25 C
Medan
Monday, December 22, 2025
Home Blog Page 16

M Nuh: Duka Sumut, Sumbar, dan Aceh adalah Duka Kita Semua…

JAKARTA, SumutPos.co – Anggota DPD RI Muhammad Nuh mengatakan, duka warga Sumut, Sumbar, dan Aceh adalah duka kita semua. Hal tersebut diungkapkan KH Muhammad Nuh, MSP anggota DPD RI dari Sumatera Utara ketika menghadiri Focus Group Discusion (FGD) Komite Masyarakat Danau Toba (KMDT), di Gedung DPD RI, Senayan, Jakarta, Kamis (4/12).

Nuh yang hadir mewakili Ketua DPD RI.Sultan B Najamuddin, mengajak para peserta FGD untuk selalu membantu dan mendoakan para korban dampak bencana alam banjir dan longsor. “Saya atas nama DPD RI mengucapkan duka yang mendalam atas bencana yang menimpa saudara saudara kita di Sumut, Sumbar, dan Aceh. Mari kita saling membantu dan mendoakan saudara saudara kita yang sedang tertimpa musibah,” ujar Nuh.

Berdasarkan data yang ia terima, korban jiwa bencana Sumatera sebanyak 780 orang meninggal dunia, dan 564 hilang. Dengan rincian, Sumatera Utara sebanyak 299 orang meninggal dunia, Sumbar 204 orang meninggal dunia, dan Aceh 277 orang meninggal dunia. “Ini adalah duka kita semua,” ujarnya.

Adapun FGD KMDT kali ini bertemakan “Pengembangan Kawasan Wisata Danau Toba sebagai Destinasi Wisata Mendunia Pasca Penguatan Green Card UNESCO Global Geopark”..Peserta yang hadir pada FGD KMDT yaitu; Edison Manurung, SH, MM (Ketua Umum KMDT), Prof Dr Iskandar Zulkarnain (Sekjen KMDT), Prof Dr Jhon Liberty Hutagaol (Ketua Dewan Pakar KMDT) , para Pengurus, Dewan Pakar, dan utusan KMDT dari daerah.

Pada FGD yang berjalan dinamis dan penuh keakraban tersebut. Hadir juga sebagai narasumber dari Kementerian Koordinator Pangan, Kemendagri dan Kementerian Pariwisata. (adz)

Asuransi Jasindo Tegaskan Kesiapsiagaan Penanganan Klaim Pasca Banjir di Sumatera

JAKARTA, SumutPos.co— Asuransi Jasindo menegaskan kesiapsiagaan penuh dalam menangani laporan klaim pasca bencana banjir yang melanda Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Perusahaan juga menyampaikan keprihatinan atas dampak yang dialami masyarakat serta para pemegang polis.

“Asuransi Jasindo berkomitmen untuk memberikan layanan secepat dan seoptimal mungkin bagi para pemegang polis yang mengalami kerugian. Di tengah situasi seperti ini, masyarakat membutuhkan kepastian dan rasa aman. Karena itu, seluruh proses klaim kami pastikan dikelola dengan profesional dan responsif untuk membantu pemegang polis pulih lebih cepat,” ujar Brellian Gema, Sekretaris Perusahaan Asuransi Jasindo.

Untuk mempercepat proses penanganan, Kantor Cabang Asuransi Jasindo di Padang dan Medan telah mengaktifkan langkah tanggap darurat, termasuk penguatan tim dan pendampingan langsung kepada para pemegang polis. Di wilayah Sumatera, jumlah pemegang polis tercatat sebanyak sekitar 1.946 polis di wilayah Padang dan 1.148 polis di wilayah Medan, dengan jenis perlindungan yang beragam seperti polis asuransi kebakaran, kendaraan bermotor, dan lainnya.

Selain layanan tatap muka di kantor cabang, Asuransi Jasindo juga menyediakan jalur komunikasi khusus untuk mempermudah pelaporan kerugian yaitu melalui layanan contact center Asuransi Jasindo 1500-073.

“Upaya ini memastikan masyarakat tidak perlu menunggu lama untuk mendapatkan perlindungan finansial yang menjadi hak mereka. Kami akan terus mengawal proses pemulihan para pemegang polis agar penanganan klaim berjalan efektif dan tertib sesuai ketentuan,” tambah Brellian.

Asuransi Jasindo menegaskan bahwa tanggung jawab perlindungan tidak berhenti setelah polis diterbitkan, tetapi berlanjut hingga nasabah benar-benar pulih dari kondisi sulit. Komitmen tersebut menjadi landasan perusahaan dalam menghadirkan layanan terbaik, terutama pada situasi darurat seperti bencana banjir di Sumatera. (adz)

Dampak Dugaan Pungli ASN Deliserdang Jadi Atensi Presiden, Asri Remedial 58 ASN Tak Lulus Kenaikan Pangkat

MEDIASI: Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution (kelima kiri) bersama Bupati Deliserdang Asri Ludin Tambunan (ketujuh kiri) beserta ASN Dinas Kesehatan Kabupaten Deliserdang Farida Purba (keenam kiri) usai dimediasi di Aula Tengku Rizal Nurdin Medan, Sumut, Minggu (2/11)
MEDIASI: Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution (kelima kiri) bersama Bupati Deliserdang Asri Ludin Tambunan (ketujuh kiri) beserta ASN Dinas Kesehatan Kabupaten Deliserdang Farida Purba (keenam kiri) usai dimediasi di Aula Tengku Rizal Nurdin Medan, Sumut, Minggu (2/11)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Muhammad Bobby Afif Nasution bergerak cepat menindaklanjuti video viral di media sosial TikTok yang diunggah oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) Dinas Kesehatan Kabupaten Deliserdang, Farida Purba. Dalam video tersebut, Farida mengungkap adanya dugaan pungutan liar (pungli) dalam proses kenaikan pangkat ASN.

Menanggapi hal itu, Bobby memanggil Bupati Deliserdang, Asri Ludin Tambunan, untuk melakukan pertemuan di Aula Tengku Rizal Nurdin, Medan, Minggu (2/11/2025). Pertemuan ini digelar guna mencari solusi terbaik sekaligus memastikan penyelesaian kasus dilakukan secara transparan dan akuntabel.

“Saya mendapat perintah langsung dari Menteri Dalam Negeri atas atensi Presiden Prabowo Subianto terkait video tersebut. Presiden menanyakan langsung perkembangan kasusnya. Karena itu, kami berharap permasalahan ini bisa segera diselesaikan dengan baik,” ujar Bobby Nasution.

Dalam pertemuan itu, Bobby memberikan sejumlah arahan kepada Bupati Deliserdang. Ia meminta agar kebijakan yang diambil mempertimbangkan aspek kepegawaian sekaligus kepentingan masyarakat.

Bobby juga menekankan pentingnya memberikan penghargaan kepada ASN yang akan memasuki masa pensiun, termasuk melalui pemberian kenaikan pangkat, meski tidak berpengaruh besar terhadap kenaikan gaji pensiun.

“Remedial atau tes ulang bisa dijadwalkan kembali oleh Bupati dan diprioritaskan bagi pegawai yang akan pensiun. Kami ingin masalah ini diselesaikan dengan baik dan ada solusi yang adil bagi semua pihak,” tegasnya.

Menanggapi arahan Gubernur, Bupati Deliserdang Asri Ludin Tambunan menyatakan siap mengambil langkah cepat. Ia memastikan Pemkab Deliserdang akan segera menyelenggarakan remedial test bagi 58 ASN yang sebelumnya tidak lulus dalam tes kenaikan pangkat, termasuk Farida Purba dari Dinas Kesehatan Deliserdang.

“Kita akan melaksanakan remedial kembali bagi 58 ASN yang tidak lulus, dan pelaksanaannya akan diselenggarakan oleh BKN Medan,” ungkap Asri Ludin.

Terkait dugaan pungli yang diungkapkan Farida, baik gubernur maupun bupati meminta agar Farida bersikap kooperatif dan terbuka dalam memberikan informasi kepada Inspektorat Provinsi maupun Inspektorat Kabupaten Deliserdang.

“Kami minta kerja sama dari Saudari Farida untuk mengungkapkan nama-nama pihak yang diduga terlibat serta bukti-buktinya agar kasus ini dapat ditindaklanjuti secara hukum,” tegas Bobby.

Kasus ini kini menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah. Pemerintah Provinsi Sumut menegaskan komitmennya untuk menindak tegas segala bentuk praktik pungli di lingkungan birokrasi demi menjaga integritas dan kepercayaan publik terhadap ASN.

Anggota Komisi A DPRD Sumut, Zeira Salim Ritonga, menilai kasus tersebut harus menjadi perhatian serius sekaligus bahan evaluasi bagi seluruh pemerintah daerah. Ia menyebut kasus ini menunjukkan masih adanya kesenjangan antara kebijakan pimpinan daerah dengan pelaksana di lapangan.

“Kadang-kadang arahan yang diberikan dari pimpinan tidak dijalankan oleh aparatur di bawahnya. Bupatinya mau bersih-bersih, tapi di bawah masih kotor,” ujar Zeira, saat dikonfirmasi Sumut Pos Senin, (3/11/2025).

Zeira mengapresiasi langkah cepat Gubernur Bobby dan Asri Ludin dalam menyelesaikan persoalan tersebut.

“Saya kira ini sudah menjadi atensi Presiden dan telah difasilitasi dengan baik oleh gubernur bersama bupati. Ini juga menjadi pembelajaran bagi daerah lain agar lebih waspada terhadap praktik serupa,” katanya.

Zeira juga menilai keberanian ASN yang menyampaikan aspirasi melalui media sosial layak diapresiasi.

“Ibu ASN itu menyampaikan aspirasi sebagai bentuk peringatan bagi petugas yang seharusnya menjadi pelayan masyarakat,” tuturnya.

Ia menegaskan bahwa praktik pungli sudah tidak relevan di era birokrasi modern.

“Hal-hal seperti pungli sudah tidak zamannya lagi. Kalau bisa, ditertibkan lah, sesuai dengan tupoksi masing-masing. Jangan sedikit-sedikit uang,” tegasnya.

Menutup pernyataannya, Zeira mengaku prihatin dengan kondisi ASN tersebut yang dikabarkan akan segera pensiun.

“Saya dengar ASN itu mau pensiun. Masak gara-gara pungli di tingkat bawah, dia tidak bisa naik pangkat. Ini tentu harus menjadi perhatian bersama,” pungkasnya.(san/azw)

Respon Cepat Bencana, PT Tirta Investama Langkat Salurkan 800 Kotak AQUA untuk Korban Banjir Bandang di Sumut

BANTUAN: PT Tirta Investama saat menyalurkan bantuan air mineral AQUA kepada korban bencana di Sumut.
BANTUAN: PT Tirta Investama saat menyalurkan bantuan air mineral AQUA kepada korban bencana di Sumut.

LANGKAT— PT Tirta Investama Langkat menunjukkan kepedulian dan respon cepat terhadap bencana banjir bandang yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera Utara dengan menyalurkan total 800 kotak AQUA kepada warga terdampak.

Bantuan ini diberikan sebagai upaya mendukung kebutuhan air bersih, yang sangat krusial pada masa darurat.

Dari total bantuan, 700 kotak AQUA berbagai ukuran 220 ml, 600 ml, dan 1500 ml disalurkan untuk korban banjir di Kabupaten Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan wilayah sekitar.

Penyerahan dilakukan melalui Pemerintah Provinsi Sumatera Utara bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) dan diterima langsung oleh Zainuddin Harahap, untuk kemudian didistribusikan ke titik-titik yang paling membutuhkan.

Selain itu, 80 kotak AQUA diberikan kepada warga terdampak banjir di Kabupaten Langkat melalui BPBD Langkat, sementara 20 kotak AQUA lainnya diserahkan langsung kepada masyarakat yang terdampak banjir di Kota Binjai.

Proses penyaluran bantuan dilakukan dalam dua tahap, yakni pada Kamis, 27 November 2025, dan Jumat, 28 November 2025, agar bantuan air bersih dapat segera menjangkau masyarakat di lokasi bencana.

“Sebagai bagian dari masyarakat Sumatera Utara, kami merasa terpanggil untuk hadir dan memberikan dukungan kepada saudara-saudara kita yang terdampak banjir bandang. Akses terhadap air bersih sangat krusial pada situasi darurat seperti ini,” ujar Riswan Saleh Harahap, Stakeholder Relation Manager PT Tirta Investama Langkat.

PT Tirta Investama Langkat berharap bantuan ini dapat membantu meringankan beban warga sekaligus mendukung percepatan pemulihan di wilayah yang terdampak bencana.

Perusahaan juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah berperan dalam distribusi bantuan, mulai dari pemerintah provinsi, dinas terkait, BPBD, hingga masyarakat lokal.

Bantuan ini sekaligus menjadi bukti konsistensi PT Tirta Investama Langkat dalam mendukung penanganan bencana serta memperkuat solidaritas bagi masyarakat Sumatera Utara. (ila)

Komisi A DPRD Sumut Kecewa, RDP Soal Tanah Dusun IX Sampali Hanya Dihadiri Perwakilan: BPN dan PTPN Diminta Bawa Dokumen Lengkap

RDP: Komisi A DPRD Sumut saat gelar RDP soal tanah Dusun IX Sampali.
RDP: Komisi A DPRD Sumut saat gelar RDP soal tanah Dusun IX Sampali.

MEDAN — Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi A DPRD Sumut dengan masyarakat Dusun IX Desa Sampali, Kecamatan Percut Seituan, Deliserdang, berlangsung tegang.

RDP yang digelar Selasa (2/12/2025) itu mengecewakan anggota dewan karena pihak BPN Deliserdang dan PTPN I hanya mengirim perwakilan, bukan pengambil keputusan maupun membawa dokumen yang dibutuhkan.

RDP tersebut digelar untuk menindaklanjuti permohonan masyarakat terkait legalitas hak atas tanah seluas 23 hektare dari total 93 hektare yang telah dihuni sekitar 500 kepala keluarga di Dusun IX.

Pertemuan itu dihadiri anggota Komisi A DPRD Sumut, antara lain Ir Dumanter Tampubolon (PDI-P), Irham Buana Nasution SH MH (Golkar), Pdt Berkat Laoly, Zeira Salim Ritonga (PKB), serta Abdul Khair (NasDem). Hadir juga perwakilan BPN Deliserdang, PTPN I, Kabag Tapem Pemkab Deliserdang, Pemprovsu, perwakilan masyarakat Marwali 21, dan tim kuasa hukum Marwali 21 Law Firm IBN & Partner.

Usai mendengar pemaparan masyarakat yang disampaikan Ketua Marwali 21, Apt Tiora Sinaga, Ir Dumanter Tampubolon menegaskan bahwa persoalan tanah ini tidak boleh berlarut-larut.

Ia meminta pemerintah mempercepat proses penyelesaian lahan yang telah ditempati masyarakat selama puluhan tahun.

“Pada RDP kedua yang dijadwalkan Januari 2026, BPN Deliserdang dan PTPN wajib membawa dokumen lengkap. Jangan hanya hadir sebagai perwakilan tanpa keputusan,” tegas Dumanter.

Ketua Marwali 21, Apt Tiora Sinaga SFarm, dalam kesempatan itu meminta Gubernur Sumut, Ketua DPRD Sumut, dan Kepala Kanwil ATR/BPN Sumut memberi kepastian hukum atas lahan yang dikuasai masyarakat berdasarkan putusan Mahkamah Agung No. 1734K/Pdt/2001 yang ditetapkan pada 9 Januari 2006.

Ia menegaskan bahwa masyarakat membutuhkan jaminan keamanan dari intimidasi pihak-pihak yang disebut sebagai mafia tanah.

“Kami memohon perlindungan bagi sekitar 500 KK yang tinggal menetap di Dusun IX agar terbebas dari gangguan dan intimidasi,” ujar Tiora.

Sementara itu, Irham Buana Nasution SH MH, anggota Komisi A sekaligus mantan kuasa hukum masyarakat Dusun IX, kembali menegaskan bahwa tanah yang ditempati masyarakat bukan bagian dari HGU PTPN II, bukan eks HGU, dan bukan pula tanah garapan. Ia menegaskan masyarakat sudah mengantongi ketetapan hukum dari PN Kelas I Lubukpakam, Pengadilan Tinggi Medan, hingga putusan Mahkamah Agung RI Nomor 1734K/Pdt/2001.

Komisi A DPRD Sumut berkomitmen terus mengawal konflik agraria ini hingga ada kejelasan dan kepastian hukum bagi masyarakat Dusun IX Desa Sampali. (ila)

Dana Pengendalian Banjir dari Bank Dunia Bukan Dikelola Pemko, Tapi BWS

Ketua Fraksi NasDem DPRD Kota Medan, Afif Abdillah.
Ketua Fraksi NasDem DPRD Kota Medan, Afif Abdillah.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Wali Kota Medan Rico Tri Putra Bayu Waas angkat bicara terkait dana bantuan dari Bank Dunia sebesar Rp1,5 triliun untuk program pengendalian banjir di Kota Medan. Ia membantah bahwa Pemerintah Kota (Pemko) Medan mengelola dana batuan tersebut.

Rico menjelaskan bahwa realisasi dana bantuan tersebut, mengelola adalah Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS). Namun, Pemko Medan hanya menerima manfaat dari dana bantuan itu.

“Bahwasanya itu, tidak benar. Tidak ada anggaran Rp1,5 triliun itu dikelola oleh Pemerintah Kota Medan. Tidak dikelola oleh Pemerintah Kota Medan. Karena dana tersebut adalah dana world bank yang pengelolaannya itu diberikan kepada BWS. Karena untuk menangani infrastruktur sungai itu adalah kewenangan pemerintah pusat yang di mana di situ ada BWS di sana. Itu BBWS II,” beber Rico kepada wartawan, di Kota Medan, Rabu (3/12).

Rico menjelaskan perencanaan pengendalian banjir di Medan ini, sudah dilakukan sejak Tahun 2025. Dengan melakukan normalisasi sungai hingga membangun kolam retensi di Kota Medan.

“Jadi itukan perencanaan pada Tahun 2022, ada sekitar 6 titik. Sungai Babura, Sungai Badera. Lalu kolam retensi. Tapi kalau tidak salah saya itu ada tiga yang tidak jadi. Tapi yang on progres itu, sampai saat ini Sungai Badera, lalu pembuatan kolam retensi Sungai Selayang, dan juga Sungai Kera yang ada,” jelas Rico.

“Nah ini, yang masih on progres sampai sekarang. Pemerintah Kota medan ini adalah bagian dari penerima manfaatnya. Kami yang menjalankan administratif dan juga bagaimana berkomunikasi dengan warga. Karena seluruh pengerjaan tersebut itu dikerjakan oleh BWS,” imbuh Rico.

Rico menekankan bahwa dana bantuan Rp1,5 triliun dari Bank Dunia tidak ada sepeser pun, masuk dalam rekening daerah milik Pemko Medan. Sehingga tidak benar bahwa Pemko Medan mengelola dana tersebut.

“Saya tekankan sekali lagi bahwa tidak ada uang Rp1,5 triliun masuk ke rekening Pemkot Medan. Dana tersebut tidak dikeloa oleh pemerintah Kota Medan. Dana tersebut dikelola oleh BWS,” tegas Rico.

Rico juga berharap dengan dana bantuan itu, dapat mengendalikan banjir di Kota Medan. Termasuk, menurunkan debit air dengan cepat, usai turun hujan di Kota Medan ini. “Kita selalu berkoordinasi dengan BWS untuk melaksanakan perencanaan penanggulangan banjir ini. Memang beberapa waktu lalu, kita ada peninjauan ke kolam retensi selayang. Itulah salah satu bagian yang direncanakan untuk pembangunan,” jelas Rico.

Masalah dana bantuan dari Bank Dunia itu juga dipertegas Ketua Fraksi NasDem DPRD Kota Medan, Afif Abdillah. Dia menjelaskan, dana World Bank tersebut bukan bantuan langsung kepada Pemko Medan, melainkan bagian dari proyek nasional yang dilaksanakan oleh Kementerian PUPR melalui Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera II.

Dengan demikian, peran utama Pemko Medan lebih kepada menyiapkan lahan agar pembangunan kolam retensi dan normalisasi sungai dapat dikerjakan oleh Kementerian PUPR dan BWS.

Untuk itu Afif meminta pentingnya percepatan seluruh program penanganan banjir di Kota Medan. Termasuk proyek yang mendapatkan dukungan pendanaan dari Bank Dunia (World Bank) melalui skema nasional.

Afif juga mendorong Pemko Medan agar fokus dalam menuntaskan pembebasan lahan karena tahap ini menjadi kunci berjalannya pembangunan fisik oleh Pemerintah Pusat.

“Alhamdulillah, dari yang saya ketahui pembebasan lahan di Medan Selayang dan Medan Deli (KIM 1) akan selesai sebelum Bulan Juni nanti. Ini akan terus kita kawal agar benar-benar selesai pembebasan lahannya. Nantinya lahan itu akan dipergunakan untuk pembangunan kolam retensi yang dananya bersumber dari World Bank,” ucap Afif Abdillah kepada Sumut Pos, Rabu (3/12).

Afif mengatakan, pihaknya sangat mengerti akan keresahan masyarakat Kota Medan terkait penanganan banjir. “Namun sepanjang yang saya ketahui, proses pelaksanaan sedang di kerjakan saat ini,” ujarnya.

Afif menyampaikan bahwa pembebasan lahan memiliki tantangan tersendiri, mulai dari keterbatasan anggaran hingga persoalan hukum yang harus dipastikan berjalan sesuai ketentuan. Meski begitu, ia optimis pembebasan lahan dapat diselesaikan sepanjang koordinasi antar perangkat daerah diperkuat.

Ditegaskan Afif, Pemko Medan tidak menerima dan tidak mengelola dana Rp1,5 triliun tersebut. Dana itu sepenuhnya berada dalam pengelolaan Kementerian PUPR melalui BWS. Sementara, Pemko Medan hanya menyiapkan lahan sebagai prasyarat pembangunan.

“Jadi kita juga jangan salah paham. Dana bantuan penanganan banjir sebesar Rp1,5 triliun oleh World Bank itu bukan diberikan kepada Pemko Medan, melainkan kepada Kementerian PUPR melalui Badan Wilayah Sungai Sumatera (BWSS). Kementerian PUPR lah yang akan melakukan pembangunan, Kota Medan akan menikmati hasil pembangunan itu,” terangnya.

Ia menekankan bahwa sebagian besar lahan telah selesai dibebaskan, dan hanya menyisakan beberapa persil terakhir. “Tapi yang saya tahu sebagian besar lahan sudah selesai dibebaskan, tinggal ada beberapa persil lagi dan saya yakin akan selesai sebelum Juni (2026) nanti,” ujarnya.

Afif optimis program pengendalian banjir yang didukung World Bank akan berjalan hingga Tahun 2028 dan memberikan dampak signifikan bagi masyarakat Kota Medan. (map/ila)

Kondisi Pengungsi di Aceh Tamiang Memprihatinkan, Bantuan Belum Datang, Masih Banyak Jasad Belum Ditemukan

Seribuan warga mengungsi di Posko Pengungsian, Aceh Tamiang.
Seribuan warga mengungsi di Posko Pengungsian, Aceh Tamiang.

MEDAN, SumutPos.co – Situasi dan kondisi pascabanjir yang melanda Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh, lebih parah dari apa yang terekspose di media sosial. Banyak rumah warga hanyut dan hancur rata dengan tanah, jasad warga yang meninggal masih banyak belum ditemukan.

Situasi dan kondisi yang sangat memprihatinkan ini diceritakan Panji Akbar, seorang pengungsi di Posko Pengungsian SMA Negeri Patra Nusa, Aceh Tamiang via pesan WhatsApp, Rabu (3/12/2025).

“Ya Allah, aslinya lebih parah dari itu (media sosial). Banyak rumah hanyut dan hancur, sampai sekarang masih banyak jasad yang belum ditemukan,” katanya.

Menurut Panji, dia berhasil selamat dari banjir besar beberapa hari lalu bersama ibu dan adiknya. Mereka menyelamatkan diri ke dataran lebih tinggi, dan mengungsi di SMA Negeri Patra Nusa, Aceh Tamiang yang berjarak sekitar 10 sampai 12 kilometer dari rumahnya di Desa Suka Mulia, Kecamatan Banda Mulia. Di posko tersebut, sedikitnya ada 1.000 pengungsi.

“Cuma handphone, laptop, dan ijazah yang bisa ku selamatkan. Lainnya habis semua sudah. Hari Jumat, 28 November 2025 kemarin, hampir mati kelaparan kami sekeluarga,” tuturnya.

Diceritakan lagi, saat ini jaringan listrik putus. Mirisnya lagi, bantuan apapun belum juga tiba, baik itu sembilan bahan pokok (sembako), air bersih, dan lainnya. Kondisi yang tak kalah tragisnya juga terjadi Kecamatan Kuala Simpang, Tenggulun, Tamiang Hulu, Sekerak, dan Bandar Pusaka.

“Saat ini jaringan internet kadang hidup, kadang mati. Listrik masih mati total, makanya banyak warga yang gak bisa up ke media sosial. Bahan bakar minyak (BBM) pun langka. Sampai sekarang di posko pengungsian masjid di Desa Simpang Empat, Kecamatan Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang, belum ada masuk bantuan apapun,” keluh alumni Magister Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) ini.

Untuk bantuan bahan bakar minyak (BBM), Selasa malam (2/12/2025), sempat masuk ke lokasi. Namun sayangnya, ada oknum yang diduga memainkan penyaluran BBM tersebut.

“Di sini, BBM dijual Rp70 ribu per liter dan itu pun sangat langka. Tadi malam di SPBU di Desa Paya Tenggar, Kecamatan Manyak Payed, sempat masuk BBM. Tapi banyak mafia berseragam yang bermain di sana. Saat ini sangat-sangat tragis kondisi di lapangan,” rinci Panji.

Dia dan pengungsi lainnya berharap bantuan segera datang, agar bisa menyelamatkan para pengungsi dari kondisi krisis yang sedang dihadapi. (rel/adz)