25 C
Medan
Saturday, December 20, 2025
Home Blog Page 14854

Diwarnai Penyerahan Santunan dan Donor Darah

PWI Sumut Buka Puasa Bersama

MEDAN– Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Sumatera Utara melaksanakan buka puasa bersama diwarnai penyerahan santunan kemalangan, penyerahan kartu anggota muda, serta aksi sosial donor darah di halaman gedung PWI Sumut Parada Harahap Jalan Adinegoro No 4 Medan, Jumat (12/8).

Hadir saat itu Plt Gubsu diwakili  Kadis Kominfo Dr H Asren Nasution MA, Anggota DPD-RI Parlindungan Purba SH MM, Ketua Fraksi Golkar DPRD Sumut H Hardi Mulyono, Bendahara Fraksi PDI-P Brilian Moktar, Ketua SPS Sumut H M Zaki Abdullah, Sekretaris PSMS Idris SE, para Pemimpin Umum dan Pemred media massa, serta undangan.
Ketua PWI Sumut Drs Muhammad Syahrir dalam sambutan mengatakan, penyerahan santunan kemalangan anggota PWI kepada keluarga yang ditinggal, penyerahan kartu, dan donor darah merupakan program berkelanjutan yang digelar PWI Sumut.

”Pada hari baik dan bulan baik ini, rangkaian program tersebut sengaja secara bersamaan kami gelar dalam rangkaian berbuka puasa bersama sehingga lebih mendapat berkah dari Allah SWT,” ujar Syahrir.
Adapun santunan kemalangan yang diserahkan kepada 15 keluarga anggota PWI yang meninggal dunia senilai Rp 75 juta atau masing-masing menerima Rp 5 juta.

Sedangkan anggota muda yang menerima kartu sebanyak 53 orang dari hasil ujian seleksi yang dilakukan Februari 2011 lalu.

Sementara Anggota DPD-RI Parlindungan Purba yang juga Ketua Persatuan Pendonor Darah Indonesia (PPDI) didampingi dr H Delyuzar mengatakan, donor darah yang dilakukan PWI Sumut bersama PPDI untuk menyahuti kurangnya stok darah di PMI menyusul tibanya bulan puasa.

”Donor darah ini dilakukan sekaligus untuk mengkampanyekan bahwa bulan puasa bukan halangan untuk berdonor. Apalagi fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) menegaskan, melakukan donor di bulan puasa tidak membatalkan puasa,” jelas dr Delyuzar yang juga dikenal sebagai da’i.

Bahkan, imbuhnya, dalam fatwa MUI tertanggal 24 Juli 2000 atau 22 Rabi’ul Akhir 1421 Hijriah menganjurkan umat Islam berdonor darah karena membantu mereka yang membutuhkan.

”Melakukan donor darah saat menjalankan ibadah puasa, pahalanya justru lebih besar sebagimana amalan ibadah lainnya,” terang Delyuzar.

Keterpanggilan PWI Sumut bersama PPDI melaksanakan donor darah, menurut Ketua PWI Sumut Drs Muhammad Syahrir, untuk menindaklanjuti komitmen PWI Sumut yang telah menandatangani kesepakatan bersama (MoU) pada lounching kampanye donor darah untuk kesehatan yang dilakukan di Aula Martabe Kantor Gubsu, 24 Juli 2010 lalu.
Di sela pelaksanaan donor darah, dr Delyuzar, menjelaskan secara medis donor darah di bulan puasa bisa dilakukan pada malam hari atau pagi hari sekitar jam 10 pagi ketika tubuh masih segar, namun tetap dengan syarat seseorang harus memiliki tubuh yang sehat dan lolos dalam proses pemeriksaan.

Dipertegas dr Delyuzar, sebelum seseorang melakukan donor darah, terlebih dahulu dilakukan beberapa langkah pemeriksaan untuk mengetahui kondisi kesehatan dari si pendonor. Pertama, mengukur kadar hemoglobin (Hb) dan kadarnya harus di atas 12,5.
Kemudian, mengukur tekanan darah, dan diusahakan agar tidak terlalu rendah (di bawah 100) atau terlalu tinggi. Selanjutnya pemeriksaan dilakukan dokter untuk mengetahui kondisi fisik dan kesehatannya.
“Jika seseorang tidak tidur semalaman, baru selesai diare, sedang menstruasi dan menyusui bagi perempuan, sebaiknya disarankan untuk tidak melakukan donor darah. Tapi jika hasil pemeriksaan kesehatannya bagus maka donor darah boleh saja dilakukan,” ungkapnya.
Setelah dilakukan pemeriksaan tersebut dapat diketahui apakah seseorang bisa mendonorkan darahnya atau tidak. Darah yang diambil akan diproses lebih lanjut dan dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan sistem komputer online untuk mendeteksi apakah ada suatu penyakit seperti hepatitis B atau C, HIV/AIDS, sifilis atau penyakit menular lainnya.
Darah yang sudah diproses ini akan disimpan dengan tempetarur tertentu dan akan dilakukan pengecekan kembali jika akan digunakan. ”Pada umumnya untuk trombosit bisa disimpan hingga 5 hari, darah lengkap selama 28 hari, sedangkan untuk plasma bisa disimpan hingga 1 tahun,” urai Delyuzar. (mag-9)

Abu Nawas Merayu Tuhan

Tak selamanya Abu Nawas bersikap konyol. Kadang-kadang timbul kedalaman hatinya yang merupakan bukti kesufian dirinya. Bila sedang dalam kesempatan mengajar, ia akan memberikan jawaban-jawaban yang berbobot sekalipun ia tetap menyampaikannya dengan ringan.

Seorang murid Abu Nawas ada yang sering mengajukan macam-macam pertanyaan. Tak jarang ia juga mengomentari ucapan-ucapan Abu Nawas jika sedang memperbincangkan sesuatu. Ini terjadi saat Abu Nawas menerima tiga orang tamu yang mengajukan beberapa pertanyaan kepada Abu Nawas.
“Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?” ujar orang yang pertama.

“Orang yang mengerjakan dosa kecil,” jawab Abu Nawas.
“Mengapa begitu,” kata orang pertama mengejar.
“Sebab dosa kecil lebih mudah diampuni oleh Allah,” ujar Abu Nawas. Orang pertama itupun manggut-manggut sangat puas dengan jawaban Abu Nawas.

Giliran orang kedua maju. Ia ternyata mengajukan pertanyaan yang sama, “Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?” tanyanya.
“Yang utama adalah orang yang tidak mengerjakan keduanya,” ujar Abu Nawas.
“Mengapa demikian?” tanya orang kedua lagi.

“Dengan tidak mengerjakan keduanya, tentu pengampunan Allah sudah tidak diperlukan lagi,” ujar Abu Nawas santai. Orang kedua itupun manggut-manggut menerima jawaban Abu Nawas dalam hatinya.
Orang ketiga pun maju, pertanyaannya pun juga seratus persen sama. “Manakah yang lebin utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?” tanyanya.
“Orang yang mengerjakan dosa besar lebih utama,” ujar Abu Nawas.
“Mengapa bisa begitu?” tanya orang ktiga itu lagi.

“Sebab pengampunan Allah kepada hamba-Nya sebanding dengan besarnya dosa hamba-Nya,” ujar Abu Nawas kalem. Orang ketiga itupun merasa puas argumen tersebut. Ketiga orang itupun lalu beranjak pergi.
Si murid yang suka bertanya kontan berujar mendengar kejadian itu. “Mengapa pertanyaan yang sama bisa menghasilkan tiga jawaban yang berbeda,” katanya tidak mengerti.
Abu Nawas tersenyum. “Manusia itu terbagi atas tiga tingkatan, tingkatan mata, tingkatan otak dan tingkatan hati,” jawab Abu Nawas.

“Apakah tingkatan mata itu?” tanya si murid.
“Seorang anak kecil yang melihat bintang di langit, ia akan menyebut bintang itu kecil karena itulah yang tampak dimatanya,” jawab Abu Nawas memberi perumpamaan.
“Lalu apakah tingkatan otak itu?” tanya si murid lagi.
“Orang pandai yang melihat bintang di langit, ia akan mengatakan bahwa bintang itu besar karena ia memiliki pengetahuan,” jawab Abu Nawas.

“Dan apakah tingkatan hati itu?” Tanya si murid lagi.
“Orang pandai dan paham yang melihat bintang di langit, ia akan tetap mengatakan bahwa bintang itu kecil sekalipun ia tahu yang sebenarnya bintang itu besar, sebab baginya tak ada satupun di dunia ini yang lebih besar dari Allah SWT,” jawab Abu Nawas sambil tersenyum.

Si murid pun mafhum. Ia lalu mengerti mengapa satu pertanyaan bisa mendatangkan jawaban yang berbeda-beda. Tapi si murid itu bertanya lagi.
“Wahai guruku, mungkinkah manusia itu menipu Tuhan?” tanyanya.
“Mungkin,” jawab Abu Nawas santai menerima pertanyaan aneh itu.
“Bagaimana caranya?” tanya si murid lagi.
“Manusia bisa menipu Tuhan dengan merayu-Nya melalui pujian dan doa,” ujar Abu Nawas.
“Kalau begitu, ajarilah aku doa itu, wahai guru,” ujar si murid antusias.
“Doa itu adalah, “Ialahi lastu lil firdausi ahla, Wala Aqwa alannaril Jahimi, fahabli taubatan waghfir dzunubi, fa innaka ghafiruz dzambil adzimi.” (Wahai Tuhanku, aku tidak pantas menjadi penghuni surga, tapi aku tidak kuat menahan panasnya api neraka. Sebab itulah terimalah tobatku dan ampunilah segala dosa-dosaku, sesungguhnya Kau lah Dzat yang mengampuni dosa-dosa besar). Banyak orang yang mengamalkan doa yang merayu Tuhan ini. (*)

Lima Penyebab Kerusuhan London

LONDON- Di tengah perdebatan tentang pemangkasan anggaran keamanan maupun strategi tentang penanganan kerusuhan dan penjarahan di Inggris, muncul pertanyaan mendasar mengenai latar belakang terjadinya frustasi massa tersebut.

The Week membeber lima teori yang menggambarkan situasi pemicu meledaknya kemarahan massa di Inggris itu. Mary Riddel, doktor ekonomi dari University of Nevada, Las Vegas,  kepada Telegraph menyatakan  faktor pertamanya adalah kesenjangan. Ada penilaian telah terjadi ketimpangan dalam soal pendapatan, kesejahteraan, dan kesempatan hidup di Inggris sejak terjadinya krisis keuangan terbesar pada 1929.

Faktor yang kedua adalah kurang tegasnya polisi dalam menangani kerusuhan. Andrew Sullivan dari Daily Beast menilai, reaksi polisi saat menangani meletusnya kerusuhan pada Sabtu lalu (6/8) kurang memadai. Saat itu, polisi tidak melakukan penangkapan dan penggerebekan. Akibatnya, para perusuh dan penjarah dengan mudah beraksi.
Yang ketiga adalah tingkat pengangguran pemuda yang cukup tinggi. Melihat begitu masif dan terkoordinasinya kerusuhan itu, Doug Saunders selaku kolumnis di Globe and Mail, Kanada, menyatakan bahwa fenomena tersebut lebih berbahaya daripada hooliganisme.

Faktor berikutnya adalah persoalan oportunisme yang parah. Menurut jurnalis Brendan Neill, rusuh London bukanlah pemberontakan politik dari kelompok masyarakat miskin dan tertindas, melainkan menyebarluasnya perilaku nihilisme oleh sekelompok orang yang sengaja merampok anggota komunitas mereka. Teori yang terakhir terkait dengan persoalan ras. Bagi sebagian pelaku kerusuhan dan penjarahan, momen balas dendam atas perlakuan menyimpang dari polisi yang berlangsung selama bertahun-tahun.(he week/cak/dwi/jpnn)

Hubungan Berpasangan, Perempuan Lebih Egois

Survei menunjukkan perempuan lebih egois dibandingkan laki-laki. Perempuan juga cenderung bicara buruk mengenai temannya kepada orang lain.

Riset mengenai perilaku dan sikap egois ini melibatkan 2.000 perempuan dan laki-laki. Riset digelar oleh organisasi kerelawanan di Inggris untuk memperingati Hari Kerelawanan.

Riset ini menunjukkan data yang lebih spesifik bahwa ternyata perempuan jauh lebih egois. Fakta ini ditemui dalam berbagai perilaku harian. Perempuan cenderung tak menunjukkan kepeduliannya.
Simpati perempuan terhadap orang lain rendah. Sekitar 43,2 persen perempuan cenderung tak bersimpati terhadap orang lain. Sementara hanya 38,6 persen pria yang tak bersimpati dengan orang lain.

Hanya 19,3 persen pria yang tak membukakan pintu saat orang lain membutuhkan. Sementara 20,2 persen perempuan cenderung tak peduli membukakan pintu. Hanya 27,3 persen pria yang enggan menolong perempuan paruh baya untuk membawa barang belanjaannya.

Dalam hubungan berpasangan, perempuan juga cenderung egois. Riset ini menunjukkan bahwa 27,1 persen perempuan memilih DVD yang disukainya, tanpa memikirkan pasangannya suka atau tidak. Sementara itu, hanya 26,2 persen laki-laki yang melakukan hal serupa. Artinya, lebih banyak laki-laki yang mempertimbangkan perasaan atau pendapat pasangannya dalam memilih suatu barang.
Lebih dari setengah responden perempuan mengaku memasak makan malam yang diinginkannya. Sementara itu, hanya 45,9 persen laki-laki yang memasak makan malam sesuai keinginannya. Selebihnya, laki-laki memilih masakan makan malam dengan mempertimbangkan orang lain.

Soal makanan favorit, seperti cokelat, perempuan juga lebih egois. Perempuan mau berbagi cokelat, tetapi mengambil porsi lebih besar. Sebanyak 37,9 persen perempuan mengambil potongan cokelat lebih besar saat berbagi dengan orang lain. Sementara itu, hanya 30,1 persen pria yang melakukan hal serupa. Bahkan dalam keluarga, perempuan juga cenderung sibuk dengan dirinya. Ada 50,1 persen perempuan yang lupa dengan hari ulang tahun anggota keluarganya, sedangkan lebih dari 50 persen laki-laki mengingat hari ulang tahun anggota keluarga mereka. Fakta lainnya, 42,6 persen perempuan cenderung tak menghubungi keluarga, sedangkan hanya 35,5 persen laki-laki yang tak berkomunikasi dengan keluarganya dan hasil lainnya lagi.

Dalam pertemanan, perempuan cenderung bicara buruk mengenai temannya kepada orang lain. Ada 55,6 persen responden perempuan yang berbicara buruk mengenai orang lain, sedangkan hanya 42,2 persen laki-laki yang melakukannya.

Mengenai kepedulian sosial, perempuan memiliki perilaku seimbang. Soal membantu orang lain yang membutuhkan pinjaman uang tunai, hanya 19,7 persen perempuan yang tidak mau meminjamkan uang. Angka ini lebih rendah dibandingkan laki-laki karena 25,5 persen laki-laki tak sudi meminjamkan uang tunai kepada orang yang membutuhkan.

Sebanyak 61,1 persen perempuan mengaku tak mau memberikan uang kecil kepada tunawisma yang memintanya. Angka ini lebih tinggi dibandingkan 51,3 persen laki-laki yang menolak peminta-minta.
Dalam kegiatan kerelawanan, 86,9 persen perempuan enggan terlibat dalam kegiatan sukarela. Berbeda tipis dengan laki-laki, 82,2 persen tak mau terlibat dalam kegiatan kerelawanan. Meski begitu, hanya 65,5 persen perempuan yang menolak membantu sukarelawan dalam menjalankan aktivitasnya.

Sementara itu, laki-laki, selain enggan terlibat dalam kegiatan kerelawanan, 77,1 persen dari mereka juga tak tertarik membantu relawan dalam menjalankan aktivitas kerelawanan.

Direktur Program Organisasi Kerelawanan Inggris Caroline Revell menyayangkan perilaku egois yang didapatkan dari kebanyakan warga Inggris. “Survei ini menunjukkan, meluangkan waktu untuk kegiatan kerelawanan lebih berat ketimbang tindakan keegoisan lainnya, seperti melupakan hari ulang tahun keluarga atau bicara buruk tentang orang lain. Lebih dari 80 persen perempuan dan laki-laki tidak mempertimbangkan untuk terlibat dalam kegiatan kerelawanan,” ujarnya.

Kemdian, kerelawanan tak muncul dalam pikiran perempuan dan laki-laki. Padahal, dengan berbuat sesuatu untuk orang lain, Anda merasa lebih berarti dan sebenarnya tindakan tersebut membantu diri sendiri. Setiap orang memiliki kesempatan untuk mengajar anak jalanan, bertindak menyelamatkan hewan atau lingkungan, sekaligus mengeksplorasi budaya baru melalui kegiatan kerelawanan,” tuturnya. (net/jpnn)

Suara Miring untuk Aburizal dan Ani Yudhoyono

Tujuh Kepala Daerah Peroleh Tanda Jasa

JAKARTA- Pemberian tanda jasa dan kehormatan tidak hanya diberikan kepada para pendamping mantan presiden dan wakil presiden, serta mantan menteri. Deretan kepala daerah juga ikut mewarnai penyematan tanda jasa 2011, baik gubenur maupun bupati dan wali kota.

Penerima Bintang Mahaputera Utama, misalnya. Di antara empat penerima, tiga orang adalah gubernur. Mereka adalah Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo, dan Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo. Satu lagi penerima Bintang Mahaputera Utama adalah Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Ma’arif.

Wali kota dan bupati yang mendapat tanda jasa adalah Bupati Rokan Hulu Achmad, Wali Kota Tasikmalaya Syarif Hidayat, Wali Kota Solo Joko Widodo, dan Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin. Keempatnya mendapatkan Bintang Jasa Utama.

Penerima Bintang Jasa Utama yang lain adalah Sunarso (kepala Badan Pelaksana, Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo), Surono (kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Kementerian ESDM), dan Siti Nurbaya Bakar (sekretaris jenderal DPD).

Sebagaimana diketahui, menjelang peringatan HUT RI, pemerintah memberikan tanda jasa dan kehormatan kepada putra putri terbaik bangsa yang dinilai memiliki jasa luar biasa.

Selain nama-nama tersebut, penerima tanda jasa adalah Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Taufik Kiemas, dan Ani Yudhoyono yang mendapat Bintang Republik Indonesia Adipradana. Kemudian, Mufidah Jusuf Kalla dan Asmaniah Hamzah Haz memperoleh Bintang Mahaputera Adipradana. Sejumlah mantan menteri juga menerima Bintang Mahaputera Adipradana. Mereka, antara lain, Nur Hasan Wirajuda (mantan Menlu), Aburizal Bakrie (mantan Menko kesra), Sri Mulyani Indrawati (mantan Menkeu), Siti Fadilah Supari (mantan Menkes), Meutia Hatta (mantan menteri negara pemberdayaan perempuan), dan Mohammad Maruf (mantan Mendagri).(fal/dyn/jpnn)

Penjemput Pakai Topeng, Istri Nazar di Malaysia

JAKARTA- Para penjemput M Nazaruddin turun dari pesawat dengan memakai topeng. Rupanya, itu bukan sekadar aksesori. Pemakaian topeng bertujuan menjaga keselamatan tim penjemput sekaligus tim pemburu mantan bendahara umum Partai Demokrat tersebut.

“Itu strategi tim, untuk safety,” ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Ketut Untung Yoga setelah menjemput Nazaruddin di Bandara Halim Perdanakusuma tadi malam. Ketut tidak memerinci lebih dalam, termasuk saat ditanya ancaman apa saja yang mengarah kepada tim.

Sumber Jawa Pos (grup Sumut Pos) menyebutkan, tim pemburu itu sebagian berkualifikasi antiteror dan juga dari Divisi Hubungan Internasional Polri (dulu Ses NCB Interpol). “Risikonya dua, bisa datang dari pihak pro-Nazar (sapaan Nazaruddin, Red) maupun kontra-Nazar,” katanya.

Bagi yang pro, tim pemburu atau penjemput itu merugikan karena berhasil memulangkan Nazar dan menghentikan petualangannya di luar negeri. “Kalau yang kontra, tentu mereka jengkel karena Nazar bisa pulang dengan selamat dan itu berarti mereka terancam, baik secara hukum ataupun yang lain,” ungkap perwira yang menjadi bagian tim tersebut.
Setelah turun dari pesawat, para pemburu itu ikut mengawal Nazar hingga Mako Brimob. Lalu, di sana sebagian lepas dinas atau pulang ke rumah. Sebagian yang lain (dua orang) masih mendampingi Nazar ke KPK. “Saya tak bisa menjelaskan siapa saja mereka,” ucapnya.

Sementara itu, keberadaan istri dan keluarga M Nazaruddin masih belum terungkap. Ketika mendarat di tanah air, Neneng Sri Wahyuni, isteri Nazaruddin tidak ikut serta.

Seperti diberitakan sebelumnya, keberadaan Neneng sudah simpang siur sejak Nazaruddin tertangkap di Cartagena, Kolombia seminggu lalu.

KPK mencari istri Muhammad Nazaruddin, Neneng Sri Wahyuni, beserta saudaranya yang diduga Muhammad Nasir. Namun demikian, KPK masih belum mendapatkan informasi mengenai dua saksi kasus korupsi  itu.
Sampai saat ini, KPK dipastikan tetap menempatkan Neneng dalam daftar pencarian orang (DPO). Sebelumnya muncul kabar Nazar ditangkap bersama istri.

Dimana Neneng sekarang? Tidak ada yang tahu pasti. Namun, dugaan keberadaannya di Malaysia makin menguat. Apalagi, sebelum dibawa pulang ke Indonesia, Nazaruddin sempat meminta agar pesawat yang ditumpanginya mampir dahulu ke Malaysia, tapi ditolak. (dim/rdl/jpnn)

Tujuh Ditangkap Lantaran Makar

TURKI- Pengadilan Turki menangkap 6 anggota militer dan 1 orang pegawai negeri sipil di Istanbul atas dugaan makar. Berdasarkan warta Xinhua Sabtu (13/8), dua orang anggota militer yang sebelumnya ditahan dilepaskan. Tercatat sudah tiga kali kudeta militer di Turki yakni pada 1960, 1971, dan 1980. Kudeta militer sukses menjatuhkan sipil 1997.

Kasus yang mengemuka terkait makar itu dikenal sebagai Kudeta Palu Besar. Perbuatan yang diduga didalangi oleh kelompok militer itu dilakukan untuk menjatuhkan pemerintahan sipil yang sah. Insiden peledakan bom di sebuah masjid berikut penembakan terhadap pesawat tempur .(net/jpnn) menurut para penegak hukum, berkaitan dengan rencana kudeta itu.  Menurut pihak yang mendalangi kudeta itu, dua insiden tersebut adalah langkah awal kudeta.

Partai Keadilan dan Pembangunan Turki (AKP) yang saat ini berkuasa memang berupaya membungkam gerakan militer yang sudah lama mendominasi Turki. Militer memang dianggap langganan dalam upaya kudeta terhadap pemerintahan sipil. Tercatat sudah tiga kali kudeta militer di Turki yakni pada 1960, 1971, dan 1980. Kudeta militer sukses menjatuhkan sipil pada 1997. Kini sekitar 200 orang menanti pengadilan lantaran rencana kudeta tersebut.(net/jpnn)

Eks Marinir AS Disuntik Mati

WASHINGTON- Mantan marinir Amerika Serikat (AS) Anthony Sowell, yang membunuh 11 orang perempuan, akhirnya mendapat hukuman berupa suntik mati dari pengadilan.

Anthony Sowell didakwa atas tuduhan pembunuhan, penculikan, dan menganiaya  11 orang wanita. Mantan marinir yang berusia 51 tahun ini juga akan divonis hukuman mati. Demikian seperti diberitakan BBC, Sabtu (13/8).
Di pengadilan Cleveland, pria berusia 51 tahun ini duduk dengan mata terpejam saat Hakim Dick Ambrose membacakan detil pembunuhan yang dilakukan olehnya. Jasad para korban Sowell sudah ditemukan saat mantan marinir ini ditangkap pada Oktober 2009.
Eksekusi mati Sowell dijadwalkan pada 29 Oktober 2012 mendatang. Meski demikian, Sowell diberikan maaf oleh para keluarga korban.

“Saya memaafkan Anda, alasan saya memberikan maaf ini adalah karena saya ingat tuhan. Saya juga membutuhkan tuhan untuk meminta maaf di setiap kesalahan saya,” ujar keluarga korban, Kyana Hunt.

Seorang korban yang selamat dari pembunuhan, Sowell, menyatakan, dirinya sudah memaafkan Sowell.
Sowell mengajak seluruh korbannya ke rumahnya yang berada di Cleveland. Mereka diajak meminum minuman keras dan menghisap kokain serta ganja.

Sowell lalu melakukan perkosaan dan pelecehan seksual terhadap para korban. Setelah itu, Sowell mencekiknya dengan tali, kabel, atau pakaian korban. Jasad 11 korban itu dimasukkan kedalam plastik sampah dan dibuang di dekat rumah dan halaman belakang. Para korban tewas tercekik dan semuanya tidak mengenakan celana.(net/jpnn)

Cat Dinding dengan Warna Terang

Ruang Tamu Kecil Tampak Lebih Besar

Sudah menjadi tradisi, saat Lebaran tiba banyak tamu datang ke rumah Anda. Mulai dari sanak famili, teman dekat dan kerabat, rekan bisnis dan sebagainya. Nah, karena banyak tamu yang datang, dibutuhkan ruangan tamu yang luas untuk menampung para tamu yang datang saat Lebaran.

Namun, apa jadinya jika kita memiliki rumah dengan ruang tamu yang kecil? Tak perlu khawatir, karena kita dapat merancang ruang tamu berukuran kecil menjadi terlihat lebih lapang. Berikut tips yang bisa Anda terapkan dalam merenovasi ruang keluarga dan ruang tamu yang berukuran kecil menjadi terlihat lebih lapang.

Pilih dan gunakan jenis dekorasi yang Anda sukai, tentunya yang juga dapat membantu membuat ruang Anda tampak lebih besar. Anda juga harus hati-hati untuk mendesain ruangan penyimpanan (storage) agar lebih besar, sehingga memudahkan Anda meletakkan atau menyimpan barang-barang Anda.

Untuk penempatan furnitur di dalam ruangan haruslah yang lebih kecil dari ruangan, agar ruangan tidak terlihat sempit atau sumpek. Maksimalkan ruangan dengan sofa panjang dua tempat duduk dibandingkan sofa besar untuk tempat duduk tamu agar dapat duduk dengan menyenangkan. Ide yang sangat bagus apabila Anda mendekorasi ruangan dengan gaya kesenangan Anda dan menggabungkannya dengan barang-barang koleksi Anda di ruangan tersebut, boleh juga dikombinasi dengan sofa kecil lagi dan tambahkan cermin besar atau yang berdekorasi sehingga membuat ruangan menjadi lebih besar dan luas.

Perlu di ingat, bila Anda sedang mendekorasi ruang keluarga dan ruang tamu yang berukuran kecil harus berpikir juga di mana Anda akan menempatkan aksesoris dan furnitur. Anda mungkin mempertimbangkan prinsip-prinsip dari Feng Shui bila mengatur aksesoris dan mebel di dalam ruang keluarga dan ruang tamu anda. Pastikan mebel anda tidak dekat pintu agar tidak menghalangi daun pintu ketika dibuka dan ditutup.

Jika Anda memusatkan pendekatan dari segi desain, Anda harus merencanakan sejak awal bagaimana cara memaksimalkan ruang keluarga dan ruang tamu. Anda bisa coba menggunakan cara atau gaya dekorasi modern, karena ini akan membuat ruangan nampak lebih luas. Memutuskan gaya desain yang benar-benar menjadi keinginan Anda pastinya akan menghabiskan sebagian besar waktu Anda.

Jangan lupa, warna juga mempengaruhi desain ruang keluarga dan ruang tamu Anda. Jika Anda percaya, Anda harus mengecat ruangan kecil Anda dengan warna putih, ini merupakan hal yang baik untuk Anda. Anda dapat menentukan warna yang bisa membuat ruang berkesan nampak lebih besar dengan menghias warna-warna yang mencerminkan intensitas yang sama, atau menggunakan sebuah tema.

Untuk dekorasi warna ruangan harus dengan warna terang seperti kuning terang atau oranye, warna yang senada, jika anda ingin kelihatan lebih lembut bisa juga memakai warna hijau terang. Pengecatan tembok dengan warna gelap atau tua akan membuat dinding kelihatan sempit dan seolah-olah bergerak mendekati Anda.

Untuk membuat ruangan kelihatan lebih luas haruslah mengecat tembok dengan warna light (terang), abu-abu atau abu kebiruan. Jika warna abu-abu dirasakan membosankan, sebenarnya bisa mencari tone warna yang lebih segar seperti warna hijau atau biru untuk mendapatkan suasana yang Anda inginkan.(net/jpnn)

Di Sebuah Kota Asing

Cerpen  Tamim Ansyari

Aku tidak bisa mengingat apa yang telah terjadi di penjara, hanya bentuk dan perasaanku tentang tempat itu saja yang dapat kuingat.

Langit-langit yang rendah, dengan bau lembab, mata-mata sendu para penghuni penjara yang perlahan-lahan menjadi buta karena terbiasa hidup di kegelapan. Aku juga ingat keributan di lorong-lorong: lima ratus percakapan terjadi dalam sekali waktu, denting sendok-sendok logam yang berbenturan dengan piring logam, racauan dan dentingan yang menyatu namun tak pernah berujung.

Dalam bilik sel, setiap siang dan   malam, kau bisa mendengar suara    dinding yang dikikis dengan sendok logam. Sebenarnya tembok kokoh itu tak bisa dilubangi dengan sendok aluminium, namun kami tetap saja berusaha mengikisnya. Cara itu sudah seperti ritual keagamaan bagi kami, cara untuk meyakini ada kehidupan setelah keluar dari penjara.

Para sipir tidak pernah menyita peralatan logam kami kecuali jika dapur kekurangan peralatan. Mereka hanya mondar-mandir di sepanjang lorong, menyeret-nyeret langkah mereka seperti bayi kurus.

Aku pasti telah ratusan kali membuat rencana melarikan diri dengan lusinan teman yang berbeda, dan aku tak ingat satu pun dari mereka. Suatu malam, aku sedang bersama dua pria yang tak kukenal ketika tiba-tiba satu dari sejuta tembakan itu terdengar, dan kami bertiga terlonjak kaget. Hal selanjutnya yang kami ketahui, kami berjalan terhuyung-huyung melintasi lapangan yang beku di bawah sinar purnama, sementara anjing-anjing polisi memimpin pengejaran di bagian jalan yang lain, mengikuti aroma yang salah sampai mereka melolong nyaring di kejauhan.

Untuk beberapa saat, kami berjalan terpincang-pincang bersisian, tak mendengar apapun selain dentingan rantai di kaki kami dan derak salju beku yang terinjak kaki kami. Aku ingat kemudian berhenti di sebuah rumah kosong dan menemukan peralatan  toko di lantai bawah tanahnya, dan kami menangis tersedu-sedan setelah berhasil memecahkan rantai yang selama ini membelenggu kami. Kami mencuri beberapa pakaian, mengambil uang tunai yang tersimpan, dan melanjutkan perjalanan, berjalan hingga kami tersesat dan terus berjalan. Hari berganti menjadi malam dan setiap kota tampak serupa. Dari arah hutan, aku bisa mendengar gema derap kaki tiada henti saat sedang melarikan diri, dan mendengar detak jantung sendiri. Malam ketika kami tiba di kota ini, Joe bahkan tidak ingin berhenti untuk minum bir, tapi kami semua menginginkannya, sehingga dia tidak punya pilihan lain.

Di dalam bar, musik melantun dari kotak musik besar dari perak. Sekelompok koboi duduk di sebuah meja besar, minum dan tertawa. Kami tidak memilih duduk di pojok karena akan terlihat mencurigakan. Karenanya, kami tidak membuka kancing jaket dan duduk di sebelah meja para koboi, untuk menunjukkan bahwa kami tidak sedang menyembunyikan sesuatu. Ruangan itu beraroma bir yang menyengat dan pengap oleh asap rokok. Kotak musik itu mendentingkan, “Your cheating heart…”

Seorang wanita gemuk yang mengenakan pantalon nilon berwarna kuning mendatangi kami. Sebuah lampu gantung kuning merefleksikan bayangan setiap gumpalan pada wajahnya. “Pesan apa, Anak-anak?”
“Beri mereka salah satu yang ada di sini, Tillie,” teriak salah seorang koboi yang sudah mabuk, dan teman-temannya menyahut, “Yah!”

Wanita itu meletakkan gelas dengan kasar di meja kami, dan salah satu koboi meletakkan tangannya di pundak Joe yang kecil. “Tak seorang pun meninggalkan tempat ini tanpa mabuk, mengerti, teman?” Dia nyengir lebar.
“Harap…” Joe baru akan berbicara tapi Harry memelototinya. Kami tidak boleh menolak persahabatan dari orang lain di sini, itu akan mencurigakan. Aku menahan Joe di tempat duduknya. “Minumlah, Joe, teman kita ini yang mentraktir!”

Joe tertawa dan menuang seluruh isi gelasnya ke tenggorokannya sementara para koboi berteriak-teriak, “Hajar! Hajar!” sambil memukul-mukul meja. Saat kami akan pergi, mereka berteriak,”Hei, pelayan. Kita biarkan saja anak-anak ini pergi? Gembok kunci itu!” Mabuk membuat mereka sejinak anak anjing. Hal terakhir yang kuingat pada malam itu adalah kami berdansa di atas meja dengan gelas di tangan masing-masing sambil bernyanyi, “Sonuva gun, gonna’ have some fun, in the bayou.” Sementara di dalam kepalaku, aku bisa mendengar suara anjing polisi datang.
Keesokan paginya mereka memberi kami sarapan bubur jagung dan melimpahi kami dengan keramahtamahan. Sial, mereka benar-benar menyukai kami! Tanpa kami ketahui, ternyata kami sudah dipesankan kamar hotel. Ketika beberapa penduduk kota ingin mengundang kami makan malam, Harry ingin menolaknya tapi Joe memberinya pengertian. “Memangnya kenapa?”

“Mereka tahu siapa kita,” gerutu Harry. “Mereka sedang mempermainkan kita.”
“Penahanan ini memang sangat buruk,” sahut Joe.
“Jika mereka tahu siapa kita,” sahutku, “lebih baik kita tidak membiarkan mereka tahu bahwa kita tahu akan hal itu.”
Karenanya kini kami tak ingin ambil pusing tentang masalah ini. Kami pergi ke alun-alun tempat berdansa setiap Jumat malam. Harry bahkan kini mulai diminta berdansa di depan. Kami sendiri tak sadar bahwa kami memiliki bakat ini. Keluarga Brown  mengundang Harry untuk makan malam Thanksgiving. Lalu kami semua mendapat undangan dari keluarga Smith untuk menghadiri makan malam setiap minggunya, dan apa lagi yang bisa kami katakan? Joe bahkan terpeleset satu kali ke sebuah sekolah menengah, dan tanpa sepengetahuan kami, mereka menyuruhnya mengajar di Sekolah Minggu.

“Brengsek! Ini sudah keterlaluan!” umpat Joe. “Kita harus segera pindah.”
“Tak bisa,” jawab Harry. “Akan terlihat mencurigakan.”

Dialah orang pertama diantara kami yang mempunyai rumah. Laura membantu kami pindah. Dia adalah putri Tillie, dengan rambut pirang yang dikepang, rok dari kain genggam, dan tungkai kaki yang seolah dapat menjangkau ruang bawah tanah kalau saja tidak ada lantai. Kadang-kadang dia membawakan kami kue pai jika kami sedang di halaman. Setiap panen tiba, keluarganya mengundang kami untuk makan malam Thanksgiving. Aku duduk dengan tenang menanti makanan seperti anak kecil yang menunggu diberi biskuit. Dua puluh lima percakapan terjadi bersamaan di sekitar meja makan. Mereka berbaur dalam kebisingan tak menentu yang bercampur dengan denting sendok dan piring porselin. Aku bisa mendengar dengan jelas gema keras di dadaku, suara itu masih ada. Saat kubuka mataku, aku melihat Tillie sedang memandangiku dan hatiku ingin meledak.
Dia memalingkan wajahnya.

Dan saat itulah aku sadar bahwa dia tahu.
Dia berujar, “Makan, Willie, kau belum makan sedikit pun!” dan semua tertawa, namun dia sedang berpura-pura. Di balik tawa besar itu dia dingin dan tenang, dengan pandangan tajam.
“Permisi,” ujarku. “Kurasa aku kekenyangan.” Aku meninggalkan kursiku, meluncur pulang.
Kedua temanku yang lain menyusulku beberapa menit kemudian. “Tillie tahu,” ujarku.
Aku ingin seseorang mengatakan padaku bahwa aku hanya mengimajinasikan sesuatu, tapi Harry justru mendukungku, “Aku juga merasakannya.”
Aku merasakan sakit yang lain. “Apa yang harus kita lakukan?”
“Cabut!” jawab Harry.

“Kabur!” imbuh Joe. “Inilah saatnya, Bung.”
“Tapi kau punya rumah, Harry! Aku punya Laura. Bagaimana kita bisa pergi?”
“Jika ini antara penjara dan sesuatu yang lain,” kata Harry, “aku memilih kejahatan yang lebih kecil.”
Sebelum aku bisa membantah, seseorang mengetuk pintu.
Wajah Tillie Brown muncul di pintu terpantul dari cahaya obor. “Nah, di sini kalian rupanya,” dia terkekeh, tapi sesaat setelah tawanya itu, aku mendengar desing masam kebohongan. “Kalian tak berpikir untuk melarikan diri, bukan?”
Joe menjadi pucat.

“Aku ada satu dua hal yang ingin kukatakan pada kalian, Anak-anak. Jika kalian tahu apa yang kumaksud.” Tillie mengedipkan mata. “Aku sudah lama memperhatikan kalian. Aku mengawasi kalian.” Karena kami tetap tak bersuara, dia melanjutkan. “Kau begitu manis pada putriku, benar kan, Willie? Kau pikir dia siap untuk pria sepertimu? Siapkah?”
Dia meraih telepon. Aku tak bisa berkata atas kengerian ini. Kami telah menunggu lama. Dia sedang menghubungi melalui telepon. Saat itulah Joe memukulnya dengan tongkat yang terletak di dekat perapian. Dia memukulkan kait tumpul itu tepat di tengkoraknya. Ujungnya menancap di dahinya. Aku tak pernah sekaget ini. Bukan berarti karena aku buronan maka aku sudah berubah. Jauh di dalam hatiku, bagaimanapun, bersamaan dengan rasa kagetku, kurasa aku merasa lega.

Paling tidak keraguan itu sudah berakhir. Kami tahu apa yang akan kami lakukan selanjutnya. Aku bergegas ke kamar tidur dan menjejalkan pakaian secukupnya untuk kami bertiga ke dalam tas. Namun saat aku baru saja meraih gagang pintu depan, bel pintu berbunyi dan seketika aku berhadapan dengan petugas UPS.
“Paket untuk Tillie Brown,” katanya.

“Dia tidak tinggal di sini.”
“Aku tahu,” jawabnya sambil tertawa, “tapi aku melihatnya masuk ke sini tapi dia tidak keluar.”
“Akan kusampaikan paketnya.”
“Maaf, Nak. Pesanan khusus. Harus diserahkan langsung ke tangan yang bersangkutan.”
“Mmm… dia sedang di kamar mandi saat ini, jadi…”

Di belakangku, entah bagaimana, pada saat yang sama, Harry nyeplos, “Dia di rumah sekarang, dia di rumah sekarang!”
“Lho, jadi mana yang benar,” tanya petugas UPS sambil menyipitkan matanya curiga. “Dia sedang di kamar mandi atau di rumah? Katakan, apa yang sebenarnya terjadi di sini? Sebaiknya aku masuk dan melihat ke dalam.”
Petugas UPS itu mulai masuk ke dalam. Sumpah aku sudah melupakan senjata. Tapi entah bagaimana tiba-tiba benda itu sudah ada dalam genggamanku. Pada jarak sedekat itu, dia praktis menjadi hancur. Aku bersumpah pada Tuhan, aku tidak bermaksud melakukan itu. Aku bersumpah pada Tuhan, aku merasa sakit jiwa saat darahnya terciprat ke obor.
Saat berikutnya, aku duduk di sana dengan pistol panas di tanganku dan teman-temanku mencengkeram lenganku. “Sekarang kita berdua telah melakukannya dan habislah kita,” ujar Joe serak. “Klub Pembunuh.”
“Dan aku sepertinya akan bergabung,” balas Harry. Tetangga kami baru keluar dari rumahnya. Dia pasti telah melihat semuanya, karena kini dia berdiri disana mematung dengan ketakutan dan menyesal, berharap dia tidak pernah datang melihat semuanya. Dia berbalik namun sudah terlambat.

“Memang seharusnya begitu.” Harry meniup asap bekas letusan pistolnya dan berkata, “Ayo bergegas! Jika kita beruntung, tak seorang pun bisa menemukan mayat-mayat ini hingga kita sudah lima puluh mil jauhnya.”
Satu hal yang harus kujelaskan. Kami bertiga sudah berkomitmen menjadi pembunuh, namun Harry memang yang terburuk di antara kami. Aku membunuhnya karena itulah hal terbaik yang dilakukan. Tak seorangpun mengharapkan dirinya. Aku menembaknya langsung ke jantung dan dia mati tanpa mengerang sedikitpun. Itulah yang terbaik.
“Panggil polisi!” bentakku. “Nanti kita katakan Harry ngamuk dan menembak mereka semua. Untung kita bisa menghentikannya sebelum dia membunuh lebih banyak lagi. Benar kan, Joe? Benar? Kau berada di pihakku, kan? Joe?”
Joe tertawa miring. “Aku hanya ingin bertahan hidup,” jawabnya.

“Betul sekali! Ini akan membuat kita berdua bertahan hidup. Kau akan lihat nanti, oke?”

Dia tak punya pilihan lain. Kami adalah tim, dia dan aku. Itu terjadi sudah lama sekali, tentu saja. Aku akhirnya menikahi Laura pada tahun yang sama. Dia mencintaiku karena telah membalas kematian ibunya. Joe juga menikah, dan mereka tinggal di pinggir kota. Kami tidak lagi saling mengunjungi. Semuanya berjalan dengan baik, kurasa. Namun setiap malam, aku masih mendengar gonggongan anjing-anjing polisi berlari melewati rawa, tapi hanya aku yang dapat mendengarnya. Aku berdoa di gereja, dan ikut dansa Jumat malam di alun-alun. Aku harap Laura dapat memahaminya. Semua yang kulakukan adalah yang terbaik untuk kami. Aku selalu mencoba menekan kejahatanku, mengingat keadaan. Tak seorang pun dari kita bisa memilih keadaan. Asal tahu saja, dia bisa menerima cerita tentang apa yang kami katakan pada polisi, tapi itu tak cukup. Tak cukup bagiku dia mencintaiku dan tidak menyalahkanku. Aku ingin dia memaafkanku.

Tapi bagaimana dia bisa memaafkanku jika aku tidak mengakui apa yang tidak aku lakukan? Setiap kali kami duduk sambil sarapan, aku nyaris tak bisa membayangkan apa yang akan dikatakannya atas detak jantungku. Aku sering berpikir kami memang hidup bersama saat ini, namun jika aku memandangnya aku sadar aku salah. Kami sesungguhnya hidup sendiri-sendiri.***

Diterjemahkan Febby Fortunilla Rusmoyo. Tamim Ansary adalah penulis dan pembicara publik asal Amerika Serikat berdarah Afganistan. Dia menulis buku West of Kabul, East of New York, sebuah buku yang diterbitkan beberapa saat setelah peristiwa serangan teroris 11 September 2001. Dia juga seorang kolumnis untuk ensiklopedia situs Encarta, dan penulis buku Destiny Disrupted: A History of the World Through Islamic Eyes