29 C
Medan
Monday, December 29, 2025
Home Blog Page 15284

Penimbunan Distop, Aktivitas Tetap Jalan

MEDAN- Sudah tiga hari truk pengangkut tanah timbun tak masuk ke areal pembangunan komplek ruko yang rencananya akan dijadikan showroom distributor kendaraan bermotor di Jalan SM Raja, Medan Amplas. Namun, aktivitas di dalam lokasi area pembangunan tetap berjalan.

Camat Medan Amplas Edliyati Siregar yang dikonfirmasi wartawan koran ini mengungkapkan, pihaknya tidak melarang aktivitas yang ada di dalam areal pembangunan tersebut.

Namun yang dilarang adalah aktivitas keluar masuknya truk yang mengangkut tanah timbun, karena dapat mengganggu kenyamanan masyarakat.  “Aktivitas masuknya truk tidak diizinkan, tapi aktivitas di dalam areal dipersilahkan saja. Karena dasarnya mereka sudah memulai pembangunan,” ujar Edliati Siregar yang dikonfirmasi melalui ponselnya, Rabu (18/5).

Dikatakan Eldiati, aktivitas keluar masuknya truk tidak dizinkan hingga izinya diurus ke Dinas Bina Marga.
Sementara Kapolsek Patumbak, Kompol S W Siregar menuturkan, pihaknya tetap menjalankan perintah dari Muspika Medan Amplas untuk menutup aktivitas penimbunan sampai pihak pembangunan mengurus izinnya ke dinas terkait.

“Kita tetap menjalankan perintah dari Muspika setempat untuk menutup aktivitas penimbunan,” beber Soni.
Sementara pantauan wartawan koran ini, mobil patroli Polsek Patumbak tetap melakukan penjagaan di sekitar lokasi dengan memarkirkannya di pinggir Jalan SM Raja. Personil yang memakai pakaian sipil terlihat duduk disekitar warung yang berdiri didepan lahan area pemabngunan untuk mengantisipasi akan adanya penimbunan yang dilakukan secara diam-diam. Sedangkan aktivitas didalam araea tetap tidak dilakukan. Kita disini menjaga bukan melakukan pengawasan dari adanya aktivitas penimbunan di area,” ujar petugas patroli yang berjaga.(adl)

Nuklir Tidak Habis Pikir

Setahun Hanya Mati Lampu 3 Menit

SAYA tidak habis pikir: Tetangga terdekat Jepang ini sama sekali tidak terpengaruh oleh heboh pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima. Korea Selatan tetap bersemangat, bukan saja menjalankan PLTN yang sudah ada, melainkan juga terus membangun PLTN baru. Gempa dan tsunami hebat yang menghancurkan PLTN Fukushima pada Maret lalu ternyata sebatas membuat Korsel lebih waspada.

Tidak ada satu pun PLTN di Korsel yang berjumlah 20 unit itu yang dihentikan operasinya. Bahkan, yang sedang dibangun pun tetap dikebut penyelesaiannya. Akhir bulan lalu, setelah memeriksakan liver baru saya di rumah sakit di Tianjin, saya mampir ke Korsel. Jarak ke negara itu, dari Tianjin, hanya satu jam penerbangan. Saya ingin menyaksikan benarkah pemerintah Korsel tidak terpengaruh tekanan antinuklir yang dengan kejadian di Fukushima mendapat momentum yang tepat.

Ternyata benar. Saya dibawa ke pantai tenggara Korsel yang posisinya menghadap ke arah Fukuoka, Jepang. Korsel memiliki 20 PLTN dan semuanya di pantai. Praktis, sepanjang pantai timur dan selatan Korsel padat dengan PLTN.

Di lokasi yang saya tinjau ini, misalnya. Bukan hanya PLTN yang sudah ada sebanyak 4 unit tetap beroperasi, bahkan akan ditambah lagi dua unit baru. Dua unit baru ini saya lihat sedang giat-giatnya diselesaikan. Terlihat begitu banyak pekerja di kedua proyek itu. Korsel yang dikenal disiplin pada jadwal proyek itu memang ingin menyelesaikan dua proyek PLTN itu satu bulan lebih cepat dari jadwal seharusnya: akhir tahun ini juga.

Dua unit yang sedang dalam penyelesaian itu salah satunya dibangun grup Samsung. Rupanya, Samsung pun sudah merambah ke bidang pembangunan PLTN. Ini bukan kunjungan saya yang pertama ke PLTN. Tahun lalu saya ke PLTN Genka di Kyushu, Jepang. Namun, baru kali ini saya melihat proyek PLTN yang sedang dikerjakan. Inilah kesempatan baik bagi saya untuk melihat “jantung?-nya PLTN yang tidak mungkin bisa dilihat lagi setelah proyek itu selesai.

Kebetulan tahap pembangunan PLTN oleh Samsung ini sudah mencapai titik menjelang akhir. Bangunan fisik reaktornya sudah jadi, namun masih bisa dimasuki untuk melihat dalamnya. Bagian-bagian yang berada di bawah air sudah dipasang. Tapi, karena airnya sangat jernih, bagian tersebut masih bisa dilihat samar-samar. Reaktornya sendiri yang kelak diisi uranium itu belum dipasang, tapi sudah siap di sebelah “kolam” itu. Tinggal mengangkat dan memasukkannya ke kolam, disatukan dengan bagian bawahnya yang sudah berada di dalam air.

Peralatan-peralatan lain juga sudah dipasang, tapi masih bisa ditinjau dari jarak dekat: proses steam, turbin, generator, dan ruang kontrol. Berada di dalam kubah besar bangunan PLTN yang sudah jadi, kita bisa melihat tebal dan berlapis-lapisnya material yang sangat khusus untuk dinding kubah itu. Kita juga bisa melihat sistem pendingin yang berlapis-lapis yang sudah tidak akan seperti Fukushima yang memang masih menggunakan teknologi 40 tahun lalu itu.

Ketergantungan Korsel akan PLTN memang tidak bisa dihindari lagi. Sudah terlalu besar peran PLTN untuk pasokan listrik di Korsel: sudah 30%. (30 persennya lagi PLTU batubara dan sisanya PLTG). Kalau PLTN di Korsel dihentikan, ekonomi negara gingseng yang lagi ingin mengalahkan Jepang itu bisa langsung ambruk.

Apalagi Korsel telanjur mengandalkan PLTN bukan hanya untuk kecukupan pasokannya, tapi juga untuk menjaga keandalan listriknya, efisiensinya, dan murahnya harga listrik.

Soal murah ini saya hampir-hampir tidak percaya. Sebab, ketika di Jepang tahun lalu saya mendapat keterangan harga listrik dari PLTN masih USD 17 cent/kWh. Rasanya saya tidak salah mendengar saat itu. Rasanya saya juga sudah mengulangi beberapa kali pertanyaan saya itu dan jawabnya sama: USD 17 cent/kWh. (Baru setelah di PLN saya tahu bahwa dalam menulis kWh, huruf W-nya harus besar karena berasal dari nama orang yang menemukan listrik, James Watt).

Tapi, di Korsel ini saya mendapat penjelasan yang sangat mengejutkan. Harga listrik dari PLTN hanya USD 3,9 cent/kWh. Untuk rupiah sekarang, ini hanya sekitar Rp 350/kWh. Bandingkan dengan harga listrik dari PLTU batubara yang kini sudah mencapai Rp 600/kWh. Atau bandingkan dengan harga listrik yang diproduksi dengan minyak solar di Tambak Lorok (Semarang) atau di Muara Tawar, Tanjung Priok dan Muara Karang (semuanya di sekitar Jakarta) yang saat ini mencapai Rp 3.000/kWh. Praktis, 10 kali lipat lebih mahal daripada listrik nuklir Korsel. Apalagi, kalau dibandingkan dengan produksi listrik di pulau-pulau luar Jawa yang mencapai Rp 3.500/kWh.

Saya sungguh mengira salah dengar. Lebih lima kali saya mengulangi pertanyaan saya itu. Khawatir masih salah dengar, saya minta dituliskan di atas kertas. Mula-mula saya yang menuliskannya. Dia pun membenarkan. Lalu saya minta dia sendiri yang menulis. Ternyata sama: USD 3,9 cent/kWh.

Saya masih takut teperdaya. Ketika mengunjungi PLTA (pembangkit listrik tenaga air) pumped storage di Yang Yang, tiga jam naik mobil dari Seoul, saya bertanya ke pejabat tinggi Kepco (PLN-nya Korsel). Ini berarti saya bertanya ke pihak pembeli. Saya ingin membandingkan keterangan pihak PLTN (penjual listrik) dengan keterangan Kepco sebagai pihak pembeli (untuk disalurkan ke masyarakat).

Pertanyaan saya: berapakah Kepco membeli listrik dari pembangkit-pembangkit nuklir? Jawabnya: USD 3,9 cent/kWh.

Bahkan, pejabat tinggi “PLN Korsel” itu menuliskan daftar harga listrik yang dia beli dari berbagai jenis pembangkit. Nuklir 3,9 cent, PLTU batubara: 6,0 cent, PLTA: 13,8 cent, PLTA pumped storage: 20,1 cent.

PLTA pumped storage menjadi paling mahal karena sifatnya yang khusus. Inilah pembangkit listrik yang menggunakan air, tapi hanya dijalankan lima jam sehari, yang disebut waktu beban puncak. Kalau di Indonesia, beban puncak itu terjadi antara pukul 6 sore sampai 10 malam, ketika semua orang menyalakan listrik di rumah masing-masing.

Pada jam-jam seperti itu semua air di waduk yang di atas sana ditumpahkan ke turbin untuk menghasilkan listrik. Setelah pukul 10 malam, ketika rumah-rumah mulai mematikan listrik, operasi dihentikan. Air yang sudah diterjunkan ke waduk bawah tadi dipompa lagi ke atas dimasukkan ke waduk atas. Begitulah terus-menerus sepanjang hari. Airnya diputar dengan cara yang amat mahal.

Untuk kali pertama PLN akan membangun proyek seperti ini di Cisokan, dekat Bandung. Setelah diadakan penelitian, untuk seluruh Jawa hanya satu tempat ini yang bisa dipakai untuk pembangkit listrik sistem khusus ini.

Setelah mendapat keyakinan harga tadi, barulah saya mengerti mengapa industri di Korsel bisa mendapat harga listrik lebih murah dari Indonesia. Padahal, di Tiongkok saja, yang harga-harga barangnya lebih murah, listrik untuk industrinya lebih mahal dari Indonesia.

Dari sini juga saya tahu bahwa mati lampu di Korsel menjadi yang terbaik di dunia. Setahun hanya mati lampu 3 menit. Salah satunya karena pasokan listriknya sangat andal. (Indonesia: 2009 mati lampu 150 kali; 2010 turun jadi 50 kali; 2011 ini ditargetkan hanya 9 kali rata-rata per pelanggan per tahun).

Dari sini pula saya bisa maklum mengapa pemerintah Uni Emirat Arab tidak membatalkan proyek nuklirnya. Samsung juga yang akan mengerjakan empat unit PLTN di Uni Emirat Arab, masing-masing 1.400 MW itu. “Kami terus bekerja di sana,” ujar pejabat tinggi Samsung yang menemani saya.

Tapi, tidakkah rakyat Korsel takut akan terjadi seperti di Fukushima? Itu yang membuat saya bertanya-tanya. Kalaupun pemerintahnya tidak terpengaruh, apakah rakyatnya juga tidak takut” Saya pun mencari kesempatan untuk menanyakan hal itu kepada orang biasa di keramaian Kota Seoul. Ada yang pekerjaannya sopir, ada juga yang pegawai kantor swasta.

Pertanyaan yang saya ajukan sama: apakah tidak takut dengan listrik nuklir? Jawabnya mirip-mirip: ada juga ketakutan itu, tapi tidak seberapa besar. Lalu saya bertanya lagi: seandainya rasa takut itu dibuat skala antara 1 (tidak takut sama sekali) sampai 100 (sangat takut), di skala berapakah ketakutan Anda itu? Jawab mereka juga miri-mirip: di antara skala 15 sampai 20. Wallahualam.

Siswa Dharmawangsa Terperosok di Bawah Truk

LABUHAN- Seorang siswa SMA Kelas II di Yayasan Perguruan Dharmawangsa, M  Surya (17) terperosok ke bawah truk, Rabu (18/5). Akibatnya, pengendara Yamaha Mio BK 4234 AJ kritis.

Peristiwa itu terjadi saat Surya baru pulang sekolah. Tepat di Jalan KL Yos Sudarso KM 10,5, Kelurahan Kota Bangun,  Medan Deli.

Ketika itu, warga Jalan Tangguk Damai, Komplek Griya Martubung, Blok XI  Kelurahan Besar, Medan Labuhan hendak memotong mobil, tapi tiba-tiba truk nomor polisi BK 9615 LB datang dari arah berlawanan. Surya terkejut, dan terjatuh hingga terseret masuk ke bawah kolong truk. Seorang saksi mata, Heni (32) menceritakan pengendara Yamaha Mio itu sangat kencang dan ingin memotong mobil,  namun sampai di tengah mobil ada truk dari arah berlawanan, akibatnya terjadi tabrakan. (mag-11)

Berkah Seni Tradisi

Drs H Fahmi Ahmad

Pengalaman berkeliling dunia menjadi motivasi bagi Drs Fadlin MA (50) untuk bergelut di dunia kesenian khususnya seni tradisional. Meskipun kerap disambut sepi, pemikirannya pun siap disumbangkan untuk kemajuan daerah kelahiran.

BEGITULAH, di usia yang setengah abad masih terpancar semangat berkesenian yang tak pernah padam. Seperti saat ditemui Sumut Pos di Kantor Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Rabu (18/5). Dengan menggebu, pengalaman selama tampil di luar negeri diceritakan sebagai buah dari eksistensi di dunia kesenian tradisi yang dilakoninya hingga saat ini.

“Sejak 1983 saya bersama teman-teman di Lembaga Kesenian (LK) USU berangkat ke Australia dengan konsep yang didominasi kesenian tradisional Melayu. Seperti Teater Makyong, Serampang Dua Belas, dan beberapa kesenian etnis lainnya. Artinya saya itu ke luar negeri dari seni tradisional ini,” ucap Fadlin.

Tak lama setelah itu, pada 1985 kegiatan di seni tradisional kembali membawa suami Nazliana ini ke Eropa. Perjalanan yang dimulai di Inggris dan berakhir di Jerman Barat itu pun dikabarkan mendapat antusias yang tinggi di tiap negara yang disinggahi. Sementara untuk negara-negara Asia, sudah tidak terhitung lagi perjalanan yang digelar seperti Malaysia, Thailand, China, dan lain sebagainya.

Tidak cukup hanya menjadi pengisi kegiatan, Fadlin pun menggagas kegiatan budaya yang diberi nama Pesta Gendang Nusantara di Malaka-Malaysia 1995 silam. Kegiatan yang tiga tahun kemudian mendapat perhatian dari dunia internasional ini pun menjadi agenda peringatan HUT Malaka. Begitu juga dengan Pesta Pantun Nusantara yang digagas 2010 lalu.

“Pihak kerajaan sangat mendukung kegiatan kebudayaan seperti itu. Pesta Gendang Nusantara itu bahkan bertambah dengan jemputan antar bangsa dimana China menjadi undangan pertama 1998 silam. Kegiatan ini sudah kali XIV dilaksanakan. Pesta Pantun Nusantara yang dibuat di atas kapal juga menyedot perhatian dunia. Ini membuktikan bagaimana budaya tradisional yang dikemas dengan baik dapat mendatangkan pemasukan dari bidang pariwisata,” beber penerima Anugerah Pewaris Aktivis Seni Budaya Melayu Serumpun dari Perdana Menteri Malaysia kala dijabat Ahmad Badawi 2007 lalu.

Bagi Fadlin keberagaman yang ada di Sumut merupakan potensi yang besar untuk dunia pariwisata. Apalagi sebagai ibu kota, Medan memiliki ruang yang cukup untuk melaksanakannya. Dirinya mengaku prihatin Pekan Budaya Melayu yang tak lagi pernah digelar. “Padahal setiap kita ke luar negeri, banyak yang bertanya kapan Kota Medan jadi tuan rumah,” ketusnya.

Keterlibatan Fadlin dengan kesenian justru terjadi saat menjadi mahasiswa di Jurusan Etnomusikologi USU. Dimulai dari musik, ayah dari Bagaz Albar, Chairanda Savero, dan Nasywa Kamila ini memilih gendang dengan bimbingan Tengku Danil yang merupakan putra dari Tengku Perdana. “Sebagai keturunan Melayu sebenarnya saya sudah kenal dengan budaya tapi cuek. Sejak di Etnomusikologi saya mulai serius,” kenangnya.

Tidak hanya kesenian Melayu, kekayaan budaya di masing-masing etnis yang ada di Sumut pun menggelitiknya untuk mempelajari. Ditambah lagi keterlibatan di LK USU menuntut penguasaan tidak hanya dalam bermusik juga bernyanyi dan menari. Dirinya bahkan menjadi salah satu andalan untuk vokal tradisional bersama Basir Tarigan. Fadlin juga menguasai unsur-unsur pada tari daerah Dairi, Taktak Garo-garo yang semakin langka ini.

Ketika dipercaya memimpin LK USU Fadlin pun menawarkan konsep marger sehingga memberi kesempatan yang luas bagi aktivis seni tradisional di dalamnya. Perjuangan dalam pelestarian budaya tradisional tadi membawa jebolan University of Malaysia ini bergabung dengan Alm Tengku Lukman Sinar sebelum mendirikan sanggar Anugerah Seni Medan. Dirinya juga pernah dipercaya menjadi Ketua Seni dan Budaya MABMI periode 2000-2003. (jul)

Terjun di Dunia Seni Harus Kuat Keuangan

Eksistensi dalam berkesenian tradisional diikuti pula dengan sudut pandang yang realistis. Beberapa usaha dibuka untuk menunjang aktivitasnya mengembangkan seni tradisi Sumatera Utara.

“Berkesenian itu untuk dinikmati jadi harus juga kuat di keuangan,” ucap pria yang murah tersenyum ini.
Untuk itu di sela-sela kesibukannya, Fadlin bersama sang istri Nazliana membuka usaha kuliner di kediamannya seputar Jalan Kapten Muchtar Basri No110 Glugur Darat-Medan sejak 1997 silam. Tanpa ada pengetahuan tentang usaha dan keahlian tentang membuat kue, keduanya mencari referensi dari buku dan media cetak bagaimana cara membuat kue yang baik dan benar. Akhirnya kami sepakat dengan membuat donat. Modal awal, keahlian, pengetahuan, peralatan semua serba apa adanya.

Dari proses pencaharian yang tak pernah lelah, usaha itu berhasil menemukan kekhasannya. Sebagai produsen oleh-oleh khas Kota Medan “Nazwa” memiliki ‘bolu pisang’ sebagai andalan di samping seratusan jenis kue lainnya. yang dapat dinikmati mulai Rp50.000 hingga Rp150.000 untuk lapis legit spesial. Ada juga aneka bubur yang pantas untuk dicicipi. Setelah sukses di usaha pembuatan roti, Fadlin mengembangkan usaha itu dengan membuka cafe dan usaha katering.

Perkembangan di dicapai juga turut dirasakan masyarakat. Saat ini Nazwa Aneka Kue memiliki team kerja 26 orang untuk produksi kue dan masak. Team ini terdiri dari sebagian anggota keluarga dan anak anak daerah yang dibimbing mulai dari dasar.

“Usaha kuliner sangat menjanjikan untuk berkembang. Yang penting kita bisa menampilkan sesuatu yang beda dari kebanyakan. Kalau punya cita rasa tersendiri pasti dikejar orang,” bebernya. (jul)

Polsek Medan Area Aktifkan Razia Siang Hari

MEDAN- Maraknya aksi pencurian kenderaan bermotor, perederan narkoba, senjata api dan senjata tajam, Polsekta Medan Area menggelar razia di Jalan Sampali simpang Jalan Gabus, Rabu (18/5) siang 13.30 WIB.
Dalam razia tersebut, 6 unit sepeda motor terjaring tanpa dilengkapi dokumen yang lengkap. Frengki Tampubolon (26) seorang warga yang sepeda motornya terjaring saat razia mengaku, dirinya tak mengetahui kalau di Jalan Sampali simpang Jalan Gabus sedang ada razia petugas.

Wakapolsekta Medan Area, AKP Iskandar, mengatakan, razia ini digelar untuk mempersempit ruang gerak pelaku tindak kriminal. “Razia tak bisa ditentukan dan razia ini rutin dilaksanakan agar wilayah di Polsekta Medan Area kondusif,” ungkapnya. (jon)

Polisi Stop Pengendara di Jalur Tol

082167663xxx

Pak Kapolresta Medan yang terhormat apa boleh anggota Satlantas menyetopi mobil di jalan tol, karena kalau kita melaju kencang tiba-tiba diberhentikan apa tidak berbahaya?

Polisi Berhak Berhentikan Pengendara

Terimakasih pertanyaannya, sesuai prosedural di kepolisian, polisi berhak memberhentikan pengendara di mana pun berada. Termasuk di jalur tol. Namun, pemberhentian kendaraan itu ada dua kemungkinan, pertama adanya pelanggaran lalulintas dan adanya kecurigaan polisi mengenai tindak pidana.

Tapi, kami jelaskan untuk memberhentikan pengendara tetap dilakukan dengan santun dan sopan serta tak membahayakan pengendara. Seperti memberikan imbauan peringatan lewat pengeras suara, selanjutnya diberikan tanda-tanda berhenti. Proses itulah yang dilakukan, karena bagaimana pun keselamatan pengendara yang diberhentikan maupun pengendara lain tetap diperhatikan.

AKBP Raden Heru Prakoso
Kabid Humas Poldasu

Harus Ikuti Prosedural

Prosedural penangkapan tetap harus melalui aturan yang berlaku dan dengan cara sopan dan santun. Bila diketahui cara penyetopannya tak sesuai aturan atau dengan cara yang kasar serta membahayakan pengendara, sebaiknya buat laporan saja untuk ditengahi dalam prosedural hukum.

Selanjutnya, bagi kepolisian sebaiknya memberikan pembinaan yang lebih intens, hal tersebut sebagai bagian agar  tak terjadi arogansi  anggota kepolisian di lapangan. Dengan cara pembinaan inilah yang bisa menjadikan polisi pada posisi pelayan masyarakat yang baik. Kemudian,  polisi juga harus membuka layanan yang mudah bagi masyarakat untuk mengadukan tindakan oknum kepolisian.

Muslim Muis
Wakil Direktur LBH Medan

2010 Ditetapkan Sebagai Sekolah Standar Nasional

SMP Negeri 23 Medan

SMP Negeri 23 Medan baru saja mendapatkan predikat sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN). Berkaitan dengan itu, sekolah yang beralamat di Jalan Raya Medan Tenggara Ujung ini terus berbenah.

Kepala SMP Negeri 23 Medan, Nilam Cahaya Hasibuan MPd mengatakan predikat SSN diperoleh dari Kementerian Pendidikan RI, sekitar tahun 2010 lalu.

Ini merupakan prestasi yang harus dipertahankan dan bahkan menjadi target lagi untuk lebih meningkatkan mutu anak didik pada tahun berikutnya.

“Sejauh ini setidaknya baru tiga sekolah lanjutan tingkat pertama di Medan yang mencapai predikat SSN. Meskipun kita tidak pernah menyangka akan mendapatkan predikat ini, namun ini menjadi motivasi bagi para staf pendidik untuk meningkatkan ke arah yang lebih baik mungkin saja beberapa tahun ke depan kita bias meraih predikat sebagai sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI),”ungkapnya.

Sementara itu untuk memenuhi hal tersebut, lanjut Nilam bukanlah hal yang mudah, selain harus memenuhi delapan kriteria sebagai sarat SSN, seperti kurikulum, proses pembelajaran, pendidikan dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, penilaian serta yang terakhir adalah kultur sekolah. Untuk mendapatkan predikat (RSBI), Nilam mengaku, setiap sekolah juga harus memiliki staf pengajar yang mampu menguasai bahasa asing.

“Yang mana setiap guru harus mempunyai nilai TOEFL kurang lebih 600. Selain itu, 30 persen dari pendidik di sekolah menengah harus S2 atau S3 sesuai dengan pendidikan yang diajarkan,” ujarnya.
Alasan itulah yang menjadikan  SMPN 23 Medan ini untuk terus membenahi para staf pengajarnya.
Yakni dengan memberikan program pelatihan komputer dan Bahasa Inggris kepada setiap guru, serta mengikuti berbagai workshop maupun seminar tentang pendidikan.

Tak hanya memasang target, SMPN 23 perlahan membenahi sarana dan prasarana sekolah dengan membangun laboratoriunm komputer dan laboratorium IPA. SMPN 23 juga tengah mempersiapakan kelas efektif yakni diisi maksimal 32 murid dan seorang guru dalam mata pelajaran di setiap kelasnya.
“Sejauh ini kita memiliki sebuah kelas yang hanya diisi 20 siswa untuk melihat sejauh mana efektifitas proses belajar mengajar yang diterapkan dengan memaksimalkan jumlah peerta didik di tiap kelas. Sehingga pembenahan akan terus kita lakukan,” ungkapnya.(uma)

Bangun Laboratorium Bahasa Secara Swadana

MEDAN- SMA Negeri 3 Medan merenovasi sekaligus membangun laboratorium bahasa berskala internasional di sekolahnya Jalan Budi Kemasyarakatan 3 Pulau Brayan, Senin (16/5).

Hal itu ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Ketua Komite SMA Negeri 3 Medan, Abdul Hakim Siagian, Kepala SMA 3 Drs Sahlan Daulay MPd disaksikan guru dan pegawai. Peletakan batu pertama ini berlangsung secara sederhana dipandu Wakasek Humas Drs  Muh Rais MPd MSi.

Drs Sahlan Daulay MPd menyampaikan, pembangunan laboratorium bahasa ini sebagai konsekuwensi terpilihnya SMA Negeri 3 Medan sebagai penerima bantuan peralatan laboratorium dari Depdiknas senilai Rp1,7 miliar.
Bantuan tersebut hanya akan dapat diperoleh apabila SMA 3 Medan memiliki bangunan laboratorium yang refresentatif. Oleh karena itu, laboratorium dibangun dengan dana swadaya. Pembangunan laboratorium  ini diperkirakan menelan dana Rp700 juta. Pembanguan laboratorium bahasa ini juga seiring dengan penetapan SMA Negeri 3 Medan sebagai sekolah Pusat Sumber Belajar (PSB) oleh Direktorat Jendral Pendidikan Menengah Kemendiknas.

Abdul Hakim Siagian SH MHum Ketua Komite SMA Negeri 3 Medan menekankan, komite sekolah pada prinsipnya akan selalu berusaha mendukung apapun yang dibutuhkan sekolah , sepanjang kebutuhan tersebut adalah untuk  memajukan kualitas pendidikan.

Salah seorang guru yang juga alumni SMA Negeri 3 Medan Drs Emir Harahap MM mengatakan, apa yang dilakukan sekolah dan komite beserta alumni untuk meningkatkan mutu pendidikan di SMA 3 merupakan terobosan yang patut didukung. Dia juga mengatakan dalam membangun pendidikan, merupakan tanggungjawab bersama, termasuk masyarakat.

Panitia juga mengharapkan partispasi masyarakat lewat rekening 100.02.04.036344-0 Bank Sumut Cabang Utama, atas nama SKM-SMA Negeri 3 Medan.(dra)

Warga Rebutan Solar PLN

Pencuri Bocorkan Pipa PT Pertamina

Pipa minyak milik PT Pertamina di Jalan Titi Pahlawan, Kebon Rambong, Kelurahan Paya Pasir, Medan Marelan kembali bocor. Hal itu diduga akibat adanya aksi pencurian minyak.

Saluran pipa minyak PT Pertamina untuk PT PLN di Kelurahan Paya Pasir itu diketahui sudah bocor, Rabu (18/5) pagi. Hal itu diketahui sesaat setelah warga sekitar diketahui berebut untuk mengambil minyak sekitar ribuan liter minyak solar tumpah bercampur dengan air di satu lubang.

Berdasarkan informasi yang dihimpun wartawan koran ini, bocornya pipa saluran minyak jenis solar milik PT Pertamina itu mulanya diketahui warga saat mencium aroma solar.  Warga mencari sumber aroma tersebut, ternyata sumbernya itu ada di sebuah gudang yang bermoduskan tempat jual beli barang bekas milik Acek warga Jalan Marelan Raya Pasar IV. Di tempat itu  terdapat genangan minyak jenis solar yang ada di beberapa lubang.
Mengetahui itu, warga langsung berduyun-duyun datang membawa ember untuk menciduk minyak tersebut. Seorang warga, Khairul (30) mengaku telah melaporkan kejadian tersebut kepada pihak PT PLN . “Saat saya keluar rumah, warga di sini sudah ramai mengambil minyak. Saya yang beritahukan pihak PLN,” akuinya.

Setelah menerima laporan tersebut, pihak PLN dan polisi masuk ke dalam gudang tempat penyimpanan barang-barang bekas tersebut. Selanjutnya, polisi langsung memasang police line.

Di gudang itu, polisi menemukan ada sambungan pipa yang diduga dibuat pelaku untuk mencuri minyak tersebut. Selain itu, beberapa lubang untuk menyimpan minyak yang dicuri dari saluran pipa pertamina tersebut dan ada sumur yang digenangi minyak, sedangkan di atasnya ditutupi barang bekas berupa botol-botol minuman, kardus, jerigen dan drum .

Polisi langsung melakukan olah tempat kejadian perkara dan membawa barang bukti berupa selang sepanjang 15 meter, dua unit mesin pompa air, peralatan tukang seperti kunci dan juga 3 drum berisi minyak solar. Selain itu, ada satu mobil pick up dengan nomor polisi BK 8211 LL yang diduga sebagai alat pengakut minyak yang sudah dicuri pelaku juga dijadikan barang bukti.

Pemilik rumah, Semangat Bangun (38) terkejut atas kejadian tersebut. Sebab, selama ini tidak diketahuinya. “Saya tidak tahu soal karena saya jarang berada di rumah, setahu saya tempat itu gudang penyimpanan barang bekas,” katanya.

Lebih lanjut, dia menyebutkan pemilik gudang tersebut bernama Acek warga Jalan Marelan Raya pasar IV. Pemiliknya setiap hari datang ke gudangnya untuk mengecek penjualan botot.

Sementara itu, Assistent Manager PLN, MT Nainggolan mengatakan pihaknya menyerahkan seluruh masalah ini kepada pihak kepolisian agar dapat mengungkap pelakunya.

“Hal tersebut merupakan perbuatan oknum yang tak bertanggungjawab, sudah jelas ini pencurian dengan cara membocorkan pipa saluran minyak,” ujarnya.

Kapolsek Medan Labuhan, Kompol Sugeng Riyadi membenarkan adanya penemuan tersebut. Hingga petang kemarin, sudah ada tiga orang yang dimintai keterangannya. “Kami masih kembangkan penyelidikan, nanti saya kasi kabar terbaru lagi ya,” ucapnya.  Dia juga berjanji memanggil pemilik gudang tersebut untuk dimintai keterangannya. (mag-11)

Rubuhkan Pagar di Tanah Garapan

LABUHAN- Puluhan warga Labuhan Deli mendatangi kantor camatnya menuntut pembongkaran pagar di atas tanah garapan warga seluas 74 hektare di Pasar III/IV, Desa Helvetia, Labuhan Deli.

Kehadiran warga ke Kantor Camat Labuhan Deli, Rabu (18/5) untuk menyampaikan tuntutannya agar Camat Labuhan Deli menerapkan Perda No 4/2006 tentang retribusi Surat Izin Mendirikan Bangunan (SIMB).

Dalam orasinya, seorang warga, Syaifal (41) mengatakan puluhan warga ini sangat kecewa kepada Camat Labuhan Deli yang tak mengeluarkan tindakan teguran atapun pemberhentian pemagaran yang dilakukan pihak Satpol PP Deli Serdang di atas lahan yang dihuni warga pada 19 April 2011 lalu.

Camat Labuhan Deli, Maswardy mengatakan pemagaran dan eksekusi tersebut bukan wewenangnya. Pasalnya, apa yang terjadi saat ini merupakan hasil keputusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam. (mag-11)