26 C
Medan
Wednesday, December 24, 2025
Home Blog Page 15135

Serikat Penerbit Suratkabar Berganti Nama

SPS Cabang Sumut Berprestasi 2007–2011

MEDAN-Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) yang didirikan 8 Juni 1946, berganti nama menjadi Serikat Perusahaan Pers dengan singkatan yang sama, SPS. Dalam kongres ke 23 di Bali, 7 hingga 9 Juni 2011  diputuskan pula pergantian logo yang semula bertuliskan huruf lama bersimbolkan pena bulu ayam dengan logo yang lebih dinamis kreasi DM Idhoeland South East Asia.

Pergantian nama dan logo SPS disetujui peserta kongres untuk memberi kesempatan kepada perusahaan pers bukan suratkabar, baik dari majalah, tabloid, media online dan pers elektronika yang selama ini tidak memiliki organisasi ikut bergabung, terutama sekali dalam menyikapi konvergensi media.

Seluruh sidang paripurna Kongres ke–23 yang berlangsung di Hotel Aston Denpasar dipimpin Ketua SPS Riau H. Syafruadi dan Nyoman Woeta dari SPS Bali berjalan lancar. Tidak ada protes maupun rebutan bicara di arena kongres, padahal yang hadir di situ hampir 200 pimpinan suratkabar dan  tokoh-tokoh jurnalistik terkemuka di Indonesia.

Mungkin ini disebabkan saat pemandangan umum terhadap Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Periode 2007–2011. HM Zaki Abdullah, Ketua SPS Sumut yang dipercaya berbicara atas nama semua cabang SPS dan penerbit di wilayah barat Indonesia berhasil menyuarakan aspirasi peserta kongres yang diwakilinya. Zaki  menyatakan dapat menerima pertanggungjawaban pengurus periode 2007–2011 dan meminta Dahlan Iskan (Jawa Pos Grup) bersedia dipilih menjadi Ketua Umum berpasangan dengan Agung Adi Prasetyo (Kompas Gramedia Grup) dan mengikutkan tokoh-tokoh muda potensial dalam kepengurusan SPS 2011- 2015.

Perwakilan SPS cabang dan penerbitan se-wilayah waktu Indonesia tengah dan wilayah waktu Indonesia timur menyuarakan hal yang sama sehingga ketua umum dan wakil ketua umum terpilih lebih cepat satu hari dari waktu yang disepakati.

Formatur terdiri dari Dahlan Iskan, Agung Adi Prasetyo dan HM Zaki Abdullah menjelang penutupan kongres mengumumkan kepengurusan SPS Pusat periode 2011–2015 sebagai berikut. Ketua Umum Dahlan Iskan, Wakil Ketua Umum Agung Adi Prasetyo dengan ketua-ketua Mirta Kartohadiprodjo (Femina Grup), H Alwi Hamu (Fajar Grup, Makassar), ABG Satria Naradha (Bali Post Grup, Bali), Kukrit Suryowicaksono (Suara Merdeka Grup), Erick Tuapattinaya (Trinaya/Kartini Grup), Soetikno Soedarjo (MRA Media), Amir Effendi Siregar (Pint Point Grup), Joko Hendrarto (Pikiran Rakyat), Sukardi Darmawan (Majalah Info Kelapa Gading), Bambang Halintar (SWA), Daniel Wawengkang (Republika).

Dewan Pertimbangan Pusat, Ketua Yakob Oetama,  Anggota Fikri Jufri, Sukamdani S Gitosardjono, Wim Tangkilisan, Syafik Umar, Toeti Adhitama,H. Basril Djabar, Rida K. Liamsi, Gusti Rusdi Effendi, Bambang Eka Widjaya, Erick Thohir, Tribuana Said, HM. Zaki Abdullah, Sofyan Lubis.

Pengurus Harian, Ketua M Ridlo E’isy, Sekjen Ahmad Djauhar, Wakil Hedy Lugito, Bendahara Hery Hernawan, Wakil Bendahara Fajar Kusumardhani, dibantu sejumlah ketua-ketua bidang.

Pada malam penutupan kongres diserahkan penghargaan Print Media Awards (IPMA) tahun 2011 kepada berbagai penerbitan di seluruh Indonesia. SPS Cabang Sumatera Utara menerima piagam penghargaan sebagai SPS Cabang paling berprestasi sepanjang Tahun 2007–2011. Sebelumnya pada peringatan Hari Pers Nasional tahun 2006 di Bandung, SPS Sumut menerima penghargaan sebagai cabang SPS paling aktif sepanjang tahun 2003–2006. (rel)

Prihatin Kasus Afgan

Olivia Jensen Lubis

Artis cantik Olivia Jensen Lubis turut prihatin dengan Afgan Syah Reza yang sedang tertimpa kasus hukum. Selain simpati mendalam, Olivia berharap kasus yang menimpa Afgan bisa cepat
terselesaikan.

Seperti diketahui, Selasa (14/6) siang Afgan dilaporkan ke Polres Jakarta Selatan oleh pihak label WannaB. Pelantun lagu Sadis itu dilaporkan ke kepolisian karena dituduh melanggar kontrak.

Seperti diketahui pula, Afgan dan Olivia adalah teman dekat, bahkan sempat dikabarkan pacaran.
“Aku nggak mau komentar. Komentar aku mudah-mudahan cepat selesai. Isu ini tidak enak didengar, ya dia sahabat aku juga,” terang Olivia.

Olivia sendiri mengaku tidak tahu soal kasusnya tersebut. Bintang film Kembang Perawan ini mengetahui kasusnya justru dari pertanyaan wartawan.

“Aku antara percaya dan tidak. Aku masih bingung sih, apakah benar atau tidak. Aku belum ada kontak dengan Afgan, aku nggak bisa kasih solusi. Tapi aku bisa jadi teman yang dengarkan masalah dia,” ujarnya.

“Aku bingung masalah ini tiba-tiba muncul jadi belum tahu siapa yang salah siapa yang benar. Jadi aku nggak bisa komentar dan dia sekarang kan lagi di Malaysia juga,” sambung Olivia.

Yang pasti, dia minta Afgan bisa kuat dan tegar karena masalah yang dihadapi sudah masuk ranah hukum. (cr-1/jpnn)

Festival Setara Oktoberfest, Bebas Minum sampai Mabuk

Ke Beer Street, Tetenger Terkenal Qingdao, si Kota Bir Tiongkok

Lewat pabrik dan museum bir di Beer Street Qingdao, bisa disimak pertumbuhan kota tersebut hingga menjadi kota paling layak huni di Tiongkok. Berikut laporan wartawan Jawa Pos (grup Sumut Pos) MUHAMMAD AMJAD yang baru kembali  dari sana.

REPLIKA tiga kaleng bir raksasa yang menjulang di atas atap salah satu gedung itu sebenarnya sudah cukup mengabarkan identitas jalan kebanggaan Kota Qingdao, Tiongkok, tersebut. Itulah Beer Street atau yang oleh warga setempat lebih dikenal dengan nama Pi Jiu Jie.

Bir memang menjadi “jati diri” Qingdao yang paling dikenal. Sebab, di kota di Provinsi Shandong itulah berdiri pabrik bir tertua sekaligus terbesar di Tiongkok, Tsingtao Beer. Nah, gedung di bawah kaleng bir raksasa itu merupakan lokasi pabrik yang beroperasi mulai 1903 tersebut.

Pabrik itu didirikan orang-orang Jerman yang menduduki kota tersebut mulai akhir 1800-an hingga 1914. Ke sanalah sekarang mayoritas arus wisatawan ke Qingdao biasanya mengalir. Misalnya, siang yang panas akhir Mei lalu saat Jawa Pos berkesempatan berkunjung ke sana.

“Ini adalah pabrik tua. Kebanyakan alat yang digunakan juga masih berusia cukup tua. Tapi, mereka bisa bekerja dengan maksimal,” terang Leng Xue, salah seorang pekerja pabrik yang sekaligus bertugas menjaga museum bir.
Museum bir? Ya, bukan hanya pabrik yang ada di bawah tetenger tiga kaleng raksasa itun
Di samping kanannya ada museum bir yang diklaim sebagai yang pertama sekaligus satu-satunya di seantero Tiongkok. Museum tersebut baru didirikan pada 2003 setelah beberapa negara besar di dunia semakin mengenal minuman beralkohol produksi kota di pesisir Laut Kuning itu.

Melalui museum tersebut, siapa saja tak hanya bisa menapaktilasi sejarah bir tertua di Tiongkok yang kini diproduksi 2 ribu ton per hari itu. Tapi, sedikit banyak mereka sekaligus bisa menyimak rekam jejak Qingdao hingga akhirnya terpilih sebagai kota paling layak huni di seantero Tiongkok pada 2009 versi The Chinese Institute of City Competitiveness.

Bangunan museum itu merupakan bangunan pabrik Tsingtao saat kali pertama dibangun orang-orang Jerman. Secara umum bentuknya masih asli, meski sudah ada perbaikan di beberapa sisi.

Di dalamnya terdapat tiga bangunan yang harus dilewati setiap pengunjung. Sejarah Tsingtao Beer beserta produk-produknya yang hingga kini tetap menjadi yang terlaris di negeri dengan jumlah penduduk terbesar di dunia tersebut bisa didapatkan di bangunan pertama. Menginjak bangunan kedua, akan tersaji proses pembuatan bir. Mulai pengolahan bahan dasar seperti gandum maupun ketan hitam sampai proses fermentasi.

Di bangunan kedua itu pula terdapat mesin yang digunakan untuk memaksimalkan proses fermentasi. Istimewanya, itu merupakan alat pertama yang dibawa Jerman. Tertera pada bagian luarnya, mesin tersebut dibuat pada 1896 dan baru dioperasikan pada 1903, seturut dengan mulai beroperasinya pabrik.

Menurut Leng, hingga kini pun alat tersebut masih bisa digunakan. Begitu pula dengan beberapa peralatan sepuh lain yang dibikin dan dibawa Jerman. Namun, perempuan 30 tahun itu juga mengakui ada beberapa alat tua lain yang sudah dipensiunkan. Bukan karena rusak, melainkan lebih karena masalah kecepatan yang tak sepadan dengan produksi yang harus dihasilkan.

“Anda bayangkan, dulu kami hanya memproduksi 2.000 ton bir per tahun saat pertama berdiri. Sekarang kami memproduksi total 2.000 ton bir per hari. Jadi, kami gunakan alat yang masih layak dan memuseumkan alat yang sudah tidak layak,” ungkap perempuan asli Qingdao tersebut. Masih di bangunan kedua museum bir itu, pengunjung bisa memperoleh sedikit gambaran mengapa Qingdao tumbuh menjadi kota yang elok dan nyaman dihuni. Yakni, karena lingkungannya yang terjaga.

Pemerintah Kota Qingdao mewajibkan pabrik seperti Tsingtao yang didirikan di atas lahan 6 ribu meter persegi tersebut untuk mengolah limbah dengan benar dan baik. Dengan demikian, selain tak mengotori sekitar, limbah itu berfaedah.

Pengolahan tersebut dijelaskan dengan gamblang di museum itu. Limbah sisa beras ketan dan gandum yang sudah diolah digunakan sebagai campuran bahan pembuatan batu bata. Sementara itu, kulit gandum didaur ulang menjadi suvenir. Misalnya, celengan. Ada pun sisa produksi yang halus seperti minyak-minyak yang keluar dari produksi bisa dijadikan bahan obat pijat.

“Ini bagian dari komitmen Kota Qingdao menjadi kota yang hijau. Semua limbah harus bisa didaur ulang. Semua bisa berguna dan tidak ada yang terbuang percuma,” tutur Leng.

Sementara itu, di bangunan ketiga, pengunjung dibawa masuk ke ruang pabrik yang masih aktif. Mereka menyaksikan proses pembuatan bir yang sebenarnya sampai akhirnya dikemas dan siap dipasarkan.

Selesai? Belum, masih ada bonus: mencicipi bir produksi Tsingtao yang terkenal itu. Caranya, cukup dengan menukarkan tiket masuk seharga 50 yuan. Yang tak suka bir bisa langsung menuju tempat penjualan suvenir yang berkaitan dengan wajah Qingdao, si Kota Bir yang baru saja menjadi tuan rumah perhelatan Piala Sudirman 2011 tersebut.

Selain pabrik dan museum bir, ternyata ada alasan lain mengapa Pi Jiu Jie yang bernama resmi Dengzhou Lu itu dijuluki Beer Street. Yaitu, gara-gara dihelatnya untuk kali pertama festival bir internasional di jalan yang tiap hari ramai oleh lalu lalang turis asing dan domestik tersebut pada 1991.

Ketika itu semua stan di sepanjang jalan, di sisi kiri dan kanan, membuka meja sampai ke pinggir jalan dan menyuguhkan sea food beserta bir dari berbagai negara. Even itu ternyata disambut dengan sangat antusias. Pemerintah kota pelabuhan itu pun terdorong untuk menjadikannya kegiatan tetap tahunan pada setiap musim panas. Dari situlah lahir nama tersebut: Beer Street.

“Ini masih awal musim panas. Kalau datang pada Agustus atau September, Anda akan menyaksikan ramainya jalan ini dengan orang yang meminum bir. Aroma yang ada hanya bir, sea food-nya sampai kalah,” papar Leng yang memiliki nama Inggris Nancy itu.

Leng bahkan berani menyejajarkan festival di Beer Street Qingdao itu dengan Oktoberfest, festival ngebir tahunan yang berlangsung dua minggu di Muenchen, Jerman, yang tersohor tersebut. Bukan hanya warga lokal yang ikut dalam festival di Beer Street Qingdao tersebut. Para wisatawan mancanegara pun bebas larut dalam acara minum sampai mabuk itu.

“Juga, tak perlu khawatir kepada petugas keamanan. Sebab, itu adalah legal dan memang sengaja dijadikan tradisi untuk mengundang wisatawan asing,” katanya. Tertarik mencoba? (*/c5/ttg/jpnn)

Suami Ditombak, Isteri Sekarat

LANGKAT-Sampang Mulih Sembiring (39) dan isterinya Tina br Purba (27), warga Dusun Kuta Belkih, Desa Adian Tengah, Kecamatan Salapian, Langkat dihajar dua tersangka teman sekampungnya, Rabu (15/6) pukul 09.00 WIB. Sampang tewas sementara istrinya kritis dan dirawat di rumah Bidan Maria S di dekat rumahnya.

Menurut Tina br Purba, dia dan suaminya ingin ke kampung Pamah Semelir, tempat sanak saudaranya dengan mengendarai sepeda motor Honda Supra Fit.

Di tengah jalan, mereka dicegat dua pemuda yang mereka kenal. Kedua pemuda yang dikenalnya berinisial A dan T itu langsung menghajar mereka.  “Pelaku berinisial T menombak suami saya. Sementara, saya sendiri juga dipukuli dan saya masih sempat melarikan diri,” jelas Tina.

Keterangan warga menyebutkan, sebelum meninggal dunia, korban sempat bertengkar dengan dua pemuda. Pertengkaran itu karena soal kebun kopi.  Sampang mengurus kebun kopi milik warga Aceh yang telah lama ditinggalkan pemiliknya. Warga yang ingin menanami kebun itu dipungut biaya, sebagian lagi membayar uang upeti kepada pria yang pernah mengecap pendidikan di Bandung itu.

Belakangan, pemilik kebun kembali ingin mengelola kebun yang telah lama di tinggalkanya. Warga yang mengetahui kalau mereka telah kena tipu langsung marah kepada Sampang.

“Sebelum dihabisi, aku dengar Selasa (14/6) malam, dia (Sampang) cekcok dengan A dan T teman sekampungnya. Cekcok tersebut berlanjut hingga keesokan paginya sebelum ia berangkat ke ladang,” ujar Br Sembiring, seorang warga.

Kepala Dusun Kuta Belkih, Hormat Sembiring saat ditemui mengatakan, saat pertama kali dia diberi tahu oleh warga dia langsung membuat laporan ke Kepala Desa. “Setelah saya lapor kepada Kepala Desa, barulah petugas Polsek Sei Bingai datang ke lokasi,” kata Hormat Sembiring.

Untuk mengevakuasi mayat korban, Kapolsek Sei Bingai AKP M Sihombing bersama 5 anggotanya, terpaksa meminta bantuan warga setempat. Mayat dipikul dari lokasi berjarak 2 km untuk dinaikkan ke mobil patroli Polsek Sei Bingai. Petugas membawa mayat korban ke RSU dr Djoelham Binjai, guna dilakukan otopsi.

Kaposlek Sei Bingai, AKP M Sihombing, kepada wartawan koran ini mengatakan, sejauh ini juga belum mengetahui motif dari pembunuhan itu. “Kuat dugaan pelaku sakit hati dengan korban. Maskipun begitu, hal itu belum dapat kita pastikan. Sebab, semua ini masih membutuhkan penyidikan lebih lanjut,”ujar Sihombing. (dan)

Syaukani Saja tak Sembuh

Niat Syamsul Berobat ke Singapura

JAKARTA-Mantan Bupati Kutai Kartanegara (Kukar) Syaukani Hassan Rais, pulang ke Samarinda setelah 8 bulan menjalani perawatan di RS Gleneagles Singapura. Menurut putri sulung Syaukani, Silvi Agustina, ayahnya dibawa pulang lantaran tidak ada kemajuan.

Buat apa Gubernur Sumut nonaktif Syamsul Arifin ingin dibawa ke RS Gleneagles yang tidak memberikan jaminan kesembuhan itu? Anggota kuasa hukum Syamsul, Rudy Alfonso, menjelaskan, kondisi kliennya berbeda dengan kondisi Syaukani—terpidana korupsi pertama yang diampuni Presiden SBY.

Kondisi Syaukani saat dibawa ke RS Gleneagles sudah sangat parah. “Syaukani sempat lima hari otaknya tidak tersuplai oksigen. Saraf-sarafnya sudah rusak permanen,” terang Rudy Alfonso kepada Sumut Pos, kemarin (15/6).
Seperti diketahui, Syaukani mengalami kelumpuhan di hampir seluruh tubuh setelah terserang stroke saat menjalani perawatan di RS Pertamina Pusat Jakarta, sebelum diboyong ke RS Gleneagles.

Dengan alasan itu, Rudy menjelaskan, Syamsul harus segera dibawa ke RS Gleneagles sebelum kondisinya benar-benar parah. Untuk kondisi Syamsul hingga kemarin, lanjut Rudy, penyakit jantungnya mulai teratasi, begitu juga ginjal dan diabetesnya. Hanya kondisi paru-paru justru makin parah.

“Pada paru-paru kirinya ada bakteri yang imun terhadap semua jenis obat,” terangnya. Dia menjelaskan, sebenarnya kuasa hukum ingin mengajukan lagi izin pengobatan ke Singapura. Hanya saja, lantaran izin yang pertama belum keluar dan prosedurnya pun berbelit-belit, niat itu diurungkan.

Dia menjelaskan, lantaran proses hukum terhadap Syamsul masih dalam tahapan persidangan, izin berobat ke luar negeri harus mendapat persetujuan paling tidak tiga pihak, hakim pengadilan tipikor, imigrasi lantaran Syamsul masih dalam status cekal dan KPK karena terkait masalah pengawalan. ”Berbeda dengan Syaukani, yang saat mengurus izin berobat, perkaranya sudah incrach sehingga izinnya cukup dari kementrian hukum dan HAM,” bebernya.

Terkait Syaukani, seperti diberitakan JPNN (Grup Sumut Pos), putri sulung Syaukani, Silvi Agustina menyebutkan ayahnya pulang karena mulai jenuh terus dirawat di Singapura, Sabtu (11/6) pagi. “Bapak minta terus pulang, ibu juga begitu. Kebetulan diizinkan pulang sama dokter Singapura. Jadilah pulang,” ujar Silvi.

Diceritakan Silvi, kepulangan ayahnya berlangsung pada Sabtu (11/6) pagi waktu Singapura. Sesuai prosedur pengiriman orang sakit, Syaukani didampingi dokter dan perawat selama dalam perjalanan. Dua dokter yakni Rudi Pele dari RSU Parikesit Tenggarong dan seorang dokter dari RS Gleneagles, serta 3 perawat pribadi terus memantau kondisi Syaukani yang mengalami stroke paska gagal bernafas pada awal Januari 2009 itu.

Meski telah kembali ada di Kaltim, Silvi memastikan ayahnya kemungkinan besar bakal kembali menjalani perawatan di luar Kaltim. “Bisa di Jakarta atau ke luar negeri lagi. Kita terus mencari perawatan terbaik buat bapak,” ungkapnya. (sam)

E Coli Ambil Korban Balita

BERLIN-Meski pemerintah Jerman mengklaim bahwa bagian terburuk dari penyebaran wabah Escherichia coli atau E Coli telah berlalu, korban ternyata masih berjatuhan. Selasa (14/6), seorang balita dua tahun tewas karena terinfeksi bakteri  itu. Praktis, balita itu merupakan korban pertama yang tewas akibat E Coli.

Korban jiwa termuda itu dilaporkan berjenis kelamin laki-laki. Bocah yang identitasnya dirahasiakan tercatat sebagai penduduk Kota Celle. Sebelum dinyatakan meninggal dunia, dia sempat menjalani perawatan intensif di sebuah rumah sakit Kota Hanover.  “Dia meninggal setelah pembuluh darahnya pecah dan mengalami gagal ginjal,”kata jubir rumah sakit, Rabu  (15/6).

Sebenarnya, kakak laki-laki dan ayah bocah tersebut terinfeksi E Coli. Keduanya sempat dirawat di rumah sakit karena menunjukkan gejala yang sama dengan para korban lain. Yakni, mengalami gangguan pencernaan atau diare, dehidrasi, dan gangguan fungsi ginjal. Tetapi, kondisi keduanya membaik meski harus menjalani perawatan di rumah sakit.
Pemerintah negara bagian Lower Saxony membenarkan kematian bocah laki-laki berusia dua tahun tersebut. Dia menjadi korban tewas ke-37. Bakteri itu juga menginfeksi sekitar 3.235 orang sejak merebak bulan lalu. Dari jumlah tersebut, 782 di antaranya mengalami infeksi serius.

Badan pusat pengendalian penyakit nasional Jerman, Robert Koch Institute, menegaskan jumlah korban yang terinfeksi cenderung berkurang. Sebab, sebagian besar lolos dari maut dan dinyatakan sembuh.

Berdasarkan survei terbaru yang dilakukan Forsa, rakyat kecewa dengan kinerja pemerintahan Merkel dalam mengatasi wabah E Coli. Sebanyak 58 persen dari total 1.003 responden menilai Berlin payah. Hanya sekitar 31 persen yang puas dengan kinerja pemerintah dalam mengatasi wabah E Coli. (art/hep/dwi/jpnn)

AS Larang Warganya ke Filipina

WASHINGTON- Diketahui sebagai negara berbahaya dan sarang teroris, Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengeluarkan peringatan berkunjung (travel warning) bagi warganya yang akan berkunjung ke Filipina.
Demikian disampaikan pemerintah AS dalam situs Kementerian Luar Negerinya, dilansir dari CNN, Rabu (15/6). Dalam situs tersebut, AS menyebutkan beberapa tempat yang berbahaya dan diharapkan warga AS menjauhi daerah tersebut.
“Tempat yang diincar adalah tempat berkumpulnya masyarakat, termasuk di antaranya bandara, mal, ruang konferensi, dan tempat publik lainnya,” tulis AS.

Secara spesifik, AS menyebutkan dua daerah yang paling berbahaya di Filipina, yakni pulau Mindanao dan Kepulauan Sulu. Daerah itu terkenal sebagai basis separatisme dan terorisme militan Muslim. Selain itu, ibukota Filipina, Manila kemungkinan akan jadi sasaran teroris.

Turis AS, tulis Kemlu, harus ekstra hati-hati bila melihat adanya peningkatan pengamanan oleh polisi dan militer di daerah-daerah itu. Kemungkinan penculikan dengan tebusan sangat rawan bagi wisatawan asing. (bbs/jpnn)

Banjir Cina Belum Reda, Korban Jiwa Bertambah

BEIJING-Banjir besar yang melanda bagian selatan dan tengah Cina terus mengancam warga. Sedikitnya tujuh warga kembali ditemukan tewas. Dengan demikian, total korban tewas melampaui angka seratus orang hingga Rabu  (15/6).
Hujan deras yang mengguyur sejumlah wilayah di utara Cina sejak Senin (13/6) lalu juga membuat 88 ribu warga di enam provinsi harus meninggalkan rumah untuk mengungsi. Kementerian Urusan Sipil menyatakan sebagian pengungsi ditempatkan di sejumlah pusat penampungan.

Jumlah korban dalam musibah itu diperkirakan masih bertambah. Pasalnya, badan meteorologi meramalkan, hujan deras akan berlangsung hingga Jumat (17/6). Lantaran banjir yang menerjang sejak awal bulan ini, lebih dari 170 orang dilaporkan tewas dan hilang di negeri itu. Selasa (14/6) lalu, pemerintah Cina mengumumkan korban tewas mencapai 105 orang dan 63 orang lainnya hilang.

Mayoritas korban tewas berasal dari Provinsi Hunan dan Hubei. Wilayah tersebut diperkirakan terus diguyur hujan lebat hingga Jumat (17/6). Hujan memicu banjir lumpur dan longsor dan mengakibatkan 39 orang tewas dan 21 lainnya hilang.

Terkait dengan bencana itu, Cina mengumumkan akan mengalokasikan anggaran CNY 130 juta (sekitar Rp171 miliar) untuk membantu wilayah terdampak seperti Provinsi Hubei dan Hunan. Kantor berita Xinhua melansir, dana tersebut akan digunakan untuk membangun tempat penampungan, membeli sembako, memperbaiki rumah warga, dan tunjangan bagi keluarga korban. Pemerintah juga menyiapkan dana CNY 35 juta (sekitar Rp42,7 miliar) untuk membantu korban bencana di Provinsi Guizhou. Sebanyak 24 orang dilaporkan tewas di Guizhou dan 32 lainnya hilang.
Selasa malam sekitar 55 ribu warga harus meninggalkan rumahnya di Kota Xianning, Provinsi Hubei. Di kota tersebut ketinggian air sungai bertambah hingga 5 meter. Sebelumnya hujan deras di kota tersebut mengakibatkan kerusakan di hampir seluruh wilayah. (ap/afp/cak/c10/dwi/jpnn)

Panda Serang Jaksa KPK

Tak Terima Dituntut Tiga Tahun dalam Kasus Cek Perjalanan

JAKARTA- Setelah dituntut tiga tahun penjara sekaligus denda Rp150 juta, kemarin (15/6) giliran Panda Nababan ‘menyerang’ empat jaksa penuntut umum (JPU) yang menangani sidangnya. Saat membacakan pledoi alias pembelaan dalam sidang lanjutan di Pengadilan Tipikor kemarin (15/6), terdakwa kasus suap cek perjalanan dalam pemenangan pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (DGS BI) Miranda Goeltom tersebut menyebut bahwa JPU telah bertindak tidak profesional.

Panda menganggap JPU yang menangani perkaranya telah memutar balikkan data dan memanipulasi fakta. Bahkan dia juga meragukan semua barang bukti yang digunakan JPU untuk menjeratnya. “Mereka telah menghina proses peradilan, bekerja tidak profesional, ceroboh, dan melakukan perbuatan tercela. Untuk itu, jaksa-jaksa ini pantas dihukum!,” kata Panda saat membacakan pledoinya pada halaman dua.

Panda sepertinya benar-benar kesal karena telah dituduh menerima dan membagikan cek perjalanan untuk pemenangan Miranda. Dia menyusun pledoinya itu setebal 49 halaman dan diberi judul Panda Nababan Menggugat: Tuntutan Berlandaskan Fitnah. Politisi PDIP ini membacakan pledoinya sambil berdiri dan bersuara lantang.

Lebih lanjut Panda juga berharap agar JPU yang menangani kasusnya itu segera diperiksa. Nah, untuk itulah Kamis (7/6) lalu dirinya melaporkan para jaksa pada KPK itu ke Kejaksaan Agung (Kejagung). “Harus ada kontrol, harus ada pengawasan terhadap oknum-oknum jaksa yang menyalahgunakan kekuasaannya dan merusak citra KPK,” tuturnya.
Seperti terdakwa kebanyakan, saat sidang pledoi, Panda kembali menerangkan bahwa dirinya benar-benar tidak bersalah. Pria kelahiran Siborong-borong, Tapanuli Utara itu kembali menegaskan dirinya tidak menerima suap berbentuk cek perjalanan dari Nunun Nurbaeti melalui rekannya di Fraksi PDIP Dudhie Makmun Murod.

Dirinya mengaku heran dengan KPK yang besikukuh menyatakan dia telah menerima suap tersebut. “Dudhie Makmun Murod berkali-kali mengatakan dia tidak pernah menyerahkan satu amplop pun kepada saya. Dimana dan kapan Dudhie mengatakan membagikan amplop kepada saya,” katanya dengan nada tinggi.

Bahkan untuk membuktikan perkataannya itu, Panda membeberkan berita acara pemeriksaan (BAP) Dudhie Makmun Murod tanggal 8 November 2010. Panda pun mencuplik percakapan Dudhie dengan penyidik. Dimana dalam BAP dalam poin 30 Dudhie menyatakan dirinya mengkoreksi keterangan yang tertuang dalam BAP sebelumnya pada tanggal 4 Oktober 2010.

“Ada keterangan yang akan saya koreksi dan saya tambahkan. saya tidak pernah merasa menyerahkan TC BII secara langsung  kepada   saudara Panda Nababan,” tutur Panda menirukan perkataan Dudhie saat itu. (kuh/agm/jpnn)

Terdakwa Geng Motor Divonis 5 Tahun

MEDAN- Masih ingat kasus geng motor? Dua terdakwa Indra Gunawan Simanjuntak dan Boy Christofel Ariady Sembiring, Kemarin (15/6) divonis PN Medan dengan hukuman 5 tahun penjara.

“Unsur  pasal 170  ayat 2 ke 1 KUHPidana sudah terpenuhi, karena terdakwa bersama-sama merusak mobil dan menganiaya korban Hans Cristian Budi Hutagalung. Dengan demikian, keduanya dijatuhi hukuman masing-masing 5 tahun penjara,” terang hakim Ketua Muhammad SH dalam persidangan.

Putusan itu sama dengan tuntutan jaksa sebelumnya. Usai majelis hakim membacakan putusan kedua terdakwa diberikan kesempatan untuk menerima atau banding. Sekadar mengingatkan, penyerangan geng motor terhadap Hans Cristian Budi Hutagalung (17) siswa kelas III SMA St Thomas I ini, terjadi 5 Februari lalu di Jalan Patimura. Kemudian korban dikeroyok.(sal/smg)