29 C
Medan
Tuesday, December 23, 2025
Home Blog Page 14695

Dishub dan Satlantas tak Tegas

Banyaknya angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) dan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) yang tidak masuk ke Terminal Terpadu Pinang Baris dan Amplas mengakibatkan kebocoran PAD bagi Kota Medan. Hal ini disebabkan, tidak tegasnya sikap pemerintah, dalam hal ini Dinas Perhubungann (Dishub) Kota Medan, terhadap supir-supir bus tersebut. Karenanya, Dishub diminta segera menindak supir bus yang enggan masuk ke terminal.

Demikian dikatakan Ketua Komisi D DPRD Medan Parlaungan Simangunsong kepada wartawan koran ini Juli Rahmadhani Rambe, kemarin. Berikut petikan wawancaranya.

Menurut Anda, apa yang menyebabkan supir bus AKAP dan AKDP tersebut enggan masuk ke terminal?
Ini dikarenakan tidak ada ketegasannya dari Dishub Kota Medan dan kepolisian. Maksudnya begini. Masalah ketidakdisiplinan supir yang tidak melewati terminal telah menjadi sorotan masyarakat. Tetapi tetap saja kedua instansi ini tidak mengambil tindakan atas kelakuan supir bus tersebut. Padahal ini jelas melanggar peraturan. Jadi, seharusnya ada peninjauan lapangan langsung yang dilakukan kedua instansi ini agar hal ini tidak berkembang.

Mungkin ada indikasi lain yang membuat supir bus enggan masuk ke terminal?
Di sinilah, tugas kita untuk mencari tahu, ada apa atau apa ada? Karena semua kegiatan untuk memasyarakatkan peraturan ini telah dilaksanakan. Karena itu, seharusnya kita dapat lebih tajam untuk mengetahui permaianan yang sedang berlangsung ini. Masak, melanggar peraturan secara terang-terangan kita diamkan.

Jadi menurut Anda, apa yang harus dilakukan?
Sosialisai yang mengedepankan tindakan. Dengan sosialisasi ini, perusahaan angkutan akan mengetahui sanksi jika tak masuk ke terminal. Sosialisasi juga dapat dilakukan di terminal, sehingga para supir dapat mengetahui pelanggaran yang telah dilakukannya. Jadi nantinya bila diberikan sanksi karena ketidakdisiplinan yang dilakukan, setidaknya telah diberikan sosialisasi awalnya.

Sosialisasikan juga masalah izin terminal ini pada perusahaan angkutan, sehingga mereka dapat memberi tahu kepada supir. Dan terkahir sosialisan masalah izin terminal ini di BPPT (Badan Perizinan Pelayanan Terpadu). Nah, setelah sosialisasi ini dilakukan, beri waktu kepada perusahaan angkutan untuk dapat melaksanakan peraturan ini.

Bagaimana dengan pihak perusahaan angkutan?
Nan, ketidakdisiplinan supir ini juga harus kita lihat pada ketegasan pihak perusahaan. Mereka mengetahui permasalahan, tapi mendiamkan para supirnya melakukan kesalahan. Jadi, dalam angkutan yang harus masuk Terminal Amplas, bukan hanya ketidaktegasan pihak kepolisian dan Dinas Perhubungan, tapi juga pihak perusahaan.

Jadi apa yang harus dilakukan, agar masalah ketidak disiplinan ini dapat kelar?
Beri tindakan pada supir dan juga pimpinannya, apalagi oknum tersebut terkait secara langsung dengan masalah ini, sehingga tidak ada lagi oknum yang tidak taat peraturan.(*)

Terminal Liar Ditertibkan

Dishub Lakukan Pendataan Loket

MEDAN- Keberadaan angkutan dan terminal liar sering dianggap sebagai penyebab kemacetan lalulintas di Kota Medan. Karenanya, Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Medan diminta segera menertibkannya.

“Pemerintah dalam hal ini Dishub Kota Medan tak boleh kalah. Untuk ketertiban, ketegasan merupakan hal mutlak,” kata Sekretaris Komisi D DPRD Kota Medan Muslim Maksum, Jumat (19/8).
Menurutnya, Pemko Medan jangan hanya berani menertibkan pedagang kaki lima (PKL), tapi juga harus berani menertibkan terminal-terminal liar yang beroperasi di luar Terminal Terpadu Amplas dan Pinang Baris. “Seharusnya, terminal liar di inti kota juga ditindak tanpa ada upaya untuk mengendurkan nyali. Pemerintah itu harus adil dan memperlakukan setara warganya,” tegasnya.

Menyikapi hal itu, Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Kota Medan Armansyah Lubis mengatakan, pihaknya saat ini tengah melakukan penertiban terhadap angkutan dan terminal liar yang beroperasi di Medan. “Setiap hari kami menurunkan tim untuk melakukan penertiban terhadap terminal dan bus liar,” ujar Armansyah Lubis, kemarin.

Dikatakannya, penertiban dilakukan dengan mendata seluruh loket-loket di terminal yang berada di sekitar terminal Amplas dan Pinang Baris terkait izinnya. “Sebagai tindak lanjut, tim akan melakukan pendataan terhadap loket-loket terminal. Kita akan mengetahui apakah terminal kecil tersebut memiliki izinnya,” ucapnya.

Dijelaskannya, pendataan yang dilakukan bersama Satlantas Polresta Medan juga melakukan tindakan, apabila ada loket atau pool bus yang tak memiliki izin atau masa izinnya telah habis. “Bersama tim gabungan kita juga membawa Polisi Militer (PM) untuk menindak apabila ada oknum atau preman yang melakukan pembekingan,” katanya.

Diketahui, penertiban terminal liar pernah dilakukan pada 2009 dan 2010 lalu. Meski mendapat penolakan, tapi akhirnya kegiatan pool bus AKAP dan AKDP di inti kota pernah berhenti dan pindah ke wilayah lingkar luar. Belakangan, terminal kembali muncul, bahkan lebih terang-terangan.

Di Jalan Sisingamangaraja, armada AKDP sampai diparkir di badan jalan dan menggunakan sepertiga bagian jalan. Belum lagi kendaraan, seperti becak, taksi, ataupun angkutan kota yang datang menurunkan penumpang di sekitar pool. Akibatnya, kepadatan kendaraan tak terhindarkan dan menimbulkan kemacetan.

“Kami terus melakukan antisipasi kemacetan lalulintas. Meskipun sampai sekarang belum ada masyarakat yang mengeluhkan keberadaan pool taksi-taksi itu,” kata petugas Satlantas Polresta Medan.

Sementara itu, untuk pengamanan Hari Raya Idul Fitri 1432 Hijriyah, jajaran Poldasu menetapkan 18 Polres prioritas dan 8 Polres imbangan. Penetapan 18 Polres sebagai prioritas tersebut, berdasarkan tingkat aktivitas menjelang dan sesudah lebaran didaerah tersebut.

“Aktifitas di 18 wilayah Polres ini meningkat, dibandingkan Polres imbangan lainnya. Itulah alasan ditetapkannya 18 Polres ini menjadi prioritas pengamanan lebaran,” ungkap Kasubbid PID Humas Polda Sumut MP Nainggolan di Mapoldasu, (19/8).

Ke 18 Polres prioritas tersebut antara lain, Polresta Medan, Belawan, Binjai, Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai (Sergai), Tebing Tinggi, Asahan, Labuhan Batu, Tanjung Balai, Silmalungun, Pematangsiantar, Tanah Karo, Sibolga, Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah dan Polres Mandailing Natal (Madina).

“Total personel yang dikerahkan dari Polres prioritas ini berjumlah 2.180 personel,” tambahnya.
Sementara untuk 8 Polres imbangan yakni, Polres Tobasa Samosir (Tobasa), Humbang Hasundutan (Humbahas), Tapanuli Utara (Taput), Samosir, Phakpak Barat, Nias dan Polres Nias Selatan (Nisel). “Masing-masing Polres imbangan mengerahkan 30 personel. Jadi, totalnya 240 personil secara keseluruhan,” tambah mantan Kapolres Nias itu.

Dijelaskannya, dengan adanya Polres prioritas ini, personel yang terlibat nantinya akan dikerahkan guna membantu dan memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menggelar mudik.
Disebutkannya, kewaspadaan terkait kemungkinan terjadinya peningkatan kriminalitas tetap harus dilakukan, selama warga masyarakat melaksaksanakan lebaran bersama keluarga.

“Bagi masyarakat yang hendak meninggalkan rumah untuk berlebaran di kampung halaman hendaknya memberitahukan kepada Kepling setempat, agar rumah tersebut dalam pengawasan sehingga dapat menghindari para pelaku kejahatan,” imbau MP Nainggolan.(adl/ari)

Mobil Penukaran Uang Diserbu Warga

MEDAN- Masyarakat yang ingin menukarkan uang di Lapangan Medeka Medan membludak, Jumat (19/8) siang. Tiga mobil kas yakni milik Bank Mandiri dengan kartu antre warna merah, Bank Indonesia (BI) dengan kartu antre kuning dan BNI dengan kartu antre hijau melayani masyarakat yang ingin menukarkan uangnya untuk keperluan Lebaran.

Pimpinan Bank Indonesia (BI) Regional Sumut-Aceh Nasser Atorf mengatakan, uang pecahan kecil yang disediakan BI sangat cukup, sehingga untuk tahun ini penukarannya tidak dibatasi. “Berapa saja boleh, untuk tukaran uang pecahan Rp10 ribu, Rp5 ribu, Rp2 ribu dan Rp1.000,” katanya.

Disebutkannya, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap uang kecil, BI bekerjasama dengan bank-bank di Medan dan sekitarnya membuka 76 loket penukaran uang pecahan kecil. Ke 76 loket itu tersebar di beberapa wilayah yakni Lapangan Merdeka dilayani BI dan 2 bank lainnya yakni Bank Mandiri dan BNI. Penukaran mulai pukul 09.00-12.00 WIB, kecuali hari libur dan Sabtu-Minggu. Selain itu, mobil kas Bank Mandiri bahkan memberikan pelayanan ATM di dalamnya,” kata Nasser.

Dengan begitu, lanjut Nasser, masyarakat yang kehabisan dana bisa langsung mengambil dananya di mesin ATM yang ada di dalam mobil. “Libur lebaran ini diperkirakan hampir seminggu, pihaknya berkoordinasi dengan bank-bank agar mencukupi dananya di ATM supaya kebutuhan masyarakat dapat teratasi. BI dan bank-bank juga kerjasama dengan kepolisian untuk meningkatkan keamanan, terutama di mesin ATM,” ungkapnya.

Ahmad Rinaldi, warga Jalan Polonia Medan, sengaja datang lebih cepat ke lokasi untuk menukarkan uangnya Rp5 juta untuk pecahan Rp10 ribu dan Rp5 ribu. “Uang yang ditukarkan akan dibagikan kepada anak-anak saat Idul Fitri nanti,” katanya.(adl)

152 Peserta Ikut Lomba Busana Muslim

MEDAN- Sebanyak 152 peserta putra dan putri dari 21 kecamatan se-Kota Medan ikut lomba bu sana muslim yang digelar Kamis (18/8) malam. Perlombaan ini dilaksanakan di panggung utama, persisnya di pinggir kolam.

Pengunjung sangat antusias mengikuti jalannya acara. Mulai orang tua sampai muda-mudi rela berdiri mengelilingi pagarn kolam untuk menyaksikan peserta melenggak-lenggok dengan busana muslim yang mereka pamerkan.
“Umumnya peserta didominasi pelajar SLTA. Mereka sangat antusias mengikuti perlombaan busana Muslim ini,” kata Surya Darma, anggota koordinator acara Ramadhan Fair 2011.

Dijelaskan Surya, jumlah peserta putri sebanyak 75 orang, sedangkan peserta putra mencapai 77 orang. Untuk menetapkan siapa yang keluar sebagai juara dalam perlombaan itu, panitia telah menunjuk 3 dewan juri. “Dewan juri akan melakukan penilaian secara objektif untuk menetapkan siapa yang berhak keluar sebagai juara pertama, kedua dan ketiga serta harapan satu, dua dan tiga,” ucapnya.

Menurutnya, agar tidak menggangu pelaksanaan ibadah. Perlombaan busana Muslim dimulai usai Salat Tarawih sekitar pukul 21.30 WIB. “Satu per satu peserta menunjukkan kebolehannya beraksi di atas panggung. Bagi peserta yang belum mendapat giliran tampil, mereka menunggu di tenda vip. Masing-masing peserta terlihat didampingi keluarganya untuk memberikan support maupun semangat. Itu sebabnya panitia mengizinkan tenda vip bebas dimasuki, mengingat jumlah keluarga yang datang untuk memberikan dukungan kepada para peserta cukup banyak,” bebernya.

Sampai pukul 23.00 WIB, perlombaan masih berlanjut. Masih banyak lagi peserta busana Muslim yang belum tampil. “Walaupun masih banyak peserta yang belum tampil, tapi perlombaan ini akan diselesaikan malam ini juga. Mereka tinggal menunggu giliran saja. Setelah itu dewan juri akan melakukan penilaian untuk menetapkan siapa yang berhak menjadi juara perlombaan busana Muslim baik kategori putra maupun putri,” ungkapnya.(adl)

Disbudpar Kesulitan Tindak Hiburan Malam

MEDAN- Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Medan mengaku kesulitan menindak tempat hiburan malam yang menjadi fasilitas hotel. Pasalnya, tim gabungan yang terdiri dari Disbudpar, Polisi, Koramil dan Satpol PP sulit membedakan mana pengunjung dari luar hotel dan tamu hotel.

“Untuk penertiban tempat hiburan yang  menjadi fasilitas hotel, kita sulit untuk menindaknya, karena tak bisa membedakan mana tamu hotel dan mana pengunjung dari luar. Takutnya nanti salah kaprah,” kata Kadisbudpar Kota Medan Busral Manan, Jumat (19/8) siang.

Namun begitu, dia menegaskan, akan tetap melakukan pengawasan terhadap pengunjung atau tamu dari luar hotel yang sering mangkal di sana. “Kalau yang sperti itu akan kita awasi dan akan dilakukan penertiban,” janjinya seraya menambahkan, akan terus melakukan peninjaun terhadap tempat hiburan yang dijadikan fasilitas hotel.

Selain itu, Busral menjelaskan, kalau untuk fasilitas hotel berdasarkan surat edaran Walikota Medan No.503/14505 tanggal 19 Juli 2011, waktu pelaksanaanya dibatasi hingga pukul 02.00 WIB. “Bila melanggar akan kita beri sanksi. Untuk itu akan kita tinjau. Apakah tempat hiburan tersebut bukanya lewat dari jam 02.00 WIB,” bebernya.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Komis C DPRD Medan Jumadi mengatakan, kalau Disbudpar Medan jangan melakukan pendataan atau menggertak para pemilik tempat hiburan saja. Selain itu, Disbudpar juga jangan pilih kasih dalam melakukan penertiban yang melanggar peraturan di Kota Medan. “Kami akan pantau terus sampai di mana penertiban yang dilakukan Disbudpar. Jangan sampai ada tempat hiburan maupun fasilitas hotel yang buka selama Bulan Ramadan,” pintanya.(adl)

Cinta tak Direstui, Pacar Dibawa Kabur

Beginilah bila sudah dimabuk cinta, dunia seakan milik berdua. Meski tak mendapat restu dari orangtua, Mulia (24), yang sehari-hari bekerja sebagai supir angkutan umum, nekat membawa kabur pacarnya Asri (16), ke Pekanbaru, Riau. Akibatnya, lelaki warga Jalan Pasar VIIn Komplek Perumahan Cendana Asri, Kecamatan Percut Sei Tuan ini harus meringkuk di sel Mapolresta Medan.

Menurut pengakuan Mulia saat diinterogasi di Mapolresta Medan, ia melarikan anak di bawah umur ini karena dia sangat mencintai Asri. Namun sayang, cintanya itu tak mendapat restu dari orangtua Asri. Lantas dia pun berniat untuk membawa kabur pacarnya itu agar bisa hidup bersama membina rumah tangga.

Niatnya membawa kabur gadis warga Jalan Makmur, Gang Kenanga VI, Desa Sambi Rejo Timur, Percut Sei Tuan ini semakin besar setelah dia mendapat pekerjaan di Pekanbaru. Karena sudah termakan cinta, Asri pun dengan cepat mengamini ajakan sang pacar.

Dengan meninggalkan sepucuk surat kepada ibunya, Asri pergi menuju Pekanbaru bersama Mulia. “Maafkan aku Mak, aku sudah buat susah terus dua tahun ini. Jangan salahkan Bang Mulia, ini kemauanku,” tulis Asri dalam suratnya.

Setelah tiba di Pekanbaru, mereka menyewakan kamar kost. Namun, Mulia mengaku belum sempat meniduri Asri di kamar itu. Dua minggu hidup bersama, tiba-tiba Mulia berubah pikiran dan meminta Asri untuk pulang ke Medan. Mulia beralasan, kasihan melihat keluarga Asri yang selalu mencari dirinya. Meski kecewa, Asri menuruti permintaan pacarnya itu.

Setibanya di Medan, keluarga Asri berang dan langsung membuat pengaduan ke Polresta Medan. Untuk memancing agar Mulia kembali ke Medan, mereka meminta Asri untuk menghubungi Mulia dengan alasan untuk mencabut perkara di Polresta Medan. Tanpa curiga, Mulia pun kembali ke Medan.

Setelah tiba di Medan, bukannya mencabut perkara, Mulia malah diserahkan ke Polresta Medan. Akibatnya, ia harus melewatkan lebaran tahun ini di Polresta Medan.(ala)

JPU Dilaporkan ke Kejagung

MEDAN- Syarifah Hasanah, warga Jalan Gatot Subroto No 177, Kelurahan Sei Sekambing B, Kecamatan Medan Sunggal, melaporkan Jaksa Penuntut Umum (JPU) MM SH dan hakim Pengadilan Negeri (PN) Medan ke Jaksa Agung RI di Jakarta. Selain itu, mereka juga dilaporkan ke Menteri Hukum dan HAM RI di Jakarta, Kejati Sumut, Kapolda Sumut dan Kejari Medan.

Laporan ditujukan karena adanya dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan jaksa Kejari Medan, selaku JPU yang menangani perkara Syarifah selaku saksi korban, terkait tindak pidana korupsi berupa perbuatan pemerasan.

“Saya menduga ada upaya JPU Kejari Medan untuk melepaskan panitera Eddy Suhairi, selaku terdakwa dalam perkara yang saya alami. Dimana, JPU diduga ‘mengutak-atik’ dakwaan yang tidak sesuai, bahkan melenceng dengan keterangan yang saya buat di penyidik Polda Sumut,” kata Syarifah, Jumat (19/8).

Menurutnya, perbedaan itu adalah di dalam dakwaan menegaskan, terdakwa Eddy Suhairi ditemui oleh dirinya di Kantor PN Medan, dan menanyakan apakah anaknya bisa dibantu. Namun terdakwa belum bisa memastikan apakah anaknya yang terlibat kasus narkoba, Said Ikhsan, dapat dibantu atau tidak.

Itu sengaja diubah atau ditambahi JPU, karena sesuai hasil perbandingan antara dakwaan JPU dan BAP Polisi, keterangan itu tidak ada dan bertolak belakang. Justru sebaliknya, dalam BAP Polisi disebutkan terdakwa menemui saya. Dan, atas dasar itu pula saya membuat laporan,” ujarnya.(rud)

Sahur Bersama Ketua Fraksi PAN Medan, Ahmad Arief

Terbiasa Puasa Senin-Kamis

Puasa bagi Ahmad Arief dan keluarganya menjadi wadah untuk mempersiapkan diri menjalani tugas keseharian. Sedangkan menjadi anggota dewan, sama halnya dengan upaya meningkatkan ketaqwaan serta iman.

Nuansa biru mewarnai dinding rumah Ahmad Arief di rumah pribadinya di Jalan Amaliun nomor 91, Keluarahan Kota Matsum IV, Kecamatan Medan Arean
Di teras terlihat rumah mobil kijang kapsul warna hitam dengan nomor polisi BK 1052 L dan bunga-bunga kecil dalam pot tersusun rapi dipinggiran pagar yang selalu terkunci.

“Kita duduk di dalam saja yuk, sambil menunggu santapan sahur yang sedang dipersiapkan,” kata Ketua Fraksi PAN Medan itu.
Hidangan teh manis hangat di gelas kecil menemani pembicaraan subuh dengan topik perjalanan Ahmad Arief menjadi angota Dewan.

Lulusan sarjana ekonomi manajemen, dirinya sempat bekerja di PT Bimantara di Jakarta. Ia kemudian menjadi Kepala Stasiun RCTI di Medan pada tahun 1993.Setalah pecah reformasi di tahun 1998, Ahmad Arief bergabung dengan Fraksi PAN, partai yang membesarkan namanya.

“Sewaktu muda saya aktif sebagai di berbagai organisasi pelajar Muhammadiyah. Awalnya saya belum tertarik menjadi anggota dewan, padahal saya salah satu dari delapan inisiator (pendiri) Partai Amanat Nasional di Sumut dan saya juga sebagai sekretaris tim verifikasi sebagai penentu anggota dewan di Sumut,” cetusnya.

Setelah lama berbincang, Zulmawaty, istrinya Ahmad Arief menghampiri dan mengajak bergabung ke ruang makan. Di sana sudah menunggu tiga anak Ahmad Arief-Zulmawaty yakni Jihan Fadilah, M Miftah Maarif dan M Furqon Maarif.

Di atas meja terhidang telur dadar, ikan selar goreng sambal dan udang sambal serta nasi putih dengan minuman air putih. Semuanya masih hangat. “Silakan disantap menu yang apadanya ini Bang,” kata Zulmawaty yang sehari-hari bekerja sebagi reletionship manager di sebuah bank plat merah ini.
Ahmad Arief yang mengenakan baju koko berwarna biru dengan lobe putih langsung melahap makanan yang tersedia. “Ayo tambah, jangan malu-malu,” cetus Arief.

Setelah menyantap hidangan sahur, tim kembali lagi ke ruang tamu bersama Ahmad Arief untuk melanjutkan perbincangan sambil menunggu masuknya waktu imsyak dan Salat Subuh. “Saya dan istri sudah terbiasa puasa Senin- Kamis. Dan saya pun lebih senang berbuka puasa di rumah dari pada diluar, kecuali ada hal-hal yang penting,” ungkapnya.

Berpuasa bagi Ahmad Arif dan keluarga juga menjadi bagian mendisiplinkan diri dan mensyukuri apa yang sudah diberikan oleh pencipta. Sedangkan terpilih menjadi anggota dewan di periode ke II dan Ketua PAN Medan merupakan bahagian dari evaluasi diri. “Tahun 2004 saya tertarik mejadi anggota dewan karena tugas dewan merupakan bahagian dari evaluasi diri dan meningkatkan ketaqwaan serta iman,” pintanya.

Selain sibuk menjadi angota dewan, di bulan Ramadan, Ahmad Arif juga sibuk dengan kegiatan PAN Fair 2011 yang memantau ke cabang-cabang yang memiliki posko buka puas gratis. “Kalau di rumah PAN kota Medan, kita menggelar buka puasa gratis untuk 300 orang. Tidak lupa kita juga melakukan buka puasa bersama dengan rutin di lima Dapem dan memberikan santunan kepada anak yatim serta pembahagian sembako,” katanya.

PAN Fair yang dilaksanakan dari awal hingga akhir Ramadan, juga diisi tausyiah sebelum buka puasa bersama. “Dengan pelaksanaan PAN Fair kita melakukan konsolidasi menyelesaikan musyawarah-musyawarah cabang untuk pemilihan ketua baru di DPC (Kecamatan),” jelasnya.
Karenakan waktu imsak sudah dekat, sebelum tim dan Ahmad Arief melaksanakan Salat Subuh berjamaah di musala belakang rumahnya.

Di akhir pembicaraan, Ahmad Arief berharap seluruh kader untuk lebih fokus beribadah dan bersilaturahmi. “Karena dengan konsolidasi yang dilakukan kekader partai dan simpatisan serta mantan pengurus itu merupakan ajang silaturahmi,” harapnya seraya menambahkan kalau dirinya lebih suka melaksnakan salat berjamaah dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya secara berjamaah bersama keluarganya.(*)

Tiga Remaja Palestina Kuliah di FK UISU

MEDAN- Tiga remaja Palestina korban perang akan mengecap pendidikan di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Al Munawarrah secara gratis. Kuliahnya ketiga warga negara Palestina tersebut di UISU berkat kerjasama yang dimediasi MER-C (Medical Emergency Rescue-Committee).

Hal itu diungkapkan Rektor UISU Prof H Zulkarnain Lubis dalam pertemuan antara yayasan dan rektorat UISU dengan Ketua Tim Relawan MER-C Indonesia, dr Joserizal Jurnalis Sp OT di gedung Kampus Fakultas Kedokteran UISU Jalan SM Raja Medan, Jumat (19/8) pagi.

Zulkarnain mengungkapkan, sebelumnya negara Palestina meminta agar warganya bisa kuliah di Fakultas Pertanian dan Fakultas Kedokteran UISU.

“Kita melihat, hanya Fakultas Kedokteran yang cocok dan siap ditawarkan kepada Palestina untuk mendapatkan pendidikan gratis. Hal itu pun berdasarkan latar belakang kebutuhan Rumah Sakit Indonesia di Bayt Lahiya, Gaza Utara, Palestina, yang kekurangan tenaga medis dalam merawat korban perang,” sebutnya.(uma)

Pejabat Jangan Berpikir Balik Modal

MEDAN- Pejabat publik yang diangkat sebaiknya tak berpikir tentang upaya balik modal (break even point) mengembalikan modal kampanye. Karena bila pejabat publik masih berpikir demikian maka masyarakat tetap menjadi korban.

Pernyataan itu disampaikan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) H Luthfi Hasan Ishaaq MA, Kamis (18/8) dalam pidato kebangsaan yang disampaikannya dalam silaturahim dengan para tokoh masyarakat, alim ulama dan pimpinan media di Tiara Convention Hall Medan.

Dalam acara yang bertemakan “Mengisi Kemerdekaan dengan Semangat Ramadan,” Luthfi Hasan mengungkapkan, untuk memperbaiki sistem pemerintahan saat ini, perlu dirunut dari proses perekrutan pejabat publik maupun pejabat politik. Karena yang masih banyak terjadi di tengah perkembangan situasi pemerintahan sekarang, untuk dapat terpilih menjadi calon anggota dewan saja, dibutuhkan dana yang tidak sedikit.

“Alhamdulillah, di PKS tidak terjadi hal-hal yang demikian. Sejak berdiri tahun 1998, kita terus mengalami pertumbuhan yang biasa kami sebut dengan kepercayaan masyarakat,” ujar Luthfi Hasan di hadapan 400-an hadirin yang hadir, sembari menunggu waktu berbuka puasa bersama.

Dia mengingatkan, siapapun yang diorbitkan sebagai pejabat publik, adalah cerminan dari situasi dan kondisi masyarakat saat ini. Sebaiknya masyarakat mengenal tentang tanggung jawab pejabat publik, terkhusus dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan publik.

“Jika ada sekian ribu pejabat dan sekian ribu pula memikirkan Break Even Point, maka tidak ada yang mampu secara utuh memikirkan pembangunan bangsa. Lebih parah lagi, jika suasana seperti ini terus berkesinambungan,” sebutnya.(ril)