26 C
Medan
Monday, December 29, 2025
Home Blog Page 15276

Penculik Siswi Methodist 3 Ditangkap di Batam

MEDAN- Andria alias A Chek (26) pelaku penculikan terhadap Ju Pau San alias Shenny (18) berhasil ditangkap petugas Unit VC/Judi Sila Polresta Medan di Batam, Kepulauan Riau (Kepri), Minggu (24/4) pagi.

Penangkapan warga Jalan Nangka Medan ini berawal dari laporan Tjin Sin, orangtua korban. Dalam laporannya, warga Jalan Bambu I, Medan Timur ini mengaku anaknya telah diculik A Chek yang tak lain adalah kernek bus sekolah Methodist III, Jalan Perintis Kemerdekaan, Medan Timur.

Menerima laporan tersebut, petugas Unit VC/Judi Sila Polresta Medan langsung melakukan penyelidikan. Hasil lidik, ternyata pelaku telah melarikan korban ke Batam. Berbekal surat penangkapan, dipimpin Panit I VC/Judi Sila Polresta Medan Iptu JW Purba SH, petugas pun langsung terbang menuju Batam. Setelah satu hari di Batam, petugas mengendus keberadaan A Chek di sebuah rumah kost-kostan Tiban Lestari, Kecasmatan Sekupang, Batam, Kepri.

Guna keamanan, petugas Polresta Medan kemudian berkordinasi dengan Polsek setempat. Akhirnya, A Chek berhasil ditangkap bersama korban yang masih ada bersamanya. Hari ini, rencananya A chek dan korban akan tiba di Medan.
Sementara Kanit VC/Judi Sila Polresta Medan AKP Hartono SH mem benarkan penangkapan yang dilakukan anggotanya. “Iya, tapi masih di Batam, rencananya hari ini sampai Medan,” tegasnya.

Diketahui, penculikan ini terjadi  Jumat (15/4) lalu. Orangtua korban merasa curiga, karena hingga sore korban tak kunjung pulang ke rumah. Selanjutnya, pada Sabtu (16/4) lalu, orangtua korban membuat laporan ke Polresta Medan. “Saya berharap polisi segera menidaklanjuti laporan ini dengan menangkap tersangka,” ujar ibu korban Tjin Sin. (ala/smg)

Sexy Bitch Hadirkan FDJ

MEDAN- Seiring dengan tingginya permintaan dari clubbers dan pencinta dunia hiburan malam untuk dihadirkannya Female DJ dari ibukota, Clasmild dengan brand mentholnya bekerjasama dengan xXx3 Club menghadirkan Djane O-Sin feat Mechan Wong di Yang Lim Plaza Medan, Sabtu (23/4) malam.

Djane O-Shin mengawali karirnya sebagai penari profesional. Bahkan, wajahnya juga sering menghiasi beberapa majalah pria dewasa. Kali ini dia tampil sebagai Female Dj untuk menghibur clubbers. Dia berkolaborasi dengan Mechan Wong yang mempunyai nama lengkap Mariska Agnes Wongkar, dara kelahiran Menado 24 tahun silam.
Dengan perawakan tinggi dibalut kulit putihnya, perempuan yang akrab disapa O-Shin ini mahir memainkan alat musik dengan alunan musik progresive membuat seluruh clubbers ‘semakin tinggi’.(adl)
Acara bertajuk Sexy Bitch ini, sengaja dikemas dengan bintang tamu dari kaum hawa, dengan tujuan untuk menambah semangat dan motivasi para Female DJ Kota oleh performance dan penampilan FDJ yang berpengalaman.

Jika selama ini masyarakat beranggapan tabu bagi wanita memasuki lokasi hiburan malam, tapi di era globalisasi saat ini, anggapan tersebut telah terbantahkan.

Lebih jauh lagi, wanita kini tak hanya sebagai pengunjung, melainkan telah memegang peran vital yakni menjadi Female DJ (DJ wanita).

“Memang, selama ini peramu musik selalu identik dan didominasi kaum Adam. Tapi belakangan, kaum yang lemah lembut itu mulai berperanserta dan ikut meramaikan dunia yang selalu berkutat di balik turntable suatu klub malam atau tempat hiburan. Tentunya ini menjadi daya tarik tersendiri bagi clubbers dengan kecantikan DJ wanita atau biasa disebut Female DJ,” ujar Tommy Suryadi, Branch Manager Clasmild didampingi Bambang Sulianto.

Tak heran, O-Shin dan Mechan Wong yang mengaransemen musik di hadapan clubbers dengan ramuan beat-beat keras dapat menghibur dan disambut antusias seluruh clubbers yang berkonsep dari dan untuk perempuan.
Dikatakan Tommy Suryadi, pihaknya berusaha merealisasikan apa yang pernah disampaikan beberapa waktu lalu, bahwa mereka akan semaksimal mungkin mewujudkan keinginan clubbers kota Medan di beberapa venue di Kota Medan.

“Kita juga ingin melebarkan sayap di dunia hiburan dan tentunya juga popularitas, Clasmild akan berusaha untuk menampilkan talent-talent dari Ibukota di beberapa venue di Medan,” ungkapnya. (adl)

Menyatunya Dua Matahari di Pangandaran

TEMPAT ini ternyata jauh lebih baik dari yang saya bayangkan. Semula saya pikir Pantai Pangandaran di Jawa Barat selatan itu hanyalah seperti pantai-pantai di Jawa lainnya: ditangani dengan selera lokal yang sangat berbau “pemda” dan pantainya begitu-begitu saja.

Ternyata perkiraan saya itu hanya benar setengahnya. Penanganannya memang masih “selera pemda”, namun jangan tanya keindahannya. Saya bisa memastikan inilah pantai terindah di Jawa. Bahkan, seandainya penanganannya, kelak, sudah tidak selera pemda lagi, saya bayangkan Pantai Pangandaran bisa dimasukkan ke kelas dunia.

Hanya inilah pantai di Indonesia yang punya dua lengkung utama. Ini mengingatkan saya akan pantai terindah di dunia: Copacabana dan Ipanema. Dua pantai yang sama-sama indah yang letaknya hanya dipisahkan oleh semenanjung kecil yang menjorok ke laut. Seperti itu juga Pangandaran.

Dua kali saya ke Copacabana di Rio de Janeiro, Brazil, itu. Pertama, saat menghadiri kongres surat kabar sedunia di dekat-dekat situ dan yang kedua ketika ikut dalam rombongan Presiden SBY ke KTT G-20 Washington DC yang diteruskan ke Meksiko, Peru, dan Brazil.

Lengkung Pantai Pangandaran mirip sekali dengan lengkung Copacabana. Bedanya, pasir di Copacabana putih, sedangkan di Pangandaran hitam. Bedanya lagi, lengkung-lengkung berikutnya di selatannya sudah mulai dikembangkan (rasanya terdapat lima lengkung pantai setelah Copacabana), sedangkan lengkung-lengkung pantai ketiga dan keempat di Pangandaran belum tersentuh manusia.

Tapi, soal tanjung yang menjorok ke laut yang memisahkan dua pantai itu sama-sama punya kelebihan. Yang di Copacabana berupa gunung, dan untuk menyatukannya dengan Ipanema dibuatlah terowongan. Semua kendaraan yang menuju Pantai Ipanema harus melewati terowongan ini.

Di Pangandaran, tanjung yang memisahkan dua pantai itu juga berupa bukit, namun tidak tinggi. Kelebihan tanjung di Pangandaran adalah wujudnya yang masih hutan alami, yang bisa memberikan pengalaman wisata tersendiri. Hutan ini sudah diamankan menjadi hutan lindung yang terjaga dengan baik.

Selasa lalu, seluruh direksi PLN mengadakan rapat di Pangandaran untuk membicarakan persiapan terakhir gerakan sehari satu juta sambungan dan menghabiskan seluruh daftar tunggu listrik di seluruh Indonesia yang sudah harus terjadi akhir Juni tahun ini juga.

Setelah subuh saya menyempatkan diri memasuki hutan lindung itu. Yakni, pada pukul 05.30, ketika bersama teman-teman PLN Pangandaran melakukan gerak jalan pagi, yang kali ini mirip dengan outbond. Melewati hutan lindung di tanjung Pangandaran ini cukup mengesankan. Di sana-sini terlihat monyet, burung, dan biawak.

Hutan di tanjung Pangandaran inilah yang memisahkan lengkung Pantai Pangandaran barat dan lengkung Pantai Pangandaran timur. Kalau di Rio de Janeiro, masing-masing lengkung ada namanya (Copacabana dan Ipanema), di Pangandaran belum bernama. Baru disebut pantai barat dan pantai timur.

Mungkin memang tidak perlu diberi nama. Dengan sebutan “barat” dan “timur” justru bisa menunjukkan kekuatan Pantai Pangandaran itu sendiri. Yakni, inilah sepasang pantai yang masing-masing punya keunggulan untuk dinikmati dalam waktu yang berbeda. Inilah sepasang pantai yang sekaligus mempertontonkan dua pemandangan menakjubkan: sun set dan sun rise.

Di waktu sore orang bisa menikmati pemandangan matahari tenggelam di pantai barat. Di pagi hari orang bisa menyaksikan matahari terbit di pantai timur. Suatu kenikmatan yang tidak bisa didapat di Rio de Janeiro karena Pantai Copacabana dan Ipanema letaknya hanya berjajar, sama-sama menghadap ke timur.

Maka, saya membayangkan sesuatu yang memang masih akan lama terwujud: kalau saja Pengandaran bisa dikembangkan seperti Rio, pesonanya akan luar biasa. Apalagi, sebagaimana juga di Rio de Janeiro, tidak jauh dari pantai ini sudah berupa pegunungan. Pantai dan gunung seperti menyatu dalam jarak yang ideal.

Memang di atas gunung sana, di Copacabana, sudah ada objek turis yang menarik. Yakni, patung Yesus yang memberkati yang terkenal itu. Tapi, itu sebenarnya hanya buatan manusia yang bisa dilakukan siapa saja. Hanya soal waktu dan uang. Tapi, tidak jauh dari Pangandaran ada objek yang juga tidak ada duanya di Indonesia: sungai yang dalamnya lebih 20 meter yang kanan-kirinya berupa tebing berhutan alami yang indah. Objek ini dinamakan Green Canyon, untuk tidak menjiplak begitu saja Grand Canyon di Amerika.

Memang, kalau orang berperahu menyusuri sungai ini sebenarnya tidak akan ingat Grand Canyon, melainkan lebih mengasosiasikannya dengan objek wisata Guilin di Tiongkok yang terkenal itu.

Dua objek utama Pangandaran itu (pantai ganda dan Green Canyon) benar-benar sudah cukup menarik untuk membuat orang bisa tinggal tiga hari sampai seminggu di Pangandaran. Apalagi, kelak, kalau lengkung pantai-pantai karang di sebelah barat Pangandaran yang masih asli itu juga dikembangkan. Apalagi, kalau di kawasan ini sekaligus dikembangkan pusat kebudayaan Sunda sebagai daya tarik malam harinya.

Lima tahun lagi, pendapatan per kapita rakyat Indonesia pasti mencapai USD 6.000. Sekarang saja sudah USD 3.200. Ketika itu terjadi, bisa dibayangkan berapa pendapatan per kapita orang Jakata dan Bandung. Saya perkirakan akan ada sekitar 5 juta orang di dua kota itu yang pendapatan per kapitanya sudah di atas USD 15.000. Orang dengan pendapatan seperti itu tidak memikirkan lagi rumah, mobil, pakaian dan makan. Pikirannya hanyalah: kalau libur mau ke mana! Inilah pasar yang harus ditangkap Pangandaran yang begitu dekat dari Jakarta. Hanya 40 menit penerbangan.

Sebaliknya, orang dengan pendapatan seperti itu sudah tidak mau lagi berkunjung ke tempat yang kumuh dan tidak bersih. Kondisi Pangandaran sekarang belum memenuhi selera mereka.

Memang hambatan untuk menaikkan kelas Pangandaran masih sangat besar. Apalagi, di era otonomi seperti sekarang. Tidak akan gampang menemukan bupati yang punya ide besar, pikiran besar, dan ambisi besar untuk membuat sejarah baru Pangandaran. Kalau yang terpilih hanya kelas bupati yang biasa-biasa saja, rasanya masih akan sangat lama mengharapkan Pangandaran menjadi idola nasional.

Bahkan, sangat mungkin, seumur hidupnya kelak Pangandaran tidak akan bisa menjadi primadona. Mengapa?

Dengan penanganan ala kadarnya sekarang ini saja daya tarik ekonominya sudah muncul. Akibatnya, hotel-hotel kecil, warung-warung kecil, dan pedagang musiman berdatangan ke sini, menempati tanah mana pun yang mereka incar. Dalam waktu lima tahun ke depan perkembangan yang tidak terencana ini akan membuat Pangandaran kian tidak menarik dan untuk membenahinya sudah sangat sulit.

Persoalan sosial sudah akan menjadi sangat sensitif dan untuk menanganinya perlu biaya tersendiri yang tidak akan terjangkau. Kalau ini yang terjadi, jangan lagi mengharapkan Pangandaran bisa menjadi bintang Nusantara, apalagi bintang dunia.

Kalau kesadaran itu sudah muncul sekarang, sebenarnya penanganannya masih manageable. Masih bisa ditemukan konsep “membangun tanpa menggusur” yang ideal. Prinsipnya, tidak boleh ada penduduk setempat yang terpinggirkan dan tidak menikmati kemajuan Pangandaran. Namun, juga tidak harus prinsip itu membuat Pangandaran tidak bisa dikembangkan. Pasti akan ditemukan konsep “membangun tanpa menggusur” yang tepat.

Masyarakat Sunda sebenarnya punya modal hebat untuk mewujudkan itu. Seorang tokoh lokal Sunda pasti bisa mewujudkan konsep itu. Saya tidak kenal orangnya, tidak tahu namanya, tapi tahu dan merasakan karya-karya hebatnya. Dia adalah pemilik jaringan restoran masakan Sunda, Bumbu Desa, yang kini berkembang pesat ke seluruh Indonesia.

Ketika saya ke geotermal Kamojang dan Darajat bulan lalu, saya menginap di resor yang bernama Kampoeng Sampireun. Saya sangat mengagumi konsep resor Kampoeng Sampireun ini. Konsep “membangun tanpa merusak” yang sempurna sekali. Selera arsitek yang merencanakan Kampoeng Sampireun ini sangat tinggi, berbasis lokal, dan bisa memperhatikan need masyarakat internasional.

Saya sangat kagum melihat hasil akhir Kampoeng Sampireun itu: bagaimana kolam alami itu bisa jadi sentrum sebuah resor yang di sekelilingnya cottages independen yang begitu menyatu dengan alam. Resor-resor supermahal di Ubud, Bali, juga sangat menarik, tapi tidak ada yang memiliki sentrum seperti yang dikonsepkan di Kampoeng Sampireun.

Intinya, penanganan Pangandaran tidak perlu diserahkan ke orang Jakarta atau orang asing. Orang Sunda memilikinya. Mulai konsep, perencanan sampai pelaksanaan. Komplet. Sudah terbukti pula. Yang diperlukan adalah sebuah keputusan dari pihak yang punya otoritas membuat keputusan.

Serahkan kepada dia soal bentuk penanganan: apakah dikembangkan dengan konsep modern atau menggunakan konsep tradisional-alami. Atau gabungan dari keduanya. Yang jelas, daratan yang menghubungkan pantai timur dan pantai barat ini tidak terlalu luas dan sudah penuh dengan perumahan penduduk. Hanya sekitar setengah kilometer.

Kalau si perencana memutuskan membuat konsep modern dengan bangunan-bangunan pencakar langit di sini, tetap harus diperhatikan sempitnya lahan itu agar hak-hak publik tidak hilang. Misalnya, semua bangunan itu nanti harus merelakan lantai dasarnya untuk plaza terbuka buat lalu lintas publik.

Namun, kalau konsepnya nanti dipilih yang tradisional, nah, saya harus menyerah: arsitek Sunda yang saya sebut tadi jangan diragukan kemampuannya! (*)

Gerak-gerik Imam Firdaus tak Ada yang Mencurigakan

Rekan-rekan Imam Firdaus menyebut keseharian Imam biasa saja. Tidak ada kegiatan mencurigakan yang dilakukan Imam selama bekerja di Global TV. “Kesehariannya normal, biasa saja. Tidak ada sesuatu mencurigakan. Dari anak-anak yang lain bilang normal-normal saja,” ujar Direktur News Global TV, Arya M Sinulingga dalam jumpa pers di Restoran Sate Khas Senayan, (23/4).

Teman-teman dekat Imam kaget bukan main saat tahu rekannya ditangkap polisi karena dugaan kasus terorisme. Alasannya, Imam tak pernah terlibat dalamn golongan Islam radikal, bahkan kesehariannya dia cenderung sekuler.
Informasi yang dihimpun, Imam sudah bekerja di Global TV sejak empat tahun lalu. Dia menjadi kamerawan di berbagai bidang, namun lebih sering terlibat dalam berita politik. Teknik pengambilan gambarnya pun dikenal baik. Imam juga memiliki bisnis kecil-kecilan,  rental kamera. Menurut salah seorang temannya, IF  memiliki empat kamera. “Biasanya dia sering menyewakan kameranya untuk keperluan pesta pernikahan,” kata dia.

Rekan-rekannya menduga, Imam tidak tahu-menahu soal peledakan bom. Kemungkinan besar, Imam dinilai polisi terlibat, gara-gara kameranya  disewa para pelaku peledakan bom untuk mengabadikan ledakan bom.
Pihak Global TV memastikan jika Imam, merupakan kamerawan studio, bukan kamerawan peliputan berita. Karena pekerjaannya di studio itu, tidak memungkinkan dia berhubungan dengan media asing.

“Jadi benar dia adalah karyawan kita. Tapi dia adalah kamerawan studio. Jadi bukan kamerawan peliputan,” ujar Arya M Sinulingga. Menurut Arya, bisa dibuktikan juga bahwa Imam sering di studio. Dengan keadaan itu, sulit bagi Imam menghubungi media asing untuk meliput aksi pengeboman secara langsung.  “Bagaimana dia mau menghubungi media luar. Pekerjaannya kan tidak memungkinkan dia ada di luar,” kata Arya.

“Kami sangat terpukul dengan kondisi seperti ini bahwa ada wartawan kami yang terlibat. Saya rasa kita semua harus waspada,” sambung Arya. Arya sadar jika media juga bisa rentan dengan terorisme. Meski demikian Global menyerahkan kasus itu pada kepolisian. “Karena media itu ternyata rentan terhadap terorisme. Kami sebagai pihak yang tunduk pada hukum yang berlaku, kita men-support polisi,” tutur dia.

Hingga kini, lanjut Arya, pihaknya masih terus berusaha untuk meminta gambar atau foto Imam dari kepolisian. Imam hingga kini tidak bisa ditemui langsung. Dengan adanya kejadian ini, Arya mengaku akan terus berhati-hati. Sebab dia tidak menyangka ada karyawannya yang terkait kasus terorisme.

“Dengan adanya kejadian ini kita semua harus betul-betul care dengan kasus ini. Karena kita semua tidak bisa menyangka bisa terkena kasus itu. Jadi kita semua harus berhati-hati. Sedangkan rekrutmen tidak ada yang luar biasa,” tutupnya.

Dewan Pers sudah mengetahui kabar penangkapan seorang juru kamera Global TV atas nama Imam Firdaus dalam kasus bom jalur pipa gas Serpong. Meski Imam adalah pekerja pers, Dewan Pers minta Mabes Polri tidak memberikan perlakuan berbeda dalam proses hukum.

“Bagi kita, orang yang tersangkut teroris bisa siapa saja. Kita tidak boleh menganggap ada keistimewaan karena itu wartawan. Apalagi seolah-olah wartawan tidak mungkin terlibat hal itu,” ujar Ketua Dewan Pers, Bagir Manan, Sabtu (23/4).

Penangkapan IF dalam kasus dugaan terorime, berada di luar lingkup tugas jurnalistik. Maka bukan kapasitas dari Dewan Pers, termasuk manajemen Global TV, untuk ikut turun tangan dalam masalah tersebut. “Jika pasti dia ikut serta, itu di luar kerja jurnalistik, jadi di luar jangkauan Dewan Pers dan juga di luar jangkauan Global TV,” papar Bagir.

Lebih lanjut mantan Ketua MA ini menyatakan, saat ini yang bisa dilakukan Dewan Pers dan menajemen Global TV adalah menunggu hasil pemeriksaan Polri. Bila ternyata Imam terbukti bukan anggota jaringan kelompok terorisme, maka polisi harus segera membebaskan Imam.
“Kalau memang dia bagian dari gerakan itu, ya kita mau apa? Kita kan sepakat dan waspada untuk melawan terorisme,” papar Bagir. (net/bbs/jpnn)

2 Tersangka Bom Wartawan Televisi

Jejak Dalang Terendus dari Istri yang Kerja di BNN

JAKARTA-Kelompok pengebom buku dan perencana serangan ke Gereja Christ Cathedral adalah teroris amatir. Mereka juga tidak pernah terhubung secara langsung dengan jaringan komplotan senior seperti lulusan Afghanistan, Moro, atau Poso. Aksi mereka semata-mata terinspirasi oleh ceramah serta film jihad dan buku dari internet.
Otak serangan, Pepi Fernando, dia adalah sutradara sekaligus pernah menjadi reporter di tayangan gosip ‘Otista’ yang pernah tayang di salah satu stasiun televisi swasta. Alumni Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah itu kaget ketika bom buku ciptaannya mampu meremukkan tangan Kasatreskrim Polresta Jakarta Timur, Kompol Dodi Rachmawan.

“Dia justru terkejut karena tidak menduga benar-benar bisa meledak,” kata Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Kombes Boy Rafli Amar, kemarin (23/04).

Melihat aksinya sukses, Pepi dan teman-temannya tambah bersemangat. Mereka lalu merancang serangan untuk meledakkan gereja di Serpong Tangerang. Karena pernah bekerja di infotainment, Pepi paham benar arti publikasi. Karena itu, dia merekrut Imam Firdaus, kameramen Global TV kenalannya.

“Kelompok ini cari perhatian. Mereka berharap ditonton oleh jaringan di luar negeri seperti Al Qaidah yang dipimpin Osama,” katanya.

Namun, aksi itu gagal total. Tim pemburu gabungan Densus 88 Polda Metro Jaya dan Densus 88 Mabes Polri menangkap satu persatu kelompok ini.

Darimana penyidik mendapatkan jejak Pepi? Menurut seorang sumber Jawa Pos (grup Sumut Pos), langkah Pepi terendus justru dari istrinya sendiri Deny Karmanita (DK). Wanita yang memberinya tiga anak itu bekerja sebagai staf di Badan Narkotika Nasional (BNN).

Penyidik mendapatkan titik terang setelah melihat rekaman CCTV BNN saat proses ditemukannya paket bom untuk Kepala BNN, Komjen Gories Mere pada 14 Maret 2011 lalu. Pada rekaman seluruh kegiatan BNN hari itu , terlihat DK bertindak mencurigakan dan cemas sejak siang hari. DK juga terlihat mendekati ruangan Mere.

“Sejak itu dia masuk radar kami, “katanya. Dari hasil pengembangan informasi, diketahui DK bersuamikan Pepi yang juga punya bisnis jasa percetakan.

Tim lantas dibagi, sebagian menguntit Pepi, yang lain tetap mengembangkan informasi dari sumber-sumber lain. “Sampai H+3 peledakan, kami masih yakin kalau itu pekerjaan orang lama seperti alumni Poso. Sekarang, ternyata analisa awal keliru,” katanya.

Pepi yang dipantau terus hari per hari melakukan blunder saat pergi  ke daerah kontrakan Tanah Merah, Pondok Kopi.  “Dia membawa buku-buku tebal kesana,” katanya. Sejak saat itu, dua orang anggota subden investigasi Densus 88 Polda Metro Jaya ditugaskan sebagai pemantau.

Mereka menyamar sebagai tukang kredit. “Orang-orang yang dikoskan di Pondok Kopi ini teman Pepi dari Sukabumi,” katanya. Penyidikan berlanjut ke rekan-rekan Pepi di almamaternya.

Diketahui Pepi pernah ke Aceh. Sepulang dari sana, perilakunya berubah. Dia juga punya kelompok diskusi buku. “Dia pernah hadir dalam kajian Amman Abdurahman dan Halawi Makmun di Bekasi,” katanya. Baik Amman maupun Halawi sekarang ditahan Polri untuk kasus pelatihan ala militer di Aceh.

Polri lantas melakukan penangkapan setelah Kapolda Metro, Jaya Irjen Sutarman tak sengaja “keceplosan” pada wartawan Rabu (20/3) lalu. Saat itu, Sutarman menyebut jejak lima orang terendus. “Malam harinya langsung turun sprint (surat perintah) penangkapan,” katanya.

Saat penyidik menggerebek rumah mertua Pepi di Harapan Indah Bekasi, dari keluarganya diketahui Pepi sudah terbang ke Aceh.  “Pepi berhasil ditangkap usai salat subuh di Banda Aceh dan langsung dibawa ke Jakarta,” jelasnya.
Dari interogasi, alumni Fakultas Tarbiyah lulus tahun 2001 itu mengaku menanam paket bom di jalur pipa gas Serpong. Lokasi ini beberapa kali disurvei Pepi dan teman-temannya dengan kedok memancing di Sungai Cisadane.
Sebenarnya, ada dua rangkaian dari lima rangkaian yang siap meledak pada Jumat lalu. “Untungnya, rangkaiannya salah, jadi walau timer aktif detonator tidak terpicu,” katanya.

Dari hasil pemeriksaan, Pepi diketahui menugasi Imam Firdaus untuk melobi jaringan TV asing menyiarkan peledakan itu. “Kami masih mencari apakah ada yang menggerakkan Pepi. Sementara aktor utamanya masih dia,” kata Kombes Boy Rafli Amar.

Rektor UIN Komarudin  Hidayat mengaku sudah mendengar laporan dari stafnya soal keterlibatan alumni UIN. “Dia sudah lulus tahun 2001, sepenuhnya saya serahkan pengusutan kepada yang berwajib,” kata Komarudin saat dihubungi kemarin.

Komarudin menyebut UIN selama ini sudah berusaha melakukan pembentengan mahasiswanya dari aksi-aksi terorisme. “Tapi, kalau sudah alumni, terus terang kami susah melakukan kontrol,” katanya.

Salah seorang teman Pepi, Ace Hasan, menilai Pepi berubah setelah pulang dari Aceh. “Dulu dia gaul. Slengekan juga, bahkan cenderung urakan,” katanya saat dihubungi lewat twitter.

Menurut Ace, Pepi juga tidak punya indikasi condong ke gerakan mahasiswa tertentu selama di kampus. “Orangnya lebih cenderung ke seni,” katanya.

Di tempat terpisah, pihak Global TV yang diwakili Arya Mahendra Sinulingga mengakui Imam adalah karyawannya. “Soal perannya apa, kita masih tunggu informasi dari kepolisian,” katanya.

Arya yang menjabat sebagai Corporate Secretary itu menjelaskan perilaku Imam di studio wajar dan normal. “Aktivitas sehari-hari nya baik,” katanya.

Dihubungi terpisah, peneliti teror Noor Huda Ismail menilai kelompok-kelompok baru ala group Pepi ini lebih sukar dideteksi aparat. “Sebab, mereka tidak pernah memiliki keterkaitan langsung dengan jaringan lama yang sudah berhasil dimonitor,” katanya.

Apalagi, ide-ide besar yang memunculkan semangat kelompok-kelompok ini masih terus tumbuh di Indonesia. “Ini jauh lebih sulit dan rumit karena di era sekarang ini tidak mungkin sebuah ide diblokir,” kata alumnus St Andrew University ini. (rdl/ttg/jpnn)

Justin Bieber Bius 10 Ribu ABG

Hai Indonesia, Saya Senang Ada di Sini…

JAKARTA- Sebanyak 10 ribu penonton menjadi saksi aksi panggung Justin Bieber malam tadi dalam rangkaian “My World Tour” nya di Indonesia. Bertempat di Sentul International Convention Center, ia berhasil membius para penonton yang didominasi remaja putri alias anak baru gede (ABG).

Membuka konser dengan lagu “Love Me”, Justin mengenakan jaket dan celana putih. Diringi musik dari disk jockey dan empat penari, ia membuat ribuan penonton histeris meneriaki namanya. Penyanyi asal Kanada itu juga memeragakan aksi beladiri yang dipadukan dengan tarian. Setelah membawakan lagu “Bigger”, Bieber pun menyapa para penonton. “Hai Indonesia. Saya senang ada di sini. Kamu tahu, aku melakukan apapun agar ada di sini,” kata Justin di atas panggung.

Ia melanjutkan konsernya dengan menyanyikan “You Smile” dengan sangat apik. Saat menyanyikan lagu “Runaway Love”, Bieber pun membuka jaketnya. Mengenakan kaos dan topi ungu, yang merupakan warna kesayangannya, ia memukau penonton dengan gerakan breakdance.

Dalam konsernya kali ini, Bieber juga membawakan lagu “Never Let You Go” versi akustik. Diputarkan pula video masa kecil Justin Bieber saat berumur tiga tahun, setelah ia membawakan lagu “Favorite Girl” dan “One Last Lonely Girl”. Dalam video itu Bieber kecil terlihat asyik memainkan gitar dan bernyanyi.

Hits Bieber “Never Say Never”, “One Time” dan “That Should Be Me”, ditampilkannya dengan aksi panggung memukau. Lagi-lagi ia menampilkan keahlian dan kekompakkannya menari bersama dengan para penari latarnya. Tak heran ribuan penonton kembali histeris melihat aksi panggungnya.

Ia juga menunjukkan kebolehannya dalam bermain drum. Selama tiga menit ia melakukan solo drum. Lagu hits “Eeeme Meenie”, “Pray” dan “Baby” pun menjadi penutup konser yang sempurna. (net/jpnn)

Hari Ini, Puncak Milad ke-13 PKS Sumut

Tanam Sejuta Pohon

MEDAN-Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sumut mengisi rangkaian kegiatan Milad ke-13 dengan
menanam sebanyak 1 juta pohon di 31 kabupaten/kota yang telah memiliki struktur Dewan Pengurus Daerah(DPD). Penanaman sejuta pohon tersebut dimulai Sabtu (23/4) secara serentak di 31 kabupaten/kota dari Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan.

Pada penanaman perdana ini langsung dilakukan, Ketua Umum Dewan Pengurus Wilayah (DPW) PKS Sumut, H Muhammad Hafez Lc MA, Sekretaris Umum Satrya Yudha Wibowo ST, Anggota DPR RI dari Fraksi PKS, Ir Idris Luthfi MSc, Panitia Milad PKS Sumut ke-13 dan sejumlah Pengurus DPW PKS Sumut.

“Ini merupakan wujud kepedulian kita terhadap pembangunan lingkungan di Sumut. Hari ini kami mulai membiasakan menanam, Insya Allah, dampak dari rimbun dan rindangnya, akan dirasakan semua orang di masa mendatang,” ujar Hafez, usai proses penanaman pohon lodogan dan gaharu yang dilakukan bersama-sama sejumlah unsur pengurus.

Menurutnya, mekanisme penyebaran sejuta pohon yang akan ditanam PKS se-Sumut secara teknis akan dilanjutkan struktur organisasi secara beramai-ramai, begitu puncak pelaksanaan Milad ke-13 PKS Sumut selesai digelar.
Puncak pelaksanaan Milad ke-13 PKS Sumut dilakukan hari ini (Minggu) di lapangan benteng Medan, targetnya akan diramaikan lebih dari 10 ribu massa yang terdiri dari masyarakat umum dan kader PKS. Acara tersebut dimeriahkan dengan belasan atraksi permainan dan jutaan hadiah.

Khusus untuk penanaman sejuta pohon, sambung Hafez, DPD PKS se-Sumut akan segera melakukan penanaman di daerahnya masing-masing, bersama para kader yang tersebar di seluruh Dewan Pengurus Cabang (DPC) di kecamatan-kecamatan di Sumatera Utara.

Selain penanaman pohon, rangkaian Milad ke-13 PKS Sumut juga telah melakukan sejumlah kegiatan lain secara bergilir. Seperti mengunjungi dan mendapatkan nasehat dan masukan dari para tokoh dan ulama di Sumut, silaturhmi dengan kaum ibu pemulung di Hari Kartini, memberikan bantuan becak bagi masyarakat yang membutuhkan bantuan berobat dan pendidikan keluarga, serta beberapa kegiatan keumatan lainnya. (ril)

Cuma Diajari Kepintaran Intelektual

Seks Bebas di Kalangan Pelajar Makin tak Terkendali

MEDAN-Kasus seks bebas atau seks di luar nikah di kalangan remaja semakin tak terkendali. Penyebabnya, karena minimnya pengetahuan para remaja terkait penggunaan organ reproduksinya.

Hal ini menunjukkan bentuk ketidakberhasilan program pembinaan mental para remaja. Yang mana selama ini para remaja cenderung diberikan kepintaran intelektual saja, namun tidak sejalan dengan emosional dan spiritualnya.
“Kita prihatin dengan kondisi remaja saat ini. Mereka banyak menyalahgunakan organ reproduksi. Ini membuktikan dunia pendidikan kita tidak berhasil. Karena memang hanya mengajarkan kepintaran intelektual, tapi tidak emosional dan spritual serta sosial,” ungkap psikolog Rahmadani Hidayatin, Minggu (23/4).

Menurut Rahmadani, remaja yang tidak memiliki kemampuan sosial maka dirinya belum siap saat terjun ke masyarakat. Sehingga, remaja akan mudah terkontaminasi dengan berbagai dampak negatif seperti pergaulan seks bebas, terjangkit HIV dan AIDS, serta mengarah kepada penggunaan obat-obat terlarang.

Meskipun program pusat informasi konseling kesehatan reproduksi remaja (PIK KRR) telah dijalankan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), namun, program tersebut tidak ada follow up, Sehingga program tersebut belum maksimal. Masalah ini, lanjut Rahmadani, harus menjadi perhatian semua kalangan. Mengingat jika hal ini dibiarkan berlarut maka kondisi remaja sebagai penerus masa depan bangsa akan menjadi masalah besar nasional.

“Sejauh ini pemberian informasi soal organ reproduksi kita lihat masih belum maksimal bagi remaja. Kalau pun ada, masih bersifat sporadis dan tidak berkelanjutan,” ungkapnya.

Rahmadani menambahkan, program yang ada masih sebatas kehendak atau pikiran pembuat program, bukan kehendak remaja.

“Yang pastinya para remaja tidak akan bisa merealisasikan program yang dibuat. Untuk ke depannya pemerintah harusnya membuat program yang sesuai dengan kebutuhan remaja. Bukan kehendak pembuat program. Jadi, remaja diajak untuk memikirkan program yang baik menurut mereka untuk peningkatakan spritual dan emosional,” ucapnya.

Program tersebut, tambahnya, bisa saja dimasukkan dalam program ekstra kurikuler di sekolah.
Kepala Seksi PIK KRR BKKBN Sumut, Dedi Iswandi mengaku, jika program PIK KRR di Sumut baru memiliki 842 lembaga. Dan jumlah ini masih belum mencukupi dibandingkan jumlah kecamatan yang ada di Sumatera Utara.
“Masalah ini memang harus kita perkuat lagi di Sumut. Harapannya agar remaja bisa memahami baik soal kesehatan reproduksi. Ini juga menyangkut soal komunikasi, informasi dan edukasi yang harus lebih gencar lagi,” ungkapnya. (uma)

Kartini Tak Hanya Kebaya

Bagi artis Leony, kebaya tidak selalu identik dengan peringatan Hari Kartini. Memaknai Hari Kartini itu, menurut Leony bukan dengan haya berpakaian ala Kartini tapi dengan meneladani semangat dan kemandiriannya.

Aneh banget kalau memperingati Hari Kartini cuma pakai kebaya, kecuali memang kalau lagi lomba baju kebaya. “Kalau buat anak-anak sekolah nggak masalah pakai kebaya, tapi kalau sudah dewasa aneh aja. Ini kan Hari Kartini, bukan Hari Kebaya Nasional,kata Leony,” kepada Rakyat Merdeka (grup Sumut Pos) saat dihubungi, kemarin (23/4).

Perempuan berusia 23 tahun ini menjelaskan, apa yang dicita-citakan RA Kartini menyangkut emansipasi perempuan harusnya tetap menjadi inspirasi hingga sekarang. Dengan begitu perempuan tetap mempunyai hak yang sama dengan lak-laki di segala bidang.

Semangat RA Kartini harus terus menyala, agar perempuan Indonesia bisa maju, ujarnya.
Lantas seperti apa sosok kartini sekarang? Menurut bekas penyanyi cilik ini, sosok-sosok Kartini saat ini adalah perempuan yang mandiri dan tidak tergantung sama orang lain.

Ya, wanita yang tidak takut untuk mengambil pilihannya sendiri. Mandiri. Tidak tergantung sama orang lain. Yakin akan keputusannya dan berani mengambil sikap, pungkasnya. (bcg/rm/jpnn)

Polisi Merampok Terancam Dipecat

Sudah Dua Kali Melakukan Kejahatan

MEDAN-Kapolresta Medan, Kombes Pol Tagam Sinaga mengatakan, akan mengajukan usulan pemecatan Briptu Surya Dharma secara tidak hormat dari kedinasan.

“Kita sudah melakukan pengusutan dan penyelidikan terhadap yang bersangkutan. Memang perbuatan Briptu Surya Dharma sangat mencoreng citra kepolisian, yang di saat ini berusaha memperbaiki citra. Kita akan menggelar sidang kode etik kepolisian untuk segera diberhentikan tidak dengan hotmat (PTDH),” tegas Tagam Sinaga. Tagam juga akan mengusulkan untuk menggelar persidangan secara terbuka di pengadilan umum.

Dari hasil pemeriksaan, Briptu Surya Dharma sudah dua kali melakukan aksi kejahatan. “Tersangka telah dua kali melakukan aksi kejahatan,” ungkap Kapolsek Percut Sei Tuan, Kompol Maringan Simanjuntak, Sabtu (24/4).
Pertama kali tersangka melakukan aksi kejahatan, yakni aksi pencurian. Briptu Surya kepergok warga mencuri kipas angin seorang warga di kawasan Percut Sei Tuan, Oktober 2010 lalu. Aksinya kepergok penjaga toko yang langsung meneriakinya maling. Briptu Surya pun digebuki warga dan menggelandangnya ke Mapolsekta Percut Sei Tuan. Surya mendapat hukuman 2 bulan penjara di Bid Propam Polresta Medan.

“Dia pernah ditahan juga selama dua bulan dengan kasus yang sama. Tapi kasusnya tahun lalu itu sudah selesai, kedua pihak sudah melakukan perdamaian,” jelas Kasi Propam Polresta Medan, AKP Benno Sidabutar. Sidabutar mengaku, Briptu Surya melakukan hal tersebut karena dililit utang.

Selain itu, Maringan juga mendapat perintah dari Kapolresta Medan, Kombes Pol Tagam Sinaga untuk melakukan tes urine terhadap Briptu Surya Dharma, karena ada dugaan sebagai pengguna narkoba.
“Saya telah mendapat perintah langsung dari Bapak Kapolresta Medan untuk melakukan tes urine terhadap tersangka, ini dilakukan sebagai upaya kita untuk mengetahui apakah ada keterkaitan tersangka sebagai pengguna narkoba atau tidak,” jelas Maringan.

Seperti diketahui, Briptu Surya Dharma dihajar massa hingga babak belur, Jumat (22/4) kemarin. Pasalnya, dengan berdalih melakukan razia kendaraan bermotor, Surya membawa lari dompet serta HP (ponsel) milik Nikmal (19). Merasa dicurangi, Nikmal mengejar sambil berteriak-teriak. Berhasil mendekat, Nikmal menabrakkan sepeda motor jenis Mocin yang dikendarainya ke sepeda motor Honda Kirana yang dinaiki petugas dari Satuan Sabhara Polresta Medan itu.

Setelah keduanya terjatuh, masyarakat di sekitar menghajar polisi nakal itu. Brigadir Surya masih mujur, tidak mengalami nasib seperti Koptu Surya Darma Nasution (29), yang tewas digebuki massa karena mencuri dompet kosong di Kampung Susuk, Padang Bulan, Minggu (10/4) lalu. Nyawa Brigadir Surya terselamatkan saat personel Polsekta Percut Seituan yang baru usai melakukan pengamanan (PAM) di gereja disekitar lokasi, mengamankannya. Nikmal dan Brigadir Surya lalu dibawa ke Mapolsekta Percut Seituan.

Sementara itu, Direktur LBH Medan, Nuriyono meminta Kapolda Sumut menindak tegas personel Polri yang melanggar kode etik kepolisian dan yang tersangkut dalam perkara pidana.

“Pecat saja Briptu Surya Dharma, yang telah melanggar hukum. Seharusnya anggota Samapta Polresta Medan itu melindungi dan mengayomi masyarakat selaku hamba hukum,” tegas nya. (rud/mag-8/ala/smg)