
Selain itu, kepolisian mengamankan dua barang bukti dari warnet Solonet itu yaitu sebuah central processor unit (CPU) komputer dan rekaman closed circuit television (CCTV) milik warnet. Tak hanya itu sebuah tas ransel milik pelaku yang dititipkan di warnet juga ikut dibawa polsi.

Dari hasil penyelidikan polisi dalam rekaman CCTV yang ada di warnet tersebut, terlihat pelaku yang sempat menyewa internet di lokasi itu. Pelaku yang terekam di CCTV warnet itu memiliki kesamaan dengan pelaku yang terekam di dalam gereja. “Hasil CCTV di warnet dan gereja sama. Pelaku yang menyewa internet itu sama dengan pelaku yang di gereja,” ungkapnya. (udi/aw/nan/rdl/dim/wir/pri/jpnn)

Bertengkar dengan Mertua, Dua Tahun Tinggalkan Anak dan Istri

Yosepa Hayat, Sosok yang Diduga Bomber di Solo

Jika memang benar pelaku bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) di Solo itu adalah Yosepa Hayat, dia merupakan menantu Kirmanto, warga Perumahan GKBI, Desa Plumbon, Kecamatan Plumbon, Cirebon. Sebelum meninggalkan istri dan anaknya, Hayat pernah bertengkar dengan mertua gara-gara berbeda keyakinan.

Laporan: M. JUNAEDI, Cirebon

Hayat menikah dengan Dewi, 23, pada 2005. Dewi adalah putri pertama pasangan Kirmanto, 50, dan Sri Astuti, 45. Sejak dua tahun lalu Hayat tak pernah mendatangi istri dan seorang anaknya yang tinggal di rumah Kirmanton
di Perumahan GKBI (Gabungan Koperasi Batik Indonesia), Desa Plumbon, Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon.
“Saya dengar, dia (Hayat) pergi karena sebelumnya bertengkar dengan mertuanya, bahkan sampai adu fisik,” cerita seorang tetangga dekat Kirmanto kepada Radar Cirebon (Grup Sumut Pos). Dia melanjutkan, Hayat memang sering bertengkar dengan mertuanya. Tapi, pertengkaran paling tajam terjadi menjelang pemilihan presiden pada 2009.

Hayat berkeyakinan, jika seseorang menggunakan hak pilih dalam pemilu itu, dia digolongkan orang kafir. Pendapat itu ditentang keras Kirmanto yang sehari-hari menjadi staf di Kementerian Agama Pusat. Hayat lantas bertengkar dengan ayah mertuanya itu. Puncaknya, Hayat pergi meninggalkan istri dan anaknya. Sejak saat itu dia tidak pulang. Apalagi, namanya kemudian dimasukkan ke dalam DPO (daftar pencarian orang).

Radar Cirebon sebenarnya ingin mengonfirmasi cerita itu kepada Kirmanto. Tapi, ketika tiba di rumahnya kemarin (26/9), dia tidak ada. Rumah itu bahkan dalam keadaan kosong. Kata beberapa tetangga, Kirmanto dan keluarga pergi meninggalkan rumah sejak Minggu (25/9).

Ketua RT 19 RW 7 Perumahan GKBI Elly Ermawati, 43, menuturkan, ibu mertua Hayat yang bernama Sri Astuti pernah beberapa kali mengungkapkan soal menantunya tersebut. “Saya hanya melihat Hayat ketika dia menikah sekitar 2005-2006. Setelah itu tidak pernah lagi. Jadi, saya tidak mengetahui kesehariannya,” katanya.

Elly hanya menuturkan, baik Hayat maupun istrinya tidak pernah keluar rumah untuk berinteraksi dengan tetangga. “Untuk berbelanja pun, bukan Dewi yang keluar, melainkan ibunya,” ujarnya.

Kepala Urusan Pemerintahan Desa Plumbon Yusuf menambahkan, sejak bom Cirebon meledak April lalu di kompleks Masjid Polres Cirebon, Hayat tak pernah terlihat di rumah mertuanya. Bahkan, jauh-jauh hari dia jarang pulang ke Plumbon.
Menurut Yusuf, sehari-hari keluarga Kirmanto berperilaku normal. Namun, Hayat dan istrinya memang jarang keluar rumah. Terlebih lagi, pekerjaan Hayat tidak jelas. “Di kartu keluarga, dia tercatat bekerja sebagai wisraswasta,” kata Yusuf.

Radar Cirebon kemarin juga mendatangi Marsiah, 60, nenek Hayat yang tinggal di Dusun Kidul RT 01/RW 02 Desa Astanalanggar, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon. “Yang saya tahu, dia anaknya pendiam dan tidak nakal. Pernah saya mendengar cerita dari bapaknya bahwa preman pun selalu dibaiki olehnya dengan selalu memberikan semangkuk bakso ketika preman itu ingin usil terhadap usaha bapaknya itu,” kata Marsiah. Di mata Marsiah, sulit bagi dia untuk percaya bahwa Hayat adalah pelaku bom bunuh diri.

Dia mengatakan tidak bertemu Hayat sejak belasan tahun lalu. “Orang tuanya pergi merantau sejak Hayat masih kecil,” tuturnya.

“Saya tidak tahu Hayat ada di mana sekarang. Sejak dia SD, saya sudah berpisah karena Hayat bersama orangtuanya pergi transmigrasi ke Kalimantan,” lanjutnya.

Sejak saat itu Hayat tidak pernah kembali ke Astanalanggar, desa yang menjadi tanah kelahirannya. Padahal, Daud, ayah Hayat, yang bekerja sebagai penjual bakso di Jalan Pandesan, Kota Cirebon, sudah kembali dari perantauan.
Dia mengakui, setelah insiden bom di kompleks Masjid Polres Cirebon April lalu, nama Hayat sering menjadi pembicaraan warga karena dianggap terlibat. Hal itu membuat Marsiah cemas. Bahkan, rumahnya pernah digeledah polisi. “Tiap malam saya selalu berdoa agar dia (Hayat) selamat. Jika polisi datang, silakan saja geledah,” terangnya.
Dia mengatakan, yang dikatakan orang selama ini tentang Hayat yang diduga terlibat dalam rentetan kasus peledakan bom merupakan fitnah besar. Sebab, belum ada kebenaran yang jelas mengenai keterlibatan itu. “Cucu saya difitnah,” ujarnya sambil menitikkan air mata.

Ahmad Yosepa terakhir pulang mengunjungi neneknya sebelum bulan Ramadan kemarin. Yuli (46) tetangga Masriah, mengenal Yosepa. Menurut dia, terakhir kali pria yang dipanggil Hayat itu pulang sebelum bulan Ramadan lalu.
“Sebelum puasa saja, ke rumah Masriah neneknya,” ujar Yuli, Senin (26/9).

Yuli menambahkan, Hayat atau yang dikenal dengan nama Ahmad itu, sebelum itu beberapa kali ke rumah Masriah. Namun, dia datang malam hari. “Tapi tidak lama terus pergi lagi,” tambah Yuli.

Sementara itu, Ika teman sekolah Ahmad Yosepa, mengaku tidak menyangka jika Hayat adalah pelaku pemboman GBIS Kepunton Solo. “Ya tidak menyangka, orangnya kan sopan, dan tidak macam-macam,” kata Ika, yang mendengar kabar soal teman kecilnya ini dari televisi.

Ahmad Yosepa, menghabiskan masa kecilnya di Desa Astanalanggar, Kec Losari, Kab Cirebon. Setelah lulus dari SD Astanalanggar I, keluarganya pindah ke Pandesan, Kota Cirebon.

“Sejak itu, hanya sesekali saja datang ke desa ini. Warga sini sama sekali tidak menduga jika Hayat yang mengebom di Solo,” tambah Yuli. (jpnn/c2/kum)

Gatot Harus Ngaku Salah, Kalau tak Mau Dipaksa

Kebijakan Mutasi Pejabat Eselon

JAKARTA-Mendagri Gamawan Fauzi menekankan agar Pj Gubsu Gatot Pujo Nugroho sendiri yang mengambil inisiatif melakukan evaluasi terhadap kebijakan mutasi yang telah diambilnya itu. Maksudnya, kemendagri tidak sampai harus melakukan tindakan paksaan.

”Saya harapkan ada evaluasi sendiri dari Pak Gatot,” kata mantan gubernur Sumbar itu.

Jadi, tidak perlu sampai dipaksa seperti kasus mutasi yang dilakukan Pj Wali Kota Pekanbaru Syamsurizal? “Iya, Pak Gatot saya harapkan mengevaluasi. Kan saya sudah memberikan teguran,” ujar Gamawan.
Untuk kesekian kalinya, Gamawan mengatakan, langkah mutasi yang dilakukan Gatot salah. “Sedang tugas kita adalah meluruskan. Mengingatkan kalau ada yang keliru, ya harus diluruskan,” tegasnya.

Mendagri Gamawan Fauzi mengaku belum menerima laporan resmi dari Plt Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho terkait pembatalan kebijakan melakukan mutasi besar-besaran di jajaran Pemprov Sumut, terutama terhadap para pejabat yang dinonjobkan.

Namun, berdasarkan informasi yang didapatkan Sumut Pos, Jumat (23/9) pekan lalu, Inspektor Pengawasan Provinsi (Irwasprov) Sumut, Nurdin Lubis, datang ke Kemendagri menemui Sekjen Diah Anggraeni. Tujuannya, menyerahkan laporan yang ditunggu Gamawan.

Hanya saja, lantaran kedatangan Nurdin Lubis Jumat petang dan kemarin (26/9), Diah Anggraeni sedang tidak ngantor karena tugas luar kota, laporan Gatot belum sampai ke meja Gamawan.
“Saya belum terima,” kata Gamawan Fauzi.

Sekda Definitif Terus Terkatung-katung

Sementara penetapan sekretaris daerah (sekda) definitif di Pemprovsu semakin tak tentu arah. Pasalnya, hingga kini tak ada tanda-tanda keputusan penetapan nama yang telah diusulkan Pemprovsu.
Usulan tiga nama calon Sekda Pemprovsu sudah diajukan sejak lama, bahkan sempat menuai polemik dualisme pengajuan. Tiga nama yang diajukan itu sempat ditolak dan bahkan dikirim ulang.
Plt Gubsu Gatot Pujo Nugroho menyebutkan tak ditetapkannya Sekda Pemprovsu definitif  merupakan beban bagi setiap orang di Sumut.

“Beban saya selaku Plt Gubsu, beban masyarakat Sumut dan beban DPRD Sumut. Ya, semoga diberikan kemudahan,” ucapnya singkat, usai menghadiri rapat paripurna di gedung DPRD Sumut, Senin (26/9).

Sementara itu, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Kementerian Dalam Negeri, Reydonnyzar Moenek mengatakan penetapan Sekda Pemprovsu masih menunggu surat keputusan presiden. Menurutnya, tim penilai akhir (TPA) telah selesai melakukan rapat finalisasi pembahasan terhadap enam usulan calon sekda yang diajukan Gubernur Sumut nonaktif Syamsul Arifin dan Plt Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho.

“Tim penilai akhir sudah menyampaikan nama calon Sekda Sumut kepada presiden untuk mendapat persetujuan,” katanya. Menurutnya, hingga kini kepres tentang Sekda Sumut belum turun.

Pengamat pemerintahan dan kebijakan publik, Dadang Darmawan menegaskan penetapan Sekda defenitif sudah seharusnya digagas. Bila ada persoalan diantara dua usulan yang diajukan, sebaiknya ambil jalan tengah dengan menelaah aturan. Bukan dijadikan sebagai ajang saling menyerang.

Selanjutnya, Pemprovsu dan DPRD Sumut harus duduk bersama untuk sama-sama mendesak Departemen Dalam Negeri (Depdagri) untuk segera menetapkan nama sekda defenitif. Apabila kedua instansi tersebut tak melakukan desakan, artinya ada indikan keduanya tak memikirkan masa depan Sumut. “Jadi harus sama-sama mendesaknya ke Pemerintah Pusat, bila perlu langsung desak ke Presiden,” pintanya.
(ril/sam)

Pemerintah Lemah

Cathy Sharon

Artis Cathy Sharon meminta pemerintah untuk lebih serius mengantisipasi dan bertindak terhadap teror bom.
“Pemerintah harus lebih serius lagi, karena bukan hanya gereja yang kena bom,” tegasnya.
Kakak kandung Julie Estelle itu mensinyalir kemungkinan ada jaringan lain yang masih mencari sasaran lain dan mengganggu keamanan negara. Untuk itu ia mengingatkan perlu ada sikap kewaspadaan dari pemerintah dan masyarakat.

”Heran masih ada saja kejadian (bom) kayak gini. Mungkin di belakang pelaku, ada jaringan luas yang masih berkeliaran dan meresahkan Sudah saatnya kita semua waspada terhadap hal ini,” ujarnya.

Mantan VJ MTV ini mensinyalir ada motif politis di balik rentetan teror di negeri ini. Apapun alasannya, teror tak mengenal prikemanusiaan karena makan korban jiwa.

“Rangkaian motif teror harus ditemukan. Kalau nggak, buat apa ada pemerintah atau aparat keamanan. Masyarakat juga selayaknya membantu,” kata Cathy.

Cewek kelahiran Jakarta 8 Oktober 1982 itu secara tegas setuju pemberlakuan hukuman mati bagi pelaku terorisme. Pasalnya, kurungan bui atau sanksi moral masyarakat sudah nggak mempan lagi bikin jera para pelaku teror.
“Kasus bom kayak gini pasti akan terus terjadi, apabila penanganan dari pemerintah kita masih lemah. Yang pasti, harus lebih dalam,” tegasnya.

Khawatir teror bom susulan, bintang Dawai 2 Asmara ini mengaku mulai parno datang ke tempat keramaian. Lain cerita kalau aparat keamanan dan pemerintah bisa menjanjikan sesuatu agar masyarakat nyaman beraktifitas lagi dimana saja.

“Semoga kasus ini tidak berkepanjangan. Jujur aku agak parno ke fasilitas umum, kayak mal. Tapi ya mau gimana lagi. Aku pasrah, coba positif thinking saja, semoga kasus ini tidak terjadi lagi dan pemerintah bisa mengatasi,” tutupnya. (cr-4/rm/jpnn)

8.393 Calon Haji Siap Berangkat

MEDAN-Sebanyak 8.393 jamaah haji asal Sumatera Utara sudah melunasi ongkos naik haji (ONH) dan siap berangkat ke Tanah Suci, yang terbagi dalam 19 kelompok terbang (kloter).

Dari jatah kuota untuk Sumut sebanyak 8.404 jemaah, tinggal 11 jemaah yang terancam batal berangkat karena belum melunasi ONH. Jumlah kuota untuk Sumut yang semula hanya 8.234 bertambah menjadi 8.404. Tambahan itu berasal dari jatah kuota lokal 60 jemaah dan jatah kuota nasional 110 jemaah.

“Awalnya kuato jemaah haji sebelumnya hanya 8.234. Namun, saat ini calon jamaah haji bertambah menjadi  8.404. Sebanyak 8.393 calon jamaah haji siap berangkat dan sudah tidak akan berubah lagi,” bilang Kasubag Humas Kanwil Kemenag Sumut, Drs Chairul Syam kepada Sumut Pos, Senin (26/9).

Menurutnya, 8.393 calon jemaah haji nantinya akan mulai diberangkatan mulai kloter pertama 2 Oktober 2011 dengan menggunakan pesawat Garuda Indonasia.

“Sebelum berangkat calon jamaah haji yang tergabung di kloter pertama yang berasal dari Medan dan Labuhanbatu harus masuk Asrama Haji Medan,” bebernya.

Terkait pemondokkan untuk calon jemaah haji, Chairul menjelaskan tahun 2011 ini sangat dekat sekali jaraknya yakni berkisar 2 Km dari Masjidil Haram.

“Nah kalau pada tahun-tahun sebelumnya lokasi pemondokan jemaah haji berkisar 7 Km dari Masjidil Haram,” bilang Chairul.

Untuk itu calon jemaah haji yang ingin melaksanakan ibadah tidak terlalu capek lagi untuk pulang balik ke pemondokan.

“Pokoknya pada tahun ini calon jamaah haji kita servis dengan baik pemberangkatan serta pelaksanaan ibadah haji mereka,” kata Chairul. (omi)

Calo Gentayangan Manfaatkan Pengumuman Honorer Jadi CPNS

JAKARTA-Masa menunggu pengumuman 67 ribu tenaga honorer yang dijanjikan akan diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) pada Oktober 2011, dimanfaatkan para calo untuk mengincar mangsa.

Buktinya, kemarin (26/9) ada salah seorang korban mendatangi gedung Kemendagri, mengecek ada tidaknya nama Dacos Kosasih, yang mengaku pegawai Bagian Litbang Kemendagri dan kenal dekat dengan Sekjen Kemendagri, Diah Anggraeni.
Pria ini mengaku adik iparnya dijanjikan bisa diangkat menjadi CPNS oleh pelaku, dengan setor Rp70 juta. Sialnya, ada 13 korban lainnya yang diurus pelaku, dengan menyetor Rp70 juta hingga Rp100 juta.

Sejumlah petugas penerima tamu Kemendagri, termasuk salah seorang staf sekjen, langsung memastikan bahwa tidak ada nama Dacos Kosasih di Bagian Litbang Kemendagri. Petugas juga meyakinkan bahwa itu ulah penipu yang mengaku kenal Diah, lantaran korban juga diberi alamat yang ganjil. Korban menyantumkan alamat kerjanya di Kavling IV Kemendagri. Padahal, gedung-gedung yang dipimpin Gamawan Fauzi itu tidak mengenai pembagian dengan istilah kavling.
“Siapa pun bisa jual nama. Nggak ada itu, namanya saja penipu. Ini tak hanya sekali dua kali,” ujar Kapuspen Kemendagri, Reydonnyzar Moenek saat dikonfirmasi Sumut Pos.

Donny, panggilan Reydonnyzar, menduga, para calo beroperasi memanfaatkan masa tunggu pengumuman tenaga honorer menjadi CPNS. (sam)

158 Tewas di Thailand, 61 di Kamboja

Dua Bulan Banjir

BANGKOK- Sejak pertengahan Juli 2011 lalu banjir di Thailand telah menewaskan 158 orang. Sedangkan di Kamboja, sebanyak 61 orang tewas dalam 2 minggu terakhir.

Banjir yang menggenangi sebagian wilayah di Thailand selain merenggut korban jiwa, lebih dari 2 juta are atau setara 809 ribu hektarlahan pertanian di Thailand digenangi air.

“Dua pertiga provinsi di utara dan tengah Thailand digenangi air dan sedikitnya 2 juta warga telah menderita banjir bandang dan hujan deras,” ujar Departemen Mitigasi dan Pencegahan Bencana Thailand dilansir Reuters, Senin (26/9).
Banjir mempengaruhi ibukota Bangkok, yang berada 2 meter di atas permukaan laut, Sungao Chao Phraya juga meluap hingga ke jalan-jalan di sekitarnya, kendati pemerintah telah memperbaiki tanggul sungai.

Hadapi banjir itu, Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra gelar teleconference dengan para gubernur di wilayah yang dilanda banjir, pada pertemuan itu Thailand menyiapkan 40 milar baht sekitar 1,2 miliar dolar US.
Direktur Deputi Informasi Komite Manajemen Bencana Nasional Kamboja, Keo Vy mengatakan korban tewas akibat banjir di provinsi sepanjang Sungai Mekong dan Danau Tonle naik.

“Kekhawatiran sekarang adalah kekurangan makanan, kesehatan manusia dan hewan juga menurun,” ujarnya.(net/jpnn)

Jaringan Al Qaeda Serang Marinir Filipina

TALIPAO- Sekelompok orang yang diduga militan Islam menyerang tentara pemerintah yang menjaga sebuah bangunan sekolah di selatan Filipina tepatnya di Provinsi Sulu, Minggu (25/9). Baku tembak tak terelakkan, 17 orang dari kedua kubu dilaporkan tewas.

Seperti dilansir kantor berita Associated Press, gerombolan yang terdiri dari 50 pria bersenjata itu menyerang dua detasemen Marinir di kota Talipao saat fajar. Baku tembak berlangsung selama dua jam. Sebanyak 13 militan dilaporkan tewas, sementara dari kubu Marinir 2 orang tewas serta dua warga desa tersebut.

Para penyerang diduga merupakan anggota baru kelompok Abu Sayyaf yang selama ini dikenal sering melakukan aksi kekerasan. Kelompok baru yang dinamai Awliyah ini memang sudah diintai pasukan Marinir selama setahun.
“Ada orang-orang tertentu yang menentang rencana pembangunan negara, oleh sebab itu Wali Kota menjadi sangat marah,” kata Komandan Marinir Romeo Tanalgo.

Dia juga menyebutkan, sebagian besar militan dilengkapi senapan M16 dan sejumlah senjata lainnya.
Sementara itu, juru bicara militer Filipina Letnan Kolonel Randolph Cabangbang mengatakan, dua pasukan dan 13 orang militan tewas dalam insiden baku tembak tersebut.

Cabangbang mengatakan, militan yang melakukan serangan tergabung dalam kelompok Awiiyah. Kelompok ini merupakan organisasi yang berafiliasi dengan militan Abu Sayyaf. Para penyerang diduga dari kelompok Muslim bersenjata yang memiliki jaringan ke al Qaeda pimpinan Abu Sayyaf dan Moro National Liberation Front yang lebih besar di kota Talipao di provinsi Sulu.

Juru bicara Kedutaan Besar AS, Tina Malone menyebutkan bahwa kekerasan tersebut menyebabkan pekerjaan proyek harus dihentikan di lokasi sekolah.

Namun, Malone menegaskan, meski terjadi kekerasan, Washington akan terus bekerja sama dengan Manila untuk pembangunan Provinsi Sulu.
Akibat peristiwa itu, sebuah pernikahan Islam di Talipao terpaksa dibatalkan. Warga yang marah berencana membantu tentara menggempur para militan. Namun, niat mereka ditolak tentara Marinir.
Kelompok Abu Sayyaf telah dinyatakan sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat dan Filipina. Mereka memiliki keterkaitan dengan jaringan teroris nomor wahid dunia Al-Qaeda dan dikenal pula sebagai anggota radikal dari kelompok pemberontak Front Pembebasan Moro.  (bbs/jpnn)