Masyarakat Sumut Diajak Doa Bersama
JAKARTA-Kondisi kesehatan Gubernur Sumut nonaktif, Syamsul Arifin kritis. Mantan bupati Langkat itu mengalami koma sejak Sabtu (4/6) dan hingga tadi malam masih belum sadar. Ruang perawatannya dipindah ke Ruang Perawatan Gawat Jantung, yang berada di lantai II Rumah Sakit (RS) Jantung Harapan Kita, Jakarta. Sebelumnya, dia dirawat di lantai III yang khusus menangani pasien pasca operasi.
Tim dokter terus memantau perkembangan Syamsul. Informasi yang berkembang semalam, jika kondisi Syamsul tidak membaik, ada kemungkinan pihak keluarga akan memboyongnya ke RS di Singapura. Lantaran kondisinya kritis, dalam dua hari terakhir ini tidak ada pembesuk yang diperkenankan masuk. Hanya keluarga terdekat, seperti istri, anak dan menantu yang juga dokter jantung, yang diperbolehkan berada di ruang perawatan khusus pasien gawat tersebut.
Bahkan, Plt Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho pun, tidak diperbolehkan masuk ke ruang perawatan Syamsul. Gatot sempat mendapat penjelasan dan berdialog dengan petugas rumah sakit, yakni Ibrahim Musa dari Bagian Humas dan seorang suster bernama Rosmen. Kedua petugas ini menemui Gatot di luar ruang perawatan.
Keduanya kepada Gatot menjelaskan kondisi Syamsul yang belum boleh dibesuk siapa pun. “Dari sisi kesehatan belum bisa dibesuk, begitu pesan dokter,” terang Rosmen. Gatot mencoba melobi, dengan mengatakan bahwa dia datang berserta rombongan resmi dari Pemprov Sumut. Kali ini, Rosmen punya dalih lain. Katanya, kalau pun mau besuk, maka harus pada jam besuk. Gatot sendiri kemarin tiba di RS pukul 18.00 WIB. Sementara, jam besuk khusus Minggu hanya satu jam, yakni dari pukul 17.00 hingga 18.00 WIB.
Gatot kembali berharap agar bisa diperbolehkan masuk. Kali ini, Rosmen minta waktu untuk menghubungi tim medis yang memantau perkembangan kondisi Syamsul guna memberitahukan mengenai kedatangan Gatot dan rombongan. Hampir setengah jam Gatot menunggu, lantas dipersilakan masuk. Hanya saja, politisi dari PKS yang belakangan dikabarkan hubungannya dengan Syamsul itu memburuk, hanya sempat masuk ke pintu utama, bukan masuk ke ruang perawatan Syamsul.
“Katanya, untuk bisa besuk harus pada jam besuk, itu pun harus mendapat persetujuan dari tim dokter,” ujar Gatot begitu keluar dari pintu utama. Ikut dalam rombongan Gatot antara lain Asisten I Hasiholan Silaen, Irwasda Nurdin Lubis, Plt Sekda Rahmat Sah, dan sejumlah wartawan dari Medan. Hanya saja, rombongan yang menyertai Gatot itu hanya berada di luar pintu utama.
Kemarin petang, begitu sampai di RS, Gatot menjelaskan, dirinya datang untuk memberikan dukungan moral kepada Syamsul dan keluarganya. Dia juga mengatakan, untuk membantu biaya perawatan, akan menggalang dana dari para SKPD. “Beliau pasti perlu biaya. Sebagai bentuk kekeluargaan, nanti Pemprov akan membicarakan, akan menggalang SKPD-SKPD untuk membantu. Tapi yang lebih penting adalah support moral kepada keluarganya,” terangnya.
Ditanya mengapa baru membesuk Syamsul setelah sembilan hari di RS, Gatot mengatakan, dirinya sangat sibuk dengan urusan dinas. Antara lain hadir di acara yang dihadiri presiden di Pontianak, presentasi di sidang kabinet, ada acara promosi wisata, dan sebagainya. Kemarin, sebelum membesuk Syamsul, Gatot ada acara di Kuningan untuk menghadiri acara wisuda anaknya di sebuah pondok pesantren.
Selain itu, Gatot juga mengaku mendapat pesan dari adiknya Syamsul, Ondim, agar membesuk Syamsul setelah dua hingga empat hari setelah operasi. “Makanya baru sekarang saya datang,” ujarnya, seraya mengatakan, hubungannya dengan Syamsul baik-baik saja.
Karena kondisi yang masih kritis itu, maka dapat dipastikan Syamsul untuk kedua kalinya tidak bisa menghadiri persidangan perkara dugaan korupsi APBD Langkat di pengadilan tipikor, Jakarta, hari ini (6/6), yang agendanya adalah pemeriksaan Syamsul sebagai terdakwa. Anggota kuasa hukum Syamsul, Abdul Hakim Siagiaan, kepada koran ini di RS tadi malam menjelaskan, pihaknya sudah mengantongi surat keterangan dokter mengenai kondisi kliennya itu.
Hanya saja, Abdul Hakim enggan menyebutkan isi dari keterangan medis yang dikeluarkan tim dokter itu. Alasannya, tidak etis jika surat yang ditujukan ke hakim tipikor, disampaikan ke wartawan sebelum diserahkan ke hakim. “Tunggulah besok (hari ini, red) di pengadilan,” ujarnya.
Benarkan Syamsul koma? Abdul Hakim tidak membantahnya. Hanya saja, dia tidak mau menggunakan istilah ‘koma’, yang menurutnya bukan merupakan bahasa medis. “Koma, titik, tanda tanya, itu kan istilah kawan-kawan wartawan berdasarkan informasi yang didapat. Saya tidak dalam kapasitas membenarkan atau tidak membenarkan (bahwa Syamsul koma, Red),” kilahnya.
Suasana di lantai II RS Jantung Harapan kita sendiri tadi malam tampak ramai. Pasalnya, sejumlah PNS yang bertugas di Kantor Penghubung Pemprov Sumut di Jakarta, juga hadir. Sejumlah kerabat Syamsul juga di sana. Robby, ajudan Syamsul, tampak sibuk mondar-mandir. Sebelumnya, Robby sempat berdiri terus menjaga pintu utama, untuk memberitahukan ke setiap pembesuk mengenai kondisi Syamsul yang belum bisa ditengok. Menjelang pukul 20.00 Wib, berangsur para pembesuk meninggalkan RS, termasuk Gatot dan rombongan.
Kepada wartawan usai keluar dari ruang tunggu, Gatot mengajak warga Sumut untuk mendoakan kesembuhan Syamsul Arifin. “Dengan doa yang ikhlas, apalagi dilakukan secara banyak oleh seluruh warga masyarakat Sumut, Insya Allah akan dikabulkan oleh Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa,” Gatot.
Gatot menjelaskan sesuai penjelasan Duty Manager RS Harapan Kita Uung Unarsih, kondisi Syamsul Arifin tidak memungkinkan untuk dilakukan pertemuan langsung saat itu. Tim dokter masih terus menangani dan berusaha menstabilkan kondisi kesehatan Syamsul Arifin.
“Dengan mengharap pengertian mendalam, Ibu Uung memohon agar semua pihak dapat memahami situasi dan kondisi saat ini terhadap kesehatan Syamsul Arifin,” ujarnya Gatot. (sam/ari)