25 C
Medan
Sunday, December 28, 2025
Home Blog Page 15496

Tertibkan Peredaran Narkoba

085297101xxx
Pak Kapolda, peredaran narkoba di Jalan Asam Kumbang Gang Buntu Sunggal sangat merajalela. Kami mohon tindakannya pak, karena sangat meresahkan warga.

Kami Tindak

Terimakasih, kami akan tindak lanjuti narkoba ini. Sudah banyak orang  jatuh korban akibat narkoba, sekarang ini negara kita tidak ada yang menjajah, tapi pemudanya dirusak karena narkoba. Oleh karena itu, lambat atau cepat negara kita akan hancur karena generasi penerus bangsa akibat kena narkoba.
Untuk itu, polri berharap kepada masyarakat, khususnya tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda dan kepada kita semua tetap bertanggungjawab terhadap peredaran narkoba ini.

Kombes Pol Heri Subiansaori
Kabid Humas Poldasu

Ribuan Honorer Lagi Bakal Dirumahkan

Buntut Kisruh Sat Pol PP

BINJAI-Ribuan honorer di Kota Binjai tampaknya bakal bernasib sama seperti 310 honorer Sat Pol PP. Pasalnya, Wali Kota Binjai, HM Idaham, mengaku sedang mempelajari sistem pengangkatan tenaga honorer di Kota Binjai. Jika melanggar aturan, maka ribuan honorer tersebut akan segera dirumahkan. Hal itu dikatakan Idaham saat menghadiri acara Mualid Nabi Muhammad yang ke 1432 H di RSU dr Djoelham Binjai, Senin (14/3). “Jika ada kekeliruan dalam pengangkatan tenaga honorer di Kota Binjai, maka akan ada lagi honorer yang dirumahkan. Untuk sementara ini, masih kita pelajari,” tegas Idaham.

Lebih jauh dikatakan Idaham, dirumahkannya 310 honorer Pol PP sudah sesuai dengan kententuan aturan yang ada. Sehingga, mereka tidak dapat lagi mengganggugugat kemanapun. “Kenapa kita rumahkan 310 honorer Pol PP itu. Sebab, pengangkatan mereka seperti sistem kontrak dan setatusnya harian lepas, yang masa baktinya sudah habis sejak 31 Desember 2010 lalu,” terang Idaham.

Meskipun begitu kata Idaham, gaji honorer Sat Pol PP yang belum dicairkan selama tiga bulan itu, sampai saat ini masih dibahas oleh intansi terkait lainnya. “Kita belum tahu, apakah gaji mereka itu bisa diberikan atau tidak, itulah yang kita bicarakan saat ini,” ungkapnya. Idaham juga dengan tegas mengatakan, bahwa SK pengangkatan honorer Sat Pol PP yang lalu tidak sesuai dengan aturan. “Kalau aturan pengangkatan mereka tidak salah, tetap kita pertahankan dan akan kita tingkatkan. Tetapi, karena sudah menyalah sejak awal, untuk apa kita pertahankan yang salah,” tegas Idaham.

Selain itu, dirumahkannya 310 honorer Sat Pol PP dan masih dipelajarinya status honorer lainnya, juga mengingat besarnya anggaran untuk honorer di Kota Binjai yang dikeluarkan setiap tahun. “Apakah kita tidak sayang membuang anggaran sebesar Rp8 miliar setiap tahunnya. Apakah kita tidak kasihan melihat masyarakat Kota Binjai yang saat ini masih membutuhkan bantuan,” katanya.

Disinggung usulan yang diberikan DPRD Binjai dari Komisi A, yang meminta agar Pemko Binjai melebur honorer Sat Pol PP ke intansi lain agar dapat menerima gaji dan bekerja kembali? Idaham langsung mengatakan tidak bisa. “Sesaui dengan PP 48 tahun 2005, yang mengatakan, bahwa tidak dibenarkan lagi pengangkatan tenaga honorer. Dari mana kita menggaji mereka, dan kalau tetap kita gaji dari APBD, bisa-bisa kita yang terseret,” ucap Idaham.
Untuk masalah pengerusakan yang dilakukan honorer Sat Pol PP terhadap Balai Kota dan kantornya sendiri, Idaham langsung menyerahkannya kepada pihak yang berwajib. (dan)

Soal Nurlia, Pelapor yang Jadi Tersangka, Sudah Diserahkan Kepada Kejaksaan

Pada 10 Juli 2010 lalu, bocah sembilan tahun M Alfariji bermain ketapel burung bersama teman-temannya di kawasan Dusun IV Desa Percut Seituan Kecamatan Percut Seituan Kabupaten Deli Serdang. Lagi asyik-asyiknya bermain, batu ketapel salah seorang dari mereka mengenai seng rumah Jumian. Sadar dengan itu, mereka pun langsung kabur.

Tak pelak, Jumian langsung mengejar mereka. Sial bagi Alfariji, bajunya tersangkut di sebuah sepeda motor milik tetangganya. Tanpa banyak kata, Jumian yang sehari-hari sebagai bilal dan pegawai Rumah Sakit Haji Medan itu dengan garangnya langsung menampar keras hingga kuping Alfariji berdarah.

Singkat cerita, mengetahui hal itu sang ibu Nurlia (33) langsung mendatangi Jumain dan menanyakan kenapa anaknya dipukul. Bukannya minta maaf dan mengobati anaknya, Jumian justru menyerang Nurlia dengan membabi buta. Beruntung hal itu dapat dilerai warga.

Karena waktu persoalan menemui jalan buntu atas tindak kekerasan terhadap anak dan dirinya, maka dirinya melaporkan kasus pemukulan ke Mapolsek Percut Seituan pada 12 Juli 2010.Berselang satu bulan kemudian pada 3 Agustus 2010, Nurlia menerima surat panggilan dari Polsek Percut Seituan. Pada awalnya dirinya senang, mendapatkan surat panggilan sebagai saksi atas pemukulan anaknya, tapi kejadiannya dia malah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus penganiayaan terhadap Jumain Dahlan dan Masripa oleh Percut Seituan yang saat itu kapolseknya AKP Josua Tampubolon. Memang dia tidak ditahan namun ia harus menjalani wajib lapor. Di saat wajib lapor, malahan penyidik AIPTU AH Batubara selalu memberikan ancaman dan intimidasi kepada Nurliah.

Terkait dengan itu, Senin (14/3) kemarin sekitar pukul 13.00 WIB di Mapolsek Percut Seituan, Maringan Simanjuntak menyampaikan, kedua pihak yang berperkara akan diserahkan sepenuhnya kepada pihak Kejaksaan. Sebab, kasus yang terjadi pada Juli 2010 lalu telah masuk ke tahap P21. “Sehingga, setelah diperintahkan oleh Kapolresta untuk segera menyelesaikannya, semua berkas perkara sudah kita serahkan kepada pihak kejaksaan,” ujarnya.

Dijelaskannya, kasus ini muncul ke permukaan setelah adanya upaya dari pihak Polresta Medan menggelar sidang perkara. Padahal, sebagai pimpinan di Polsek Percut Seituan, dirinya mengakui belum mengetahui perkara yang ditangani anak buahnya. “Persoalan ini terjadi sebelum saya menjabat menjadi Kapolsek Percut. Akan tetapi, sesuai dengan instruksi Polresta, jika memang ada tindakan pelanggaran yang dilakukan anak buah saya, saya pun akan menindaknya, tidak ada yang saya tutupi,” tegasnya.  Lebih lanjut dikatakannya, sebagai Kapolsek dirinya juga telah memanggil kedua pihak yang berseteru untuk menjelaskan duduk persoalan yang terjadi di Juli 2010 lalu. Akan tetapi, dalam pengakuan yang diterimanya dari kedua pelaku tidak sesuai dengan keterangan yang disampaikan saat membuat pengaduan di Polsek Percut Sei Tuan pada Juli 2010 lalu.

“Anehnya, kedua pelaku tidak mengakui melakukan pemukulan. Padahal berkas kedua pelaku sama-sama mengadu ada tindakan penganiayaan. Sehingga, semuanya ini lebih baik diserahkan ke pihak kejaksaan untuk memprosesnya,” katanya.

Selain mendapat respon dari Polsek Seituan, Nurliah juga melaporkan kasus penganiayaan yang dilakukan oleh Jumain terhadap anaknya dan dirinya ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah-Sumatera Utara (KPAID-SU).
Kepada wartawan koran ini dia mengatakan, dengan adanya pengaduan ini nantinya melalui KPAID bisa mendesak Kepolisian Medan maupun Sumatera Utara untuk lebih peduli dengan kasus yang dianggap cacat hukum ini. “Kita harap semoga KPAID bisa bekerja profesional dan bisa mendesak polisi untuk perhatian terhadap kasus ini, jangan mentang-mentang kami orang susah bisa ditindas begitu saja,”ujarnya.

Sementara itu Anggota Kelompok Kerja (Pokja) Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah-Sumatera Utara (KPAID-SU), Zahrin Pilliang kepada wartawan koran ini usai mengatakan sangat terkejut akan adanya kasus yang lagi-lagi membuat hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap Polisi.”Kita harap nantinya ini bisa diselesaikan,” katanya. (mag-8)

Ke KPAID Lagi

NurLia kembali mendatangi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Sumut, Senin (14/3). Didampingi kuasa hukumnya, Nasbi SH, Nurlia menutut kembali ketegasan KPAID mengenai penganiyaan terhadap anaknya, M Alfariji.

Kedatangan Nurlia diterima langsung oleh Zahrin Piliang Ketua KPAID Sumut. “Kedatangan kami ke sini untuk kembali meminta kepada KPAID Sumut untuk kembali membantu proses kasus ini serta menyurati kembali Kapolsek Percut Seituan untuk menangkap Jumian yang menganiaya anak saya,” katanya. Sebelumnya, Nurlia sudah mendatangi KPAID, tepatnya pada Rabu (18/8) silam. Seperti kemarin, Nurlia juga meminta KPAID Sumut untuk turun dalam kasus kekerasan terhadap anaknya yang masih berumur sembilan tahun itu. Namun, hal itu ternyata tak direspon oleh pihak KPAID Sumut.”Kami meminta kedua kalinya kepada KPAID untuk serius dan merespon kasus yang dialami oleh anak saya,” katanya lagi.

Sementara itu kuasa hukum korban Nasbi SH mengatakan tidak puas dengan gelar perkara yang dilaksanakan pada Sabtu (12/3) lalu. “setelah kita menggelar gelar perkara bersama Kapolresta Medan saya tidak sepenuhnya puas. Selanjutnya kami akan tetap menyurati Kapolda Sumut yang baru dan tembusan ke Kapolri mengenai masalah ini,” tegasnya.

Selain itu, Nasbi juga mengatakan Pengadilan Tinggi Labuhan Deli untuk mengkaji ulang berkas P21 Nurlia. Pasalnya, seharusnya adalah korban penganiayaan bukan tersangka penganiyaan. “Saya juga meminta diproses secara hukum penyidik Aiptu AH Batubara dan Kapolseknya M Simanjuntak,” tambahnya.  Menyikapi kedatangan Nurlia, pihak KPAID Sumut melalui Zahrin Piliang berjanji akan menindaklanjuti hal itu. “Berdasarkan fakta yang kita lihat sudah 2 kasus yang ditangani oleh pihak Polsek Percut Seituan mengenai kasus anak. Yang pertama kasus pemerkosaan anak dan yang kedua kasus M Alfariji ini. Namun sampai kini Polsek Percut Seituan tidak bisa menyelesaikan masalah ini,” jelas Zahrin. “Karena itu, kita akan menyerukan Kapolsek Percut Sei Tuan untuk segera memproses kasus ini sesuai hukum yang ada,” tambahnya.(mag-7)

Untung Tidak Meledak

Granat Nenas di Halaman Rumah Warga
BINJAI-Ratusan warga di Jalan Anggur, Kelurahan Bandar Senembah, Binjai Barat, dihebohkan dengan penemuan granat jenis manggis di halaman rumah milik Lina (34), Senin (14/3) sekitar pukul 09.30 WIB.

Keterangan yang berhasil dihimpun wartawan koran ini, granat jenis manggis tersebut ditemukan pertama kali oleh Lina, yang tak lain adik ipar Abo, yang saat itu sedang melaksanakan sembahyang seperti biasanya. Begitu mendatangi tempat sembahyangnya, Lina dikejutkan dengan benda aneh yang meirip dengan granat.  Untuk selanjutnya, Lina memanggil abang iparnya serta temannya, yakni Apen melalu via ponsel. Kemudian teman Apen menghubungi Lurah Bandar Senembah, Normaja Sitepu, guna ikut menyaksikan benda yang menyerupai granat tersebut. Setelah melihat benda itu, akhirnya Normaja Sitepu, langsung memanggil petugas dari Polsek dan akhirnya petugas dari Polres Binjai juga ikut turun yang dibantu oleh Satuan Brigade Mobil (Sat Brimob) Kota Binjai, untuk melakukan evakuasi terhadap granat itu.

“Bertahun-tahun rumah itu berdiri, baru kali ini ditemukan granat. Saya rasa baru diletakan oleh sesorang. Tapi untung saja tidak meledak,”ujar Apen. (dan)

Dua Balita Ditelantarkan

KISARAN-Dua orang balita kakak beradik, ditemukan warga terlunta-lunta di Jalan Wiliem Iskandar, tepatnya di pinggiran perkebunan Bakrie Sumatera Pantation (BSP), Senin (14/3) pukul 12.00 WIB. Kuat dugaan, kedua bocah ini sengaja ditelantarkan orangtuanya.

Informasi yang dihimpun menyebutkan, kedua bocah tanpa identitas yang ditaksir berusia antara 2,5 tahun dan 4 tahun itu pertama sekali ditemukan oleh M Satimin (69), penduduk Gang Perabot, Lingkungan III, Kelurahan Selawan Kisaran Timur, yang ketika itu ketepatan melintas.

Merasa kasihan, Satimin mengaku mencoba mengajak kedua bocah itu berkomunikasi. Namun, meski telah mengajukan sejumlah pertanyaan, tak sepotong kalimat pun yang keluar dari mulut dua bocah laki-laki berkepala plontos itu.
Hingga akhirnya, Satimin memutuskan untuk membawa kedua bocah itu ke rumah Kepala Lingkungan III Kelurahan Selawan. ”Karena mereka tak mau diajak ngomong, makanya saya bawa ke rumah kepling dengan harapan nantinya orangtuanya bisa kita cari bersama-sama,” ujarnya.

Sementara itu, Ngadimin, Kepala lingkungan III Kelurahan Selawan kepada METRO (Grup Sumut Pos, Red) di kediamannya membenarkan bahwa kedua bocah itu diserahkan oleh M Satimin, yang pertama kali menemukannya. Ngadimin juga mengakui, dia dan warga lainnya cukup kewalahan untuk membantu mencari alamat orangtua dari kedua bocah itu. Pasalnya, keduanya hanya terdiam, ketika ditanya nama, dan alamat orangtua mereka.
“Susah kita mencari orangtuanya, karena mereka tak mau ngomong. Begitu pun, akan tetap kita cari,” ujar Ngadimin, yang mengaku akan menyerahkan kedua bocah kepada polisi, andai kata orangtua dari kedua bocah itu tak kunjung ditemukan.  (ing/smg)

Polisi Lamban Tangkap Pelaku Sodomi

POLRESTA MEDAN- Sejak buron dari rumahnya di Jalan Mawar XII Padang Bulan Medan pada 5 November 2010 lalu, hingga kini Martin Harun (39), pelaku sodomi terhadap anak tiri sendiri, belum berhasil ditangkap. Kepala Unit Judisila AKP Aron Siahaan ketika dikonfirmasi wartawan koran ini menyatakan, hingga kini pihaknya masih melakukan upaya pelacakan terhadap Martin.

“Kita belum bisa mencari pelakunya, memang sejauh ini kita sudah berupaya. Tunggu sajalah, nanti hasil lidik kita, atau kalau mau yang lengkap besok main-mainlah ke ruangan saya,” ucap AKP Aron Siahaan kepada wartawan Sumut Pos, Senin (14/3). Sementara Wakil Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Medan, AKP Ruruh Wicaksono mengatakan, kasus sodomi yang dilakukan Martin Harus terhadap anak tirinya tersebut harus diungkap dengan cara yang tidak gegabah. “Kita yakin bisa menangkap pelakunya, perlu waktu yang tepat mudah-mudahan pelakunya masih di Medan,” kata Ruruh. (mag-8)

Usut Dana Sertifikasi Guru

06177701xxx

Bapak-Bapak wakil rakyat DPD/DPR/DPRD dari dapil Sumut, tolong ditelusuri dana sertifikasi guru tambah pengawas SLTA bulan September-Desember 2010 belum cair, ini sudah Maret 2011 di mana masalahnya. Kami butuh biaya UAS dan UN. Anak-anak kami, apa mungkin tidak ada uang dari pusat? Bapakkan tau pos APBN/APBD Pendidikan bagaimana mungkin seret? usul kami bayarkan perbulan saja waktu pemilu dulu janji Bapak-Bapak menyuarakan hati nurani rakyat buktikan itu. Bravo Sumut Pos

Kami Telusuri

Terimakasih laporannya, kami di Komisi E DPRD Sumut akan menindak lanjuti dan menelusurinya, memang ada kami terima laporan yang sama. Ketika kami tanyakan ke Dinas Pendidikan, jawabannya anggaran dari Pemerintah Pusat belum turun. Kemungkinan pencairannya dalam waktu dekat, tapi tak diketahui waktu pastinya.
Begitupun, kami lakukan penelusuran jika ditemukan penyelewengan dalam anggaran ini, termasuk mengapa terlambat turunnya anggaran ini. Terimakasih.

Nur Azizah
Anggota Komisi E DPRD Sumut

Disetubuhi Pacar Berkali-kali

LANGKAT-Seorang mahasiswi akademi kebidanan (Akbid) sebut saja Maya (20), warga Bukit Selamat, Kecamatan Besitang, Langkat, melaporkan JL (27), warga yang sama ke Mapolres Langkat atas pelecehan seksual, Senin (14/3).
Keterangan yang diperoleh di Mapolres Langkat menyebutkan, peristiwa menimpa Maya itu terjadi, Rabu (26/1) di Desa Bukit Selamat, Kecamatan Besitang, Langkat. Saat itu, korban pamitan pada keluarganya untuk kembali ke asrama Akbidnya di Medan. Tapi langkah korban bukannya ke Medan, ia malah ikut dengan pacarnya JL ke Jambi.

Keluarga korban langsung pergi menjemput korban ke Jambi untuk dibawa pulang. Saat bertemu dengan keluarga, korban langsung cerita kalau dirinya telah berulang kali berhubungan badan dengan pelaku dan tidak diperbolehkan pulang. Mendengar cerita Maya, pihak keluarga langsung kaget dan berupaya menemui pelaku. Sebaliknya, pelaku tak mau bertangung jawab atas apa yang dilakukan kepada Maya, hingga pihak keluarga melaporkan perbuatan bejad pacar Maya itu ke Polisi.(ndi)

Konsisten Hasilkan SDM Andal

Yayasan Taman Siswa Lubuk Pakam

Sejak didirikan tahun 1945 silam, Yayasan Pendidikan Taman Siswa yang berada di Jalan Kartini No 17 Lubuk Pakam konsisten menciptakan sumber daya manusia yang andal serta berkualitas.

Awalnya, Yayasan Pendidikan Taman Siswa hanya menyediakan SD. Selanjutnya sekitar tahun 1980 SD ditutup dan digantikan SMP, SMA dan SMK teknik serta SMK Ekonomi hingga saat ini.

Secara nasional yayasan taman siswa berdiri sejak 3 Juli 1922 atas prakarsa seorang tokoh nasional yang juga Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara. Dengan ajarannya Ing Ngarso Sungtulodo (di depan memberi teladan), Ing Madyo Mangun Karso (di tengah menciptakan peluang berprakarsa) dan Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan).

Dengan ajaran itu, Ki Hajar Dewantara bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, melestarikan serta mengembangkan kebudayaan nasional Indonesia sesuai misi perguruan. Demikian dikatakan Kepala Sekolah Taman Siswa Cabang Lubuk Pakam, Ki Ngadiro TA. SPd ketika ditemui Selasa (14/3).
“Banyak lulusan kita sudah menjadi orang besar, pejabat dan pemimpin baik di tingkat kabupaten hingga nasional,” kata Ngadiro.

Dijelaskan Ngadiro, pihaknya masih tetap menerapkan  sistem tri pusat pendidikan yang meliputi pendidikan di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat.

Setiap pelajar yang menimba ilmu di yayasan taman siswa, disarankan kepada orang tuanya  dibina serta diajari bersopan santun. Setelah dari keluarga pelajar dididik ilmu pengetahuannya dan selanjutnya diajarkan cara bergaul di lingkungan masyarakat.

“Setiap anak diberikan cara bertanggung jawabkan kepada dirinya, serta memberikan manfaat kepada bangsa dan negara,” lanjut Ngadiro.(btr)

Menerapkan Sistem Among

Salah satu upaya meningkatkan kualitas para peserta didik, Yayasan Pendidikan Taman Siswa menerapkan sistem pendidikan among.

Sistem ini merupakan cara mengajarkan peserta didik dengan sistem kekeluargaan melalui kekerabatan serta pendekatan dengan  tujuan memerdekan jiwa.

Dengan demikian, diharapkan para pelajar paham akan tanggung jawabnya sebagai pelajar. Bahkan, pelajar diajarkan untuk menuntut haknya sebagai pelajar. Soalnya selama ini, banyak siswa tidak mengetahui haknya sebagai  pelajar. Sehingga banyak di antara mereka, mandek bersekolah. Tetapi bila sejak awal diajarkan haknya, maka banyak pelajar akan bergiat belajar.

Selain itu, sistem ini diharapkan mampu menghasilkan pelajar yang memiliki jiwa kemandirian.
Perguruan Taman Siswa Lubuk Pakam juga memiliki kegiatan ekstra kurikuler. Mulai Volly, Sepak Bola, Marching Band, Pramuka, PBB serta paskibra dan karate. “Setiap siswa diwajibkan mengikuti satu kegiatan ekstra kurikuler. Bahkan kegiatan itu mendapat bimbingan dari guru-guru bersangkutan,” terang Kepala Sekolah Perguruan Taman Siswa Cabang Lubuk Pakam, KI Ngadino TA.SPd.

Tak jarang melalui prestasi ekstra kurikuler itu, para peserta didik kerap mengharumkan nama sekolah. Bahkan bila ada kejuaran tingkat pelajar se-Kabupaten Deli Serdang tim bola volley selalu unggul dari lawan-lawannya.
Dengan pretasi ekstra kurikuler yang dihasilkan para pelajarnya, Yayasan Taman Siswa dapat menjadi contoh soal manajemen kegiatan ekstra kurikuler.

Meski berhasil membina ektras kurikuler di sekolahnya, KI Ngadino TA.SPd tidak melupakan kualitas akademik. Bahkan untuk meningkatkan prestasi di bidang itu, tak jarang digelar try out yang menggandeng lembaga bimbingan tes.

“Untuk akhir bulan ini seluruh siswa akan mengikuti try out. Upaya tersebut, dalam tiga tahun terakhir ini berhasil meningkatkan kelulusan seratus persen,” kata Ngadino. (btr)