SEHAT: Bayi kembar siam, Adam dan Aris, sudah bisa bermain pasacaoperasi pemisahan oleh tim medis RSUP HAM, Rabu (20/1) lalu.
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kondisi Adam dan Aris, bayi kembar siam asal Dusun Sei Kelapa II, Desa Tanjung Haloban, Kecamatan Bilah Hilir, Kabupaten Labuhan Batu, semakin membaik. Kini, bayi yang lahir dari pasangan Supono (32) dengan Nur Rahmawati (26) ini sudah bisa bermain bersama.
SEHAT: Bayi kembar siam, Adam dan Aris, sudah bisa bermain pasacaoperasi pemisahan oleh tim medis RSUP HAM, Rabu (20/1) lalu.
Sekretaris Tim Penanganan Kembar Siam RSUP H Adam Malik Medan, dr Rizky Adriansyah SpA(K) mengatakan, luka bekas operasi telah mengering. Selain itu, organ jantung dan hati yang menempel sebelum dipisah, tidak ditemukan ada gangguan pascadipisah.
“Saat ini, kedua bayi dirawat di ruang pasien biasa. Mereka sudah makan dan minum dengan baik. Buang air besar dan buang air kecil juga tidak ada gangguan. Hal yang menggembirakan, Adam dan Aris juga sudah bermain bersama dengan ceria,” ujar dr Rizky kepada wartawan, Kamis (18/2).
Terkait rencana Adam dan Aris pulang ke kampung halaman, menurut Rizkyn
tim medis masih menilai kemandirian kedua orang tua bayi. Juga mengundang pemerintah daerah setempat untuk perencanaan berobat jalan.
“Masalah yang perlu dipikirkan ke depan adalah bagaimana kedua orang tuanya bisa mandiri dalam merawat kedua bayi setelah dipisah, saat nanti sudah pulang ke rumah. Selain itu, kita ingin ada perhatian dari pemerintah daerah di sana untuk berpartisipasi aktif memantau perkembangannya,” ungkap Rizky.
Disebutkan dia, merawat Adam dan Aris terdapat perbedaan, seperti merawat satu bayi dengan dua bayi. Di samping itu, aspek tumbuh kembang dan imunisasi jangan sampai diabaikan, hanya karena tinggal di pelosok. “Kalau untuk imunisasi saja harus kontrol ke RSUP H Adam Malik, tentu menjadi biaya buat orang tuanya. Maka dari itu, butuh perhatian pemerintah setempat,” pungkasnya.
Diketahui, Adam dan Aris berhasil dipisahkan oleh tim medis RSUP HAM, pada Rabu (20/1). Pemisahan kedua bayi asal Kabupaten Labuhanbatu ini dilakukan setelah menjalani operasi sekitar 9 jam lebih mulai pukul 08.00-17.40 WIB. (ris)
PENETAPAN: Pasangan Muhammad Bobby Afif Nasution dan Aulia Rachman ditetapkan sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan oleh KPU, dalam rapat pleno KPU yang digelar di Hotel Arya Duta Medan, Kamis (18/2).
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pasangan Muhammad Bobby Afif Nasution dan Aulia Rachman, secara resmi ditetapkan sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan terpilih pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Medan Tahun 2020.
PENETAPAN: Pasangan Muhammad Bobby Afif Nasution dan Aulia Rachman ditetapkan sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan oleh KPU, dalam rapat pleno KPU yang digelar di Hotel Arya Duta Medan, Kamis (18/2).
Penetapan dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Medan, dalam rapat pleno penetapan pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan terpilih yang digelar di Hotel Arya Duta Medan, Kamis (18/2).
Pantauan Sumut Pos, pasangan Bobby-Aulia kompak hadir dengan mengenakan kemeja putih. Sementara pasangan calon nomor urut 1, Akhyar Nasution-Salman Alfarisi, tidak menghadiri rapat pleno tersebut meski turut diundang.
Penetapan dilakukan berdasarkan keputusan Nomor 175/pl.02.7 -kpt/1271/kpu-kot/II/2021 tentang penetapan pasangan terpilih dalam pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan tahun 2020.
“Pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan tahun 2020 adalah Muhammad Bobby Afif Nasution dan Aulia Rachman, pasangan nomor urut 2 dengan perolehan suara 393.327,” ucap Ketua KPU Kota Medan Agussyah Damanik saat membacakan penetapannya.
Dikatakan Agus, setelah penetapan, berkas berita acara dan keputusan KPU Kota Medan akan segera diserahkan kepada DPRD Medan, para partai politik pendukung, pasangan calon terpilih dan Badan Pengawasan Pemilihan Umum (Bawaslu) Kota Medan.
“Setelah kita menyerahkan kepada DPRD, nantinya DPRD Medan akan melakukan paripurna dan menyampaikan usulan pelantikan kepada Menteri Dalam Negeri (Mendagri) melalui Gubernur Sumatera Utara,” ujar Agussyah.
Rapat dihadiri seluruh Komisioner KPU Medan, Ketua Bawaslu Kota Medan Payung Harahap bersama para komisionernya, Plh Wali Kota Medan sekaligus Sekda Kota Medan Wiriya Alrahman, Ketua PDIP Medan Hasyim SE, Sekretaris Partai Gerindra Medan Hidayat Tanjung, Ketua PAN Medan HT Bahrumsyah, Ketua Golkar Medan Syaf Lubis, Ketua NasDem Medan Afif Abdillah dan para pengurus Partai Politik Pendukung Bobby-Aulia.
Rapat juga dihadiri para Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) tingkat Kota Medan.
Sebelum meninggalkan tempat acara, kepada awak media yang telah lama menunggu, Bobby Nasution mengucapkan terima kasihnya kepada para penyelenggara pemilu dan masyarakat Kota Medan.
“Alhamdulillah, kami berdua telah selesai mengikuti rangkaian terakhir dari Pilkada Medan 2020. Alhamdulillah, saya dan bang Aulia Rachman telah ditetapkan sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota (Medan) terpilih. Dan sore hari ini kami berdua tentunya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada penyelenggara pemilu dan masyarakat Kota Medan pada khususnya,” ucap Bobby didampingi Aulia Rachman.
Dikatakan Bobby, pihaknya berterima kasih karena walaupun berada ditengah situasi pandemi Covid-19, masyarakat Kota Medan masih menentukan pilihannya dalam memilih pemimpin Kota Medan. Selain itu, Bobby juga menyebutkan jika partisipasi pemilih Pilkada Medan juga meningkat bila dibandingkan Pilkada Medan sebelumnya.
“Alhamdulillah ini atas kerjasama kita semua. Dan saya berterimakasih kepada teman-teman media, yang selama ini sudah membantu dan meliput segala kegiatan. Baik kegiatan saya, kegiatan masa kampanye, dan ini memberikan pelajaran bagi masyarakat Kota Medan. Saya juga memohon maaf, mewakili pribadi maupun tim semuanya, apabila masa kampanye atau sosialisasi, kami ada kesalahan atau kekurangan,” ujarnya.
Bobby berharap, seluruh masyarakat Kota Medan seluruh stakeholder yang ada di Kota Medan dapat bersama-sama dan berkolaborasi dalam mewujudkan Kota Medan yang luar biasa, menuju Kota Medan yang berkah.
Target 100 Hari: Fokus Bekerja
Menjawab pertanyaan wartawan tentang fokus target kerja pasangan Bobby-Aulia dalam 100 hari kepemimpinannya nanti, Bobby menyampaikan, tidak ada target. Tetapi akan fokus bekerja menyelesaikan beragam persoalan di Kota Medan untuk satu periode kepemimpinan.
“Banyak PR yang harus kita lakukan. Sebenarnya 100 hari kerja, tidak terlalu ada. Karena kita dipilih sampai tahun 2024 nanti. Tapi ini yang jadi fokus kita ke depan, adalah menyelesaikan hal-hal yang benar-benar menjadi keluhan masyarakat,” kata Bobby.
Di antaranya masalah kebersihan, drainase Kota Medan yang buruk sehingga menyebabkan banjir, infrastruktur jalan yang kurang baik dan kualitasnya yang harus diperbaiki. Selain itu, Bobby juga akan menata birokrasi di Pemko Medan. Termasuk menekan penyebaran Covid-19 yang masih berlangsung.
“Tentu ini akan menjadi fokus kita di awal kepemimpinan. Dan untuk merealisasikan itu, kita harus berkolaborasi,” tuturnya.
Dalam mewujudkan program-program kerjanya, Bobby mengaku akan melibatkan seluruh partai partai politik yang ada. Sebab sebagai rekan kerja eksekutif di Pemko Medan, legislatif di DPRD Medan bukan hanya diisi oleh partai-partai politik pendukung Bobby-Aulia, yakni PDIP, Gerindra, PAN, Golkar, NasDem, Hanura, PSI dan PPP. Akan tetapi, DPRD Medan juga diisi oleh PKS dan Partai Demokrat.
“Tentunya kerja kami harus bergandengan dengan legislatif, meliputi semua partai yang duduk di DPRD, termasuk PKS dan Demokrat,” jawab menantu Presiden RI, Joko Widodo tersebut.
Seperti diketahui, Pilkada Kota Medan diikuti dua paslon, nomor urut satu adalah Akhyar Nasution – Salman Alfarisi (AMAN) yang didukung Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Paslon nomor urut dua Bobby Nasution – Aulia Rachman yang didukung PDI-P, Gerindra, PAN, PPP, PSI, Hanura, Golkar dan NasDem.
Muhammad Bobby Afif Nasution adalah suami dari Kahiyang Ayu, anak Presiden Jokowi. Sekarang mereka tinggal di Komplek Taman Setia Budi Indah (Tasbih) Blok LL – KK, Kota Medan. (map)
VAKSIN NUSANTARA: Mantan Menkes Terawan Agus Putranto (kanan) yang memprakarsai pengembangan Vaksin Nusantara dengan metode sel dendritik.
JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pengembangan Vaksin Nusantara —yang diprakarsai mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto— dengan metode sel dendritik autolog atau komponen sel darah putih, disebut menjadi yang pertama kali di dunia untuk Covid-19. Di luar negeri, metode ini sebelumnya digunakan untuk pengobatan penyakit melanoma atau kanker kulit.
VAKSIN NUSANTARA: Mantan Menkes Terawan Agus Putranto (kanan) yang memprakarsai pengembangan Vaksin Nusantara dengan metode sel dendritik.
“SEL DENDRITIK sudah lama dipakai. Di luar negeri untuk vaksin penyakit lain, bukan hal baru. Tapi karena ada Covid ini kita adopt. Di luar negeri untuk penyakit melanoma dan imun lainnya. Dengan sel dentritik hasilnya bagus. Di Indonesia ini baru pertama kita kenalkan. Kalau untuk Covid-19 bisa dibilang pertama kali di dunia,” kata dosen dan peneliti Vaksin Nusantara, Dr. Yetty Movieta Nency, di RSUP Kariadi Semarang, Kamis (18/2).
Ia menjelaskan penelitian Vaksin Nusantara menggunakan metode sel dendritik autolog ini bersifat personal. “Sel dendritik autolog merupakan komponen dari sel darah putih yang dimiliki setiap orang lalu dipaparkan dengan rekombinan antigen protein S dari SARS-COV-2,” katanya.
“Prosedurnya dari subyek itu kita ambil sel darah putih kemudian kita ambil sel dendritik. Lalu di dalam laboratorium dikenalkan dengan rekombinan dari SARS-COV-2. Sel dendritik bisa mengantisipasi virus, lalu disuntikkan kembali. Komponen virus tidak akan masuk lagi ke tubuh manusia karena sel dendritik yang sudah pintar tadi,” ujarnya saat ditemuin
di RSUP Kariadi Semarang, Rabu (17/2).
Proses pengambilan sampel dendritik hingga menjadi vaksin memakan waktu inkubasi sekitar seminggu. Kemudian, sel dendritik yang telah mengenal antigen akan diinjeksikan ke dalam tubuh kembali. “Di dalam tubuh, sel dendritik tersebut akan memicu sel-sel imun lain untuk membentuk sistem pertahanan memori terhadap SARS COV-2,” ucapnya.
Aman dan Bersifat Personal
Kelebihan dari vaksin Nusantara ini selain dinilai aman dan halal juga bersifat personal. “Aman karena memakai darah pasien sendiri dan memicu tubuh sendiri untuk menimbulkan kekebalan. Jadi Insya Allah halal karena tidak mengandung komponen lain seperti benda-benda atau binatang,” ujar Yetty.
Ia mengungkapkan vaksin Nusantara bisa menjadi alternatif bagi pasien yang tidak masuk kriteria vaksinasi selama ini. “Salah satu alternatif untuk orang-orang yang tidak bisa masuk kriteria vaksin karena banyak dengan penyakit berat. Misalnya kanker, dengan dendritik dimungkinkan bisa vaksin,” lanjutnya.
Saat ini, penelitian vaksin buatan anak negeri ini telah memasuki uji klinis fase II yakni tahapan keamanan dan efektifitas yang bakal dilakukan kepada sebanyak 180 relawan. Proses persiapan uji klinis fase II dan rekruitmen relawan sedang dilakukan sembari menunggu izin penelitian dari BPOM turun.
“Setiap fase penelitian harus mendapatkan izin dulu dari BPOM. Ini sedang persiapan untuk rekruitmen relawan, screeningnya ketat syaratnya dalam kondisi sehat tidak ada riwayat penyakit berat. Sama dengan vaksin lainnya,” ujarnya.
Terkait keluhan subyek vaksinasi pada fase pertama, keluhan sistemik yang dirasakan 20 subyek yaitu: nyeri otot, nyeri sendi, lemas, mual, demam, menggigil.
Sebanyak 8 orang di antaranya mengalami keluhan lokal berupa nyeri lokal, kemerahan, pembengkakan, penebalan, serta gatal pada titik suntik. Namun semuanya bisa sembuh tanpa obat.
“Kesimpulan keamanan fase 1 adalah tidak didapatkan kejadian serious adverse event pada seluruh subjek fase 1. Pada pengamatan 4 minggu setelah vaksin semua subyek mengalami kenaikan titer AB yang bervariasi antar invididu/grup perlakuan,” ujar Yetty pada paparannya.
Diprakarsai oleh mantan Menkes Terawan Agus Putranto, penelitian Vaksin Nusantara dilakukan oleh tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip), RSUP Kariadi Semarang dan Balitbangkes Kemenkes serta bekerjasama dengan AIVITA Biomedical asal Amerika Serikat dalam penyediaan reagen.
Ke depannya, diharapkan pengerjaan Vaksin Nusantara bisa diproduksi di semua fasilitas kesehatan secara massal. “Diproduksi massal itu kit dan metodenya kita sosialisasikan ke beberapa institusi yang bisa mengerjakan serupa. Karena bersifat personal jadi kita ambil kita buat sesuai persyaratan yang ditentukan,” katanya.
Harga Murah dan Bersaing
Kelebihan lainnya, sel dendritik bersifat personal karena baru diproses setelah diambil dari masing-masing orang yang akan divaksin. Hal itu dapat menghemat produksi massal yang berpotensi adanya stok sisa dan terbuang. “Jadi pasien yang memang membutuhkan, baru dibuat maka akan menghindari adanya bahan-bahan dan stok yang tidak terpakai,” katanya.
Selain itu, pengelolaan vaksin dinilai cukup sederhana dan efisien karena dapat memotong biaya penyimpanan dan pengiriman, karena tidak membutuhkan alat penyimpanan dengan suhu -80 C.
“Karena kan mahal sekali, vaksin harus ada cooler box kalau dipindahkan ke tempat lain harus diatur suhunya, peralatannya mahal jadi yang bisa dipotong alur-alur seperti itu sehingga pemberian vaksin personalize ketika ada pasien yang mau vaksin baru diambil darahnya kemudian diolah itu menjadi efisien,” ujarnya.
Artinya, cocok untuk kondisi medis yang vaksin lain tidak bisa mencakupnya. Juga mudah diadaptasikan untuk patogen yang baru, misalnya virus mengalami mutasi.
“Targetnya produksi massal sekitar jutaan dosis, sebanyak-banyaknya. Tapi yang penting lolos uji dulu. Untuk itu, mohon support dan doanya,” tambahnya.
Menurutnya, bahan baku pengolahan Vaksin Nusantara cukup mudah dan bisa dikirim ke beberapa fasilitas kesehatan.
Harga Vaksin Nusantara diperkirakan sekitar 10 USD atau di bawah Rp140 ribu setara dengan harga vaksin-vaksin lainnya. “Kita harapkan metode ini bisa di-share ke beberapa tempat di Indonesia supaya bisa dibuat juga,” ungkapnya.
Diklaim Tahan Seumur Hidup
Sebelumnya, Tim Uji Klinis mengklaim Vaksin Nusantara bisa menciptakan antibodi atau daya kekebalan tubuh yang mampu bertahan hingga seumur hidup. Vaksin untuk virus corona (Covid-19) itu disebut akan membentuk kekebalan seluler pada sel limfosit T.
“Vaksin punya dokter Terawan ini dendritik bersifat T-cells, berarti sekali suntik berlaku seumur hidup. Sehingga secara pembiayaan pun lebih menguntungkan dan tidak menguras devisa negara, karena ini diproduksi dalam negeri,” kata anggota Tim Uji Klinis Vaksin Nusantara Jajang Edi Prayitno, Rabu (17/2).
Jajang juga menyebut, vaksin nusantara yang berbasis sel dendritik tidak akan mengalami penurunan fungsi manakala virus mengalami evolusi atau mutasi. Dengan temuan itu, Jajang menilai vaksin nusantara dapat digunakan bilamana muncul epidemi hingga pandemi baru di kemudian hari.
Saat ini, Vaksin Nusantara masih menunggu izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan sebelum memulai uji klinis fase II. Tim peneliti memastikan penapisan sukarelawan vaksin dipastikan ketat, yakni hanya mereka yang benar-benar sehat dan memenuhi kriteria.
Uji klinis fase I dilakukan pada Desember 2020 hingga akhir Januari 2021. Dari 27 subyek yang disuntik vaksin, sebanyak 20 orang mengeluhkan efek ringan sistemik, seperti nyeri otot, pusing, dan demam. Adapun delapan orang mengeluhkan efek ringan lokal, seperti kemerahan dan pegal-pegal. Namun, menurut tim peneliti, hal itu ialah efek umum vaksinasi dan dapat sembuh sendiri, tanpa membutuhkan pengobatan.
Publikasi Data Riset
Pakar biologi molekular Ahmad Rusdan Utomo menyebut, teknologi sel dendritik terbilang rumit sehingga tidak digunakan pada pengembangan vaksin COVID-19 lainnya. Diklaim, vaksin Nusantara merupakan vaksin COVID-19 pertama di dunia yang menggunakan teknologi ini.
Pengembangan teknologi sel dendritik menurut Ahmad sebenarnya dilakukan juga pada terapi kanker. Karenanya, publikasi data vaksin Nusantara dinilainya penting agar lebih bermanfaat. “Yang kita perlu lihat, coba ditampilkan datanya dulu. Itu kuncinya di situ,” katanya.
Ahmad Rusdan meminta Terawan tidak berlebihan dalam mengklaim vaksin Nusantara dapat menciptakan antibodi Covid-19 seumur hidup. Ia sendiri meragukan klaim itu mengingat vaksin Nusantara baru uji klinis fase 1.
“(Antibodi) vaksin seumur hidup? buktinya apa? baru fase 1 kok bisa klaim seumur hidup. Mohon jangan over claim, ndak baik itu untuk kultur ilmiah,” ujar Ahmad, Kamis (18/2).
Ahmad mengaku tidak mengetahui secara spesifik mengenai vaksin Nusantara. Sebab, dia menyebut tidak ada karya ilmiah yang dipublikasikan terkait vaksin itu. Saat ini, dia hanya mengetahui Terawan cs baru menguji vaksin Nusantara pada 30 relawan yang tidak diketahui secara spesifik siapa penerimanya, serta berapa persentase relawan yagn muncul antibodinya.
“Coba tolong Pak Terawan untuk dibuka data itu supaya bisa diverifikasi secara independen sebelum melanjutkan ke fase 2 atau bahkan 3,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ahmad mempertanyakan dari mana sumber pendanaan vaksin Nusantara garapan Terawan cs. Jika dari APBN, dia meminta Terawan mempublikasikan hasil penelitian fase 1 vaksin Nusantara kepada rakyat. “Minimal rakyat yang ilmuwan,” ujar Ahmad.
Pimpinan DPR Mendukung
Terpisah, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Sufmi Dasco Ahmad mendukung proses pengembangan Vaksin Nusantara yang sedang menjalani uji klinis fase II. Dasco mengatakan, vaksin Covid-19 yang diprakarsai mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Purtanto itu merupakan sebuah terobosan di tengah tingginya angka penularan Covid-19.
“Saya pikir, vaksin Covid-19 yang diprakarsai oleh dr Terawan ini kan bersifat personalized, menggunakan sel dendritik dan dapat diproduksi secara massal dalam waktu singkat,” kata Dasco dalam keterangan tertulis, Kamis (18/2).
“Ini sebuah terobosan dan inovasi yang ditawarkan anak bangsa, di tengah persoalan vaksinasi dan masih tingginya angka penularan virus COVID-19 di banyak negara,” ucap Dasco.
Dasco menuturkan, sejak program vaksinasi Covid-19 digulirkan Pemerintah, DPR telah mendorong adanya pengembangan vaksin yang dibuat dan dikembangkan oleh anak bangsa Indonesia. Politikus Partai Gerindra itu juga meminta semua pihak untuk mendukung pembuatan Vaksin Nusantara tersebut hingga betul-betul teruji klinis. “Kemudian secara efektif dapat menekan penyebaran virus, aman untuk masyarakat dan juga teruji kehalalannya,” ujar Dasco. (kps/cnn/bbs)
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Vaksinasi Covid-19 bagi tenaga kesehatan (nakes) di Sumatera Utara terus berjalan di berbagai kabupaten maupun kota. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Sumut, hingga 17 Februari 2021 tercatat sudah 70,3 persen dari total 72.451 nakes di Sumut telah disuntikkan Vaksin Sinovac.
Vaksinasi itu juga telah disuntikkan kepada para nakes yang telah berusia di atas 60 tahun maupun ibu yang sedang menyusui. Hal itu dilakukan setelah adanya persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
“Sampai saat ini sudah 70,3 persen yang divaksin,” kata Kepala Dinkes Sumut, Alwi Mujahit Hasibuan menjawab wartawan, Kamis (18/2).
Terkait ketersediaan Vaksin Sinovac saat ini, seiring terus berjalannya proses vaksinasi.
Alwi mengaku telah berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk pemenuhan kebutuhan vaksin di Sumut. “Kondisi vaksin relatif, tapi ini karena dapat dua dosis. Jadi kita sudah minta tambahan,” ucapnya.
Ia pun berharap, vaksinasi terhadap para nakes terutama di Kota Medan bisa dilakukan hingga 100 persen. Alasannya, jumlah nakes terbanyak berada di ibukota Provinsi Sumut itu. Begitu juga dengan kasus penyebaran Covid-19, Medan tercatat paling banyak warganya positif terpapar virus Corona.
Namun, vaksinasi terhadap nakes di daerah tetap terus digalakkan demi memutus mata rantai Covid-19 di Sumut. “Kita sudah dorong, ini mau keliling ke daerah. Tapi fokus kita tetap Medan. Karena kalau menyelesaikan vaksinasi terhadap nakes di Medan, berarti akan mendekati tuntas, karena banyaknya nakes dan tingginya angka kasus di Medan. Apalagi Medan, satu-satunya daerah yang masih zona merah,” pungkasnya.
Kasus Baru Sumut Mulai Turun
Sementara itu, kasus baru terkonfirmasi positif Covid-19 di Sumatera Utara (Sumut) mulai menurun. Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19 Sumut, hingga Kamis (18/2) sore bertambah 99 orang.
Jubir Satgas Penanganan Covid-19 Sumut, dr Aris Yudhariansyah menyampaikan, angka kasus positif memang mulai menurun secara perlahan. Kini, penambahannya kembali berada di bawah angka 100 orang. “Kasus baru positif mulai turun, sehari sebelumnya bertambah 128 orang saat ini berkurang menjadi 99 orang. Dengan penambahan tersebut, akumulasi kasus positif menjadi 23.335 orang,” ungkap Aris.
Disebutkan Aris, penambahan kasus baru positif tersebut didapatkan dari laporan 10 kabupaten/kota. Jumlah terbanyak diperoleh dari Medan 59 orang.
Sementara, sambung dia, angka kesembuhan kembali meningkat. Sebelumnya bertambah 111 orang, kini melonjak menjadi 151 orang yang didapatkan dari 5 kabupaten/kota. “Paling banyak didapatkan dari Medan 96 orang dan Deli Serdang 51 orang. Untuk akumulasinya 20.124 orang,” beber Aris.
Terkait angka kematian Covid-19, Aris menuturkan, bertambah 4 kasus baru dari Karo 2 orang, Medan 1 orang, dan Labuhanbatu Selatan 1 orang. Akumulasinya menjadi 798 orang meninggal. “Untuk angka suspek bertambah hanya 1 kasus baru, dan akumulasinya menjadi 646 orang,” sebutnya.
Aris menambahkan, dengan demikian angka penderita aktif Covid-19 saat ini berjumlah 2.314 orang. Dengan rincian, 580 isolasi di rumah sakit dan 1.833 orang isolasi mandiri. “Jumlah penderita aktif Covid-19 di Sumut juga mulai berkurang dibanding hari sebelumnya 2.469 orang,” tandas dia. (prn/ris)
Irjen Pol Panca Putra, akan menjadi Kapolda Sumut, menggantikan Irjen Pol Martuani Sormin.
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo melakukan mutasi dan promosi sejumlah pejabat tinggi (pati). Dalam mutasi kali ini, empat kepala kepolisian daerah (kapolda) diganti. Kapolda yang diganti tersebut untuk wilayah Sumatra Utara (Sumut), Lampung, Sulawesi Utara (Sulut), dan Papua.
Irjen Pol Panca Putra, akan menjadi Kapolda Sumut, menggantikan Irjen Pol Martuani Sormin.
Mutasi itu tertuang dalam Surat Telegram Kapolri Nomor: ST/318/II/KEP./2021, yang diterbitkan pada Kamis (18/2). Surat telegram tersebut ditandatangani atas nama Kapolri, oleh Asisten SDM Kapolri, Irjen Pol Sutrisno Yudi Hermawan.
Kapolda Sumut yang sebelumnya dijabat Irjen Pol Martuani Sormin, kini diserahkan kepada Irjen Pol Panca Putra. Irjen Pol Panca Putra sebelumnya menjabat Kapolda Sulut. Sementara Martuani Sormin dimutasi jadi Koorsahli (Koordinator Staf Ahli) Kapolri.
Untuk diketahui, Koorsahli Kapolri dijabat rangkap oleh salah satu Sahli Kapolri yang ditunjuk dengan Surat Keputusan Kapolri, berkedudukan di bawah Kapolri. Adapun Sahli merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan, terdiri dari sejumlah Perwira Ahli pada tingkat Mabes yang berada di bawah Kapolri.
Sahli Kapolri bertugas mengkaji dan menelaah secara ilmiah permasalahan di bidang sosial politik, sosial ekonomi, sosial budaya, keamanan dan manajemen yang berimplikasi pada tugas Polri, dan memberikan penalaran secara konsepsional kepada Kapolri sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan atau kebijaksanaan yang bersifat makro dan strategis.
Koorsahli Kapolri bertugas mengkoordinasikan sahli bidang dan bertanggung jawab kepada Kapolri dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolri.
Masih dalam Surat Telegram Kapolri tersebut, mantan Kapolda Sumut Komjen Pol Agus Andrianto yang sebelumnya menjabat Kabaharkam Polri, diangkat dalam jabatan baru sebagai Kabareskrim Polri.
Begitu juga Irjen Pol Paulus Waterpauw yang sebelumnya juga pernah menjabat sebagai Kapolda Sumut, diangkat dalam jabatan baru sebagai Kabaintelkam Polri dari jabatan sebelumnya sebagai Kapolda Papua.
Selain ketiganya, Kapolri juga melakukan mutasi terhadap sejumlah jabatan strategis di Institusi Polri lainnya.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono yang dikonfirmasi perihal pergantian jabatan ini membenarkannya. “Iya benar,” jawabnya singkat.
Sementara Kapolda Lampung yang sebelumnya dijabat Irjen Pol Purwadi Arianto, diserahkan kepada Irjen Pol Hendro Sugiatno. Purwadi digeser menjadi Pati Lemdiklat Polri.
Kapolda Sulut kini diserahkan kepada Irjen Pol Nana Sudjana yang sebelumnya dicopot sebagai Kapolda Metro Jaya karena kasus kerumunan di Petamburan, Jakarta.
Selanjutnya, Kapolda Papua kini dijabat Brigjen Pol Mathius D Fakhiri yang sebelumnya menjabat Wakapolda Papua. Jabatan Wakapolda Papua diserahkan kepada Kombes Pol Eko Rudi Sudarto yang sebelumnya Kabagopsnalev Korbinmas Baharkam Polri.
Sosok Irjen Pol Panca Putra
Panca Putra merupakan lulusan Akademi Kepolisian tahun 1990. Jenderal bintang dua tercatat memiliki banyak pengalaman di bidang reserse.
Panca Putra pernah tercatat sebagai Kapolres Banyumas dan Kapolres Tegal. Di tahun 2011, laki-laki kelahiran Medan ini pernah menjabat sebagai Wadirreskrimsus Polda Jateng. Kemudian di tahun 2012, dia menjabat sebagai Dirreskrimsus Polda Kalteng.
Di tahun 2017, Panca Putra pernah dipercaya sebagai Wadirtipidum Bareskrim Mabel Polri. Tak hanya itu, dia juga pernah dipercaya sebagai Direktur Penyidikan KPK di tahun 2018.
Di tahun 2020, Panca Putra di percaya menjabat sebagai Kapolda Sulut di tahun 2020. Kini, Panca Putra dipercaya menjabat sebagai Kapolda Sumut menggantikan Martuani Sormin. (mag-1/bbs)
SIDANG: Muhammad Wahyu, terdakwa kepemilikan ekstasi menjalani sidang dakwaan di PN Medan, Kamis (18/2).agusman/sumut pos.
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kasus kepemilikan 26 butir pil ekstasi dengan terdakwa Muhammad Wahyu (20) warga Jalan Pertanian Dusun II Desa Jambur Pulau Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdangbedagai mulai disidangkan di Ruang Cakra 9 Pengadilan Negeri (PN) Medan, Kamis (18/2).
SIDANG: Muhammad Wahyu, terdakwa kepemilikan ekstasi menjalani sidang dakwaan di PN Medan, Kamis (18/2).agusman/sumut pos.
Beragendakan dakwaan, saksi dan keterangan terdakwa terungkap bahwa barang bukti 10 butir pil ekstasi yang disebut Jaksa Penuntut Umum (JPU) Abdul Hakim dalam dakwaannya ternyata berjumlah keseluruhan 26 butir ketika terdakwa diamankan petugas kepolisian pada 22 juli 2020 lalu.
Fakta tersebut terungkap berdasarkan keterangan saksi, Rahmad Hidayat yang merupakan anggota polisi bertugas di Ditresnarkoba Narkoba Polda Sumut saat dihadirkan di dalam persidangan. “Berapa barang buktinya yang didapat dari terdakwa?,” tanya ketua majelis hakim, Denny Lumban Tobing kepada saksi.
Menjawab pertanyaan itu, saksi Rahmad menyampaikan bahwa petugas berhasil mengamankan barang bukti 26 butir pil ekstasi dari penangkapan terhadap terdakwa. “Barang buktinya 26 butir, Pak Hakim,” jawab saksi.
Mendengar jawaban itu, majelis hakim lantas mempertanyakan jumlah barang bukti yang sebenarnya kepada JPU Abdul Hakim karena tak sesuai dengan jumlah yang disebutkan dalam dakwaan atas perkara tersebut.
“Gimana ini pak jaksa? Keterangan saksi 26 butir, 16 butir lagi ke mana? karena dakwaan mu ini cuma 10 butir,” tegas Denny.
Menanggapi pertanyaan majelis, JPU Abdul Hakim mengatakan bahwa sisa 16 butir ekstasi tersebut di sisihkan untuk keperluan Laboratorium. Namun majelis hakim spontan mencerca JPU dengan pertanyaan dan penjelasan tentang raibnya barang bukti 16 butir ekstasi dari dalam dakwaan yang disampaikan dalam sidang.
“Nggak bisa begitu Pak Jaksa, kalau memang barang buktinya 26 butir buat dakwaan, harusnya 26 butir juga,” tegasnya lagi.
Seolah kebingungan menyampaikan penjelasan, JPU Abdul Hakim berdalih bahwa jumlah barang bukti dalam dakwaan itu salah ketik. “Salah ketik itu, yang mulia,” kelitnya.
Tanpa panjang lebar majelis hakim kemudian mengkonfrontir keterangan saksi dalam persidangan itu kepada terdakwa Muhammad Wahyu yang hadir secara virtual.
“Wahyu, bagaimana keterangan saksi ini? Apa benar 26 butir ekstasi yang diamankan dari kau?,” tanya majelis hakim kepada terdakwa.
Menjawab pertanyaan majelis hakim, terdakwa pun membenarkan keterangan saksi bahwa dirinya ditangkap membawa 26 butir pil ekstasi.
“Benar, Pak hakim. 26 Butir, Pak,” aku terdakwa dalam persidangan. Usai mendengar keterangan saksi maupun terdakwa, majelis hakim kemudian menunda persidangan untuk dilanjutkan kembali pada pekan depan dengan agenda tuntutan.(man/azw)
SIDANG: Zulfikar, terdakwa kasus ganja menjalani sidang dakwaan secara virtual, Kamis (18/2).agusman/sumut pos.
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Zulfikar alias Zul Bin Achmad Lesmana (41) warga Jalan Bunga Raya, Asam Kumbang, Medan, terancam pidana mati. Pasalnya, dia didakwa menyimpan 139 kilogram (kg) ganja asal Aceh, dalam sidang virtual di Ruang Cakra 3 Pengadilan Negeri (PN) Medan, Kamis (18/2).
SIDANG: Zulfikar, terdakwa kasus ganja menjalani sidang dakwaan secara virtual, Kamis (18/2).agusman/sumut pos.
Jaksa penuntut umum (JPU) Ramboo Sinurat menguraikan dalam dakwaannya, berawal pada Mei 2020 menerima tawaran pekerjaan dari Samsul (DPO) untuk bisnis narkotija jenis ganja.
Pada Juni 2020, Samsul menghubungi terdakwa bahwa mobil bermuatan ganja sedang dalam perjalanan dari Gayo Luwes, Aceh untuk menyimpan ganja tersebut.
Selanjutnya terdakwa menghubungi Putra alias Puput (DPO), Suria Agus Tami, dan Salamuddin (masing-masing penuntutannya dilakukan secara terpisah) untuk membantu menurunkan barang berupa ganja di sekitaran Gudang Kapur, Asam Kumbang.
“Sekira jam 22.00 Wib mobil bermuatan ganja tersebut datang ke Gudang Kapur, selanjutnya Puput (DPO), saksi Surya Agus Tami dan saksi Salammudin menurunkan barang yang bermuatan ganja sebanyak 7 karung,” sebut JPU, di hadapan Hakim Ketua, M Ali Tarigan.
Lebih lanjut, setelah menerima ganja sebanyak 7 karung tersebut, kemudian Puput, Surya Agus Tami dan Salammudin menggali tumpukan kapur di Gudang Kapur dengan menggunakan cangkul untuk mengeluarkan 5 box plastik yang sudah tertanam di Gudang kapur.
Ganja yang telah dibuka oleh terdakwa lainnya, lalu dimasukkan ke dalam 5 boks plastik tersebut. Setelah dikubur kemudian Puput memberitahukan kepada terdakwa bahwa jumlah ganja yang dikubur sebanyak 150 bungkus.
Kemudian pada September 2020, Samsul Kembali menelepon terdakwa bahwa akan ada pengiriman ganja kembali. Lalu terdakwa menghubungi Puput, Tami dan Salammudin untuk mengubur kembali ganja yang berjumlah 98 bungkus. Selanjutnya, pada 8 November 2020, kembali masuk ganja dari Samsul, dan mengubur sebanyak 167 bungkus.
“Malam harinya Samsul menelepon terdakwa bahwa akan ada orang yang akan mengambil ganja dan diminta menyiapkan 18 ganja, untuk diserahkan kepada orang yang tidak dikenal,” urainya.
Singkat cerita, Agus Tami kemudian diajak terdakwa ke arah jalan Pinang Baris, karna terdakwa telah mengetahui bahwa rumah Puput di grebek oleh petugas polisi. Kemudian sekira pukul 22.00 Wib terdakwa beserta ketiga saksi lainnya ditangkap oleh petugas Badan Narkotika Nasional (BNN) yang sebelumnya telah mendapat informasi dari masyarakat.
Setelah dilakukan pengeledahan ditemukan 5 buah container box dan 2 bungkus kantong plastik yang di dalamnya berisi 136 kotak yang dilapisi lakban coklat berisi narkotika jenis ganja dengan berat kurang lebih 139.779,2 gram.
“Perbuatan terdakwa sebagimana diatur dan diancam Pidana dalam Pasal 114 Ayat (2) Jo Pasal 132 ayat (1) UU RI No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,” pungkasnya.
Usai pembacaan dakwaan, majelis hakim menunda persidangan hingga pekan depan dengan agenda mendengarkan keterangan saksi. (man/azw)
MEDAN, SUMUTPOS.CO- Mengawali tahun 2021, PLN mencatat Rasio Elektrifikasi (RE) di Sumatera Utara mencapai 99,99%. Capaian ini juga diikuti oleh peningkatan Rasio Desa Berlistrik (RDB) di Sumut mencapai 98,66%.
GM PLN UIW Sumut M Irwansyah dan Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan, bersama perwakilan 9 desa, foto bersama.
Sebelumnya, RE di wilayah Sumatera Utara pada tahun 2016 sebesar 93,70% dan mengalami peningkatan yang signifikan hingga akhir tahun 2020. Sementara untuk RDB di wilayah Sumatera Utara pada tahun 2017 sebesar 95,89% dan hingga awal Januari 2021 terjadi peningkatan sebesar 2,77%.
Terbaru, sembilan dusun di Kabupaten Tapanuli Utara telah teraliri listrik, salah satunya Dusun Torhonas, Desa Pardamean Nauli, Kecamatan Adian Koting, Tapanuli Utara. Kini aktivitas masyarakat dapat lebih mudah dan nyaman, terutama dalam kegiatan belajar dan beribadah serta roda perekonomian dapat meningkat.
Peresmian penyambungan Listrik Pedesaan dilakukan oleh General Manager PLN UIW Sumatera Utara, M Irwansyah Putra dan Bupati Tapanuli Utara, Nikson Nababan. Sembilan dusun yang kini dapat menikmati listrik meliputi Limus, Lobu Haminjon, Lobu Jambang, Siantar Naipospos, Batu Lamak, Torhonas, Bagot, Huta Silalahi, dan Dusun Sitandiang.
Pada tahun 2020, tepat pada peringatan HUT RI ke-75 tanggal 17 Agustus, Irwansyah bersama Bupati Nias Selatan Hilarius Duha juga telah meresmikan listrik pedesaan di Desa Fanedanu, Sisiwa Ewali, Lolozukhu, Kecamatan Ulu Idanotae, Desa Na’ai dan Hilisaoto di Kecamatan Siduaori, Desa Sinar Susua, Kecamatan Somambawa dan Desa Hiliorahua Tasua, Kecamatan Susua, Kabupaten Nias.
Irwansyah menjelaskan bahwa persemian tersebut merupakan bagian dari langkah PLN dalam mewujudkan keadilan energi di Indonesia, khususnya di wilayah Sumatera Utara. “Sebagai badan usaha pengelola kelistrikan nasional, PLN terus menjalankan anamah negara untuk meningkatkan rasio elektrifikasi di seluruh penjuru Indonesia. Salah satunya penyambungan listrik di daerah yang sulit terakses melalui program Listrik Pedesaan (Lisa),” paparnya.
Pada Agustus 2020 PLN telah melakukan ekspedisi terangi negeri di Kepulauan Nias Selatan. Selama 14 hari, tim dari Unit Pelaksana Proyek Ketenagalistrikan (UP2K) PLN UIW Sumatera Utara melakukan survey di 36 desa, 7 kecamatan dan 20 pulau sebagai bahan perencanaan dalam meningkatkan rasio desa berlistrik di Sumatera Utara.
Secara konsisten PLN akan terus melakukan perencanaan dan pembangunan listrik pedesaan untuk menerangi 14,8 juta jiwa di 33 kabupaten atau kota di Sumatera Utara. Selama 2020 PLN melalui Unit Induk Wilayah (UIW) Sumatera Utara berhasil melakukan penyambungan listrik di 96 Dusun untuk memenuhi kebutuhan dari total sekitar 8 ribu pelanggan. Per Januari 2021 PLN telah melistriki 6.028 desa di Sumatera Utara.
Provinsi Sumatera Utara memiliki luas 72.981,23 km2 yang terdiri dari kawasan pesisir, pegunungan Bukit Barisan, hingga kepulauan Nias. Dalam pembangunan listrik pedesaan di Sumatera Utara kendala yang dihadapi adalah kondisi geografis yang cukup ekstrim. Namun, dengan kerja keras dan dukungan dari seluruh insan PLN dan stakeholder, proses pembebasan lahan, mobilisasi material, hingga konstruksi jaringan dapat berjalan lancar. “Dengan konsistensi, kerja sama dan dukungan dari segala pihak yang terlibat, saya yakin program Sumatera Utara terang bukan lagi mimpi,” pungkas Irwansyah. (ila)
TERSANGKA: Tiga tersangka pelaku pemerasan dan perampokan dengan modus jasa seks di Michat ditangkap dan dipaparkan Polsek Medan Baru, Kamis (18/2)
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tim Khusus Anti Bandit Reserse Kriminal Kepolisian Sektor (Tekab Reskrim Polsek) Medan Baru amankan tiga pelaku rampok modus aplikasi prostitusi ‘Michat’ di Jalan KH Wahid Hasyim, Medan, Sabtu (13/2), sekira pukul 13.30 WIB. Ketiganya berinisial MSAS (21), warga Jalan Klambir V Medan, RHN alias Bunga, Perempuan (25) warga Sei Mencirim Medan, dan SP alias Botak (21) warga Gajah Mada Medan.
TERSANGKA: Tiga tersangka pelaku pemerasan dan perampokan dengan modus jasa seks di Michat ditangkap dan dipaparkan Polsek Medan Baru, Kamis (18/2)
Kapolsek Medan Baru Kompol Aris Wibowo melalui Kanit Reskrim Iptu Irwansyah Sitorus, Kamis (18/2) menjelaskan cara pelaku melakukan aksinya. Menurutnya, pertama kali korban (tidak disebutkan namanya, red) melakukan chatingan melalui aplikasi ‘Michat’ kepada pemilik aplikasi atas nama Clarisa. Setelah itu pelaku menyuruh korban untuk datang dan bertemu di Hotel Cherry Garden, kamar Nomor 26 yang berlokasi di Jalan KH Wahid Hasyim, Medan.
Atas kesepakatan itu, papar Irwansyah, korban datang menemui pelaku. Sesampai di hotel tersebut korban masuk ke dalam kamar Nomor 26 yang telah disepakati. Sesampai di dalam kamar ternyata orang yang ada di dalam kamar tidak sama dengan foto pemilik aplikasi Michat atas nama Clarisa itu.
Pada saat korban masuk ke dalam kamar, lanjutnya, kondisi kamar dalam keadaan mati lampu. Dikarenakan orang yang ditemui korban tidak sesuai dengan foto, akhirnya korban menjelaskan kepada kedua pelaku perempuan untuk membatalkan perjanjian itu.
“Atas pernyataan korban, kedua perampokan yang diketahui bernama Lia dan Bunga tidak mau dan bahkan memaksa korban untuk memberikan uang pembatalan sebesar Rp500.000, namun karena korban tidak mau, akhirnya terjadi percekcokan antara korban dengan pelaku Lia dan Bunga di kamar tersebut,” bebernya.
Para pelaku, lanjut Irwansyah, melakukan kekerasan terhadap korban dan juga pengancaman. “Dengan terpaksa, akhirnya korban menyerahkan uang sebesar Rp400.000 kepada pelaku,” terangnya.
Namun, tambahnya, para pelaku tak puas dan kembali melakukan kekerasan kepada korban. Di mana pada saat kejadian tersebut pelaku Bunga langsung merampas satu buah kalung emas milik korban dari lehernya. Setelah mengambil kalung emas, pelaku langsung pergi untuk menjualnya ke Toko Emas di Jalan Sei Sikambing Medan.
“Emas itu dijual seharga Rp2 juta. Kepada korban, para pelaku hanya mengembalikan uang sebesar Rp250.000 dan handphone,” jelas Irwansyah lagi.
Setelah itu, katanya lagi, pelaku membolehkan korban untuk pulang, setelah korban pulang, para pelaku pergi ke Lapangan Gajah Mada Medan dan membagi-bagikan uang hasil penjualan kalung emas milik korban.
Menindaklanjuti laporan korban, petugas Polsek Medan Baru datang ke Hotel dan mengamankan pelaku. Petugas juga menemukan uang hasil penjualan kalung emas sebesar Rp700.000 dari pelaku.
“Pelaku dan barang bukti dibawa ke Mapolsek Medan Baru guna pemeriksaan lebih lanjut,” pungkasnya. (mag-1/azw)
Kawasan Industri Kuala Tanjung di Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara, diinisiasi menjadi sebuah kawasan unggul dengan berbagai industri dan fasilitas pendukung.
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kawasan Industri Kuala Tanjung yang terletak di Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara, awalnya dirancang menjadi Hub Pelabuhan Internasional bagian Barat. Belakangan, ia diinisiasi menjadi sebuah kawasan unggul dengan berbagai industri dan fasilitas pendukung. Saat ini, Kuala Tanjung memiliki masa depan yang cerah dan menjanjikan.
Letak geografis trategis yang langsung menghadap ke Selat Malaka, sangat mendukung potensi Kuala Tanjung menjadi Kawasan Industri dan pelabuhan yang maju. Bahkan dinilai mampu menyaingi kawasan Tanjung Priok Jakarta.
Pengamat Ekonomi Sumut dari Universitas Sumatera Utara (USU), Wahyu Ario Pratomo, menyebutkan Kawasan Industri Kuala Tanjung (KIKT) memiliki peran penting bagi pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara, maupun Republik Indonesia.
“Kalau kawasan ini bisa berkembang, ini akan sangat luar biasa. Karena ekonomi akan maju. Dan tentunya menciptakan lapangan usaha baru dan mampu menyerap tenaga kerja yang lebih besar,” ujar Wahyu Ario.
Wahyu yang juga Regional Econom Kementerian Keuangan Sumut ini menyebutkan, Batubara termasuk kabupaten yang kontribusinya terhadap PDRB Sumut cukup besar, bahkan masuk 5 besar di Sumut. Jika dipilah lagi, sumbangan terbesar Kabupaten Batubara bersumber dari perusahaan-perusahaan yang ada di sana.
“Artinya kontribusi perusahaan seperti Wilmar, Pelindo dan Inalum sangat besar bagi PDRB Kabupaten Batubara dan Provinsi Sumut,” ujar Wahyu pekan lalu
Wahyu juga menyebutkan, jika KIKT ini sudah berkembang dan terdapat berbagai industri, akan memberikan multiplier efek yang cukup besar bagi Batubara dan Sumatera Utara. Karena akan ada tumbuh ekonomi baru di sekitarnya, seperti munculnya rumah makan, real estate, perdagangan, jasa, mal, hotel dan sebagainya.
“Kalau sudah berkembang, ini akan mengundang banyak orang datang ke Batubara, sehingga perekonomian di Batubara akan mengalami lonjakan. Kalau melonjak, tentunya multiplier efeknya akan semakin besar lagi. Karena kan, ujung-ujungnya dikonsumsi. Kalau konsumsinya tinggi, maka investor akan masuk lagi. Sehingga perekonomian di kawasan tersebut akan terus berputar,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Wahyu, ini akan memicu lahirnya kawasan strategis baru dan pertumbuhan ekonomi baru di luar Mebidangro (Medan-Binjai-Deliserdang-Karo). Akan ada Simalungun-Batubara-Asahan. Ini seperti segitiga emas.
Menurutnya, jasa-jasa akan meningkat, seperti jasa perbankan, pendidikan, kesehatan, dan jasa-jasa lainnya akan muncul. Jadi semua itu akan bergerak.
“Industri pengolahan bisa menggerakkan usaha tersier seperti perdagangan, hotel, restoran, keuangan, dan jasa lainnya. Pendidikan dan kesehatan juga akan bergerak, karena memiliki daya tarik yang kuat,” tegasnya.
Namun demikian, Wahyu mengatakan, hal tersebut bisa terwujud apabila semua infrastruktur, serta sarana dan prasarana yang diberikan untuk kawasan khusus tersebut tersedia dan bisa dipenuhi.
Untuk infrastruktur, hampir rampung dan dipastikan sudah tersedia. Namun tidak hanya sekadar infrastruktur jalan, tetapi juga infrastruktur lainnya seperti jaminan pasokan listrik maupun gas. Kemudian sarana prasarana pendukung lainnya seperti telekomunikasi, perumahan, rumah sakit, sekolah juga harus sudah dimulai disiapkan di sekitaran kawasan tersebut.
“Harusnya ini sudah disambut. Siapa yang mau investasi sudah bisa disegerakan. Memang investasinya pasti besar. Investasi besar itu tidak harus selalu uang pemerintah. Swasta pasti akan tertarik kalau ada jaminan dari pemerintah selaku regulator,” ujarnya.
Wahyu menyebutkan, jaminan yang dibutuhkan para investor antara lain jaminan pengurusan perizinan, mendapatkan insentif khusus terutama perpajakan, jaminan mendapatkan bahan baku, dan lainnya.
“Selama ini yang sering menjadi kendala, adanya oknum-oknum di perizinan yang membuat investor enggan masuk. Begitu juga dengan insentif perpajakan dan fasilitas yang dijanjikan, harus dilaksanakan sesuai dengan implementasinya.
Harusnya karena ini di sebuah Kawasan Ekonomi Khusus, maka perlakuannya juga benar-benar khusus, bukan persyaratan dan ketentuan berlaku,” ujarnya.
Pengamat ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo dan Prof. Bachtiar Hasan Miraza.
Perlu Insentif Bagi Investor
Sementara itu, pengamat ekonomi senior Sumut Prof. Bachtiar Hasan Miraza juga sependapat bahwa Kawasan Industri Kuala Tanjung dapat menjadi kebanggaan masyarakat Sumatera Utara dan Provinsi Sumatera Utara sendiri.
Menurutnya, dengan adanya perusahaan-perusahaan besar di Kuala Tanjung, maka akan menjadi pemicu lahirnya industri-industri lain yang mampu membuka lapangan kerja serta meningkatkan perekonomian bagi Provinsi Sumatera Utara khususnya Kabupaten Batubara.
Apalagi, lanjutnya, Sumatera Utara memiliki potensi pertanian, perkebunan dan industri yang didukung sarana transportasi tersedia cukup, pelabuhan laut dan bandara internasional, serta jasa-jasa pendukung lainnya.
“Peluangnya cukup besar dan baik sekali, jika ketiga sektor berjalan dalam satu arah sehingga saling mengisi. Namun tantangannya, dapatkah pemerintah daerah menciptakan iklim usaha yang kondusif. Sehingga investor ketiga sektor bisa bekerja efisien dan produktif. Perkebunan dan pertanian mendukung sektor industri,” ujarnya.
Guru Besar Fakultas Ekonomi USU ini mengatakan, potensi Kawasan Industri Kuala Tanjung ini sangat besar dan luas, namun tinggal bagaimana kebijakan dan regulasi dari pemerintah daerah itu dilaksanakan dengan benar serta memberikan insentif khusus kepada para investor.
“Kebijakan dan regulasi sudah cukup. Niat pemerintah juga sudah jelas. Tinggal insentif dan jaminan kepastian bagi investor saja. Yang penting beri insentif non-ekonomi seperti iklim usaha yang aman, sehingga investor bekerja dengan tenang. Percayalah, bagaimanapun Sumatera Utara berpotensi, jika insentif non-ekonomi tidak ada, investor tidak akan datang. Potensi tidak menjamin investor datang,” tegasnya pekan lalu.
Menurut Prof. Bachtiar Hasan Miraza beberapa perusahaan besar di Kuala Tanjung yang sudah memiliki reputasi baik bisa dijadikan sebagai modal untuk menarik investor baru.
Menurutnya, pemerintah harus memberikan pelayanan dan insentif kepada perusahaan-perusahaan yang sudah ada agar berkembang lebih baik sebagai promosi untuk menarik investor mendirikan industri di Kuala Tanjung. Karena pelayanan yang baik kepada industri yang sudah ada menjadi ukuran untuk menarik minat investor datang dan mendirikan industri baru.
“Pelayanan yang baik kepada industri yang ada menjadikan kinerja mereka membaik. Kinerja yang baik akan mendorong masuknya investor baru,” pungkasnya. (rel)