24 C
Medan
Saturday, December 20, 2025
Home Blog Page 4684

Daftar Nominatif Eks Lahan PTPN II Janggal & Banyak Tak Berhak, Tanah Harus Dikembalikan ke Rakyat

Ilustrasi
Ilustrasi

SUMUTPOS.CO – Daftar nominatif eks lahan PTPN II yang dikeluarkan Badan Pertanahan Nasional (BPN) Sumut dengan alokasi peruntukan seluas 5.873,06 hektare dinilai aneh dan janggal. Bahkan, diduga kuat banyak tak berhak menerima lahan yang berada di Deliserdang, Binjai, Serdang Bedagai (Sergai) dan Langkat.

Salah satu tokoh masyarakat Deliserdang, Kamisan Ginting mengatakan, daftar nominatif sebagian besar yang tercatat bukan orang yang berhak. Anehnya, di dalam daftar tersebut disebutkan ketika terjadi sesuatu hal, maka BPN tidak bertanggungjawab. Artinya, BPN sendiri pun ragu.

“Di dalam daftar nominatif ada poin yang disebutkan, bawah untuk selanjutnya berkenaan dengan lahan yang dihapusbukukan eks PTPN II tidak lagi bertanggungjawab dikemudian hari, apabila ada tuntutan sesuai nama dan lokasi daftar nominatif. Istilahnya, dikasih ke orang tapi tidak bertanggungjawab ketika terjadi tuntutan. Makanya, sangat janggal daftar nominatif yang dibuat,” ungkap Kamisan didampingi Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Deliserdang, saat diwawancari di Medan, akhir pekan lalu.

Disebutkan Kamisan, dalam daftar nominatif yang dibuat BPN Sumut dan PTPN II, rakyat yang menggarap dari nenek moyangnya hanya ada segelintir saja. Sedangkan yang tidak pernah menggarap tetapi memiliki uang banyak, anehnya ada didaftar tersebut (lihat grafis). “Daftar nominatif yang dibuat itu, semasa jabatan Tengku Erry Nuradi (mantan Gubernur Sumut). Daftar itu jelas cacat (hukum),” ucap Kamisan yang juga Ketua Lembaga Pemulihan Hak-hak Tanah Rakyat (LPHTR) Sumut.

Diakui dia, lahan eks PTPN II tersebut memang untuk pemerintah perlu demi pembangunan. Akan tetapi, rakyat selaku penggarap yang sudah puluhan tahun harap diperhatikan.

“Dahulukan rakyat yang memiliki haknya. Kalau tidak penuh, paling tidak separuhnya dikasih ke rakyat dong. Ini tidak, yang diselesaikan untuk mereka yang memiliki uang banyak. Rakyat dikasih tetapi harus membayar sekitar Rp100 ribu lebih per meter, dari mana uangnya? Kalau begitu mendingan tak usah menggarap, tinggal beli saja. Jadi, tanah rakyat kembalikan ke rakyat,” tegas Kamisan.

Ia mengaku, berdasarkan daftar nominatif itu juga, lahan yang diperuntukkan kepada rakyat ada yang masih memiliki alas hak. Namun, ada juga yang tidak ada alas hak tetapi sudah dikuasai secara terus-menerus. Sebab, bagaimana mungkin karena alas haknya telah diambil oleh aparat ketika terjadi G30S PKI.

“Seharusnya dipilah-pilah yang mana harus membayar? Kok rakyat yang menggarap dari nenek moyangnya, tapi harus membayar juga? Percuma saja selama puluhan tahun digarap tetapi bayar, jelas enggak masuk akal. Namun, kalau kepada instansi yang mau terhadap lahan pada peruntukan RUTRWK (Rencana Untuk Tata Ruang Wilayah/Kota), maka wajar saja. Tapi, asalkan jangan ada tanah rakyat di sana,” paparnya.

Kamisan menyatakan, informasi yang diperolehnya bahwa Gubernur Sumut Edy Rahmayadi tidak setuju dengan daftar nominatif tersebut. Untuk itu, diharapkan saat ini bisa membatalkannya karena memiliki kewenangan. Akan tetapi, tidak mudah untuk dibatalkan karena sudah ada surat dari Menteri BUMN, PTPN II dan lainnya. “Maka dari itu, kita minta kepada Gubernur Sumut sekarang ini harus hati-hati merumuskan hapus buku selanjutnya, jangan sembarangan diberikan begitu saja,” ujarnya.

Sementara, sambung Kamisan, kepada pemerintah pusat dalam hal ini Menteri BUMN untuk menyerahkan tanah tersebut kepada rakyat tanpa ada pembayaran. “Kalau memang dihapusbuku maka cukup itu saja, tidak ada embel-embel di belakangnya atau ganti rugi. Sangat aneh rakyat harus membayar tanahnya yang sudah digarap oleh nenek moyangnya puluhan tahun,” tegasnya lagi.

Ia menceritakan PTPN II itu adalah penggabungan PTP IX dan PTP II. Semula, pada tahun 1948 ada penyerahan kekuasaan tanah dari Belanda ke NKRI. Ketika itu, wilayah Sumut masuk ke dalam wilayah Sumatera Timur namun tidak mau ikut merdeka. Ada pergerakan dari kelompok yang dipimpin oleh Dr Mansyur karena ingin mendirikan Negara Sumatera Timur (NST).

“Kenapa tidak mau ikut merdeka, alasannya karena memiliki tanah dan tanah kami tidak pernah dijajah Belanda. Belanda hanya menyewa tanah yang berjumlah sekitar 250 ribu hektar, mulai dari Sungai Ular di kawasan selatan sampai ke Sungai Wampu di daerah Langka,” ulasnya.

Dari 250 ribu hektare yang disewakan tersebut, hasil uang yang diperoleh untuk membiayai kesultanan masing-masing. Misalnya, tanah tersebut terletak di kawasan Deli Serdang maka untuk Kesultanan Deli. Begitu juga daerah Langkat, maka untuk Kesultanan Langkat. “Itulah kata Dr Mansyur, sehingga tidak mau ikut bergabung dengan NKRI. Akan tetapi, akhirnya pada tahun 1951 terjadilah kesepakatan antara pemerintah pusat dengan Dr Mansyur. Selanjutnya, diberikanlah oleh masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Dr Mansyur seluas 125 ribu hektar. Pemberian berdasarkan SK Mendagri Nomor 12/1951 dan Ketetapan Gubernur Sumut Nomor 36/1951, yang dikatakan ‘Tanah Suguan’ dan dikeluarkan SKTPSL (Surat Keterangan Pembagian Sawah Ladang),” terangnya.

Diutarakan Kamisan, pada umumnya warga yang memiliki tanah tersebut kebanyakan suku Melayu. Namun, ada juga orang dari Pulau Jawa yang melebur dengan Melayu dengan rata-rata kepemilikan tanah sekitar 2 hektar. Pembagiannya dilakukan selama 3 tahun berikutnya mulai 1952 hingga 1954.

“Akan tetapi, ternyata disana-sini tanah tersebut masih bermasalah hingga kemudian datang tuntutan dari para karyawan PTP IX. Sebab, mereka kesejahteraannya tidak ada sehingga ribut meminta tanah. Karenanya, ketika itu dibentuklah oleh Gubernur Sumut Kantor Re-organisasi Pendaftaran Tanah (KRPT) Sumatera Timur. Kantor tersebut dibangun dengan luas tidak lebih dari 1 hektar karena sebelumnya merupakan lahan kebun sayur karyawan tersebut. Namun, hingga 1956/1957 ternyata tanah 125 ribu hektar tersebut terus berkurang dan terjadi gejolak hingga 1960. Meskipun, sempat mereda pada tahun 1958,” jabar Kamisan.

Selanjutnya, pada tahun 1960 dibentuklah Badan Pelaksana Penyelesaian Sengketa Tanah Perkebunan Sumatera Timur (BPPST). Di dalam lembaga tersebut dilibatkan berbagai instansi terkait, hingga kemudian dikeluarkan tanah 125 ribu hektar itu. “Meski dikeluarkan tanah itu tetapi fisiknya tetap dikuasai oleh PTP IX. Seiring berjalannya waktu hingga tahun 1965 terjadilah G30S PKI, sehingga tanah itu diambil alih dan surat-surat yang dimiliki rakyat ditarik oleh aparat,” tutur Kamisan.

Ia melanjutkan, pada tahun 1982 dikeluarkan hapus buku kepemilikan tanah seluas 9.050 hektar dari 125 ribu hektar. Kemudian dikeluarkan lagi tetapi tidak mengetahui persis berapa hektar hingga tahun 2000.

“Singkat cerita, pada tahun 2000 luas lahan PTPN II dalam perhitungan tanah yang dimiliki perusahaan BUMN hanya 43.116,51 hektar. Anehnya, permohonan PTPN II ke Kepala BPN untuk menerbitkan surat lahan seluas 59.796,9700 hektar ketika diperpanjang. Hal ini membuat PTPN II menguasai tanah lebih dari ketentuan yaitu 16.680,46 hektar,” cetusnya.

Kata Kamisan, masyarakat menjadi bingung kenapa bisa bertambah luas tanahnya. Untuk itulah, mempermasalahkan kenapa bisa bertambah jumlahnya dari 43 ribu lebih hektar menjadi hampir 60 ribu hektar. “Kenapa bisa bertambah dan sudah mempertanyakan kepada Tengku Rizal Nurdin, Gubernur Sumut ketika itu lantaran tanah warga semakin berkurang akibat bertambah luas tanahnya. Oleh sebab itu, dibentuklah Tim B Plus untuk menyelesaikan konflik tanah tersebut. Persoalan ini juga dibahas di DPR RI hingga dibentuk Pansus guna menyelesaikan masalahnya,” bebernya.

Kamisan menyatakan, Pansus DPR RI yang menangani persoalan tersebut berpendapat sekitar 19 ribu lebih hektar dari 60 ribu hektar tanah milik PTPN II adalah tanah milik rakyat. Akan tetapi, tetapi realisasinya tidak berjalan. Bahkan, sekitar 5 ribu lebih hektar dari bagian 19 ribu hektar milik rakyat tak kunjung tuntas sampai sekarang.

“Makanya, daftar nominatif yang dibuat, rakyat selaku pemilik tanah hanya sebagian kecil yang mendapatkan haknya. Malahan, yang mendapatkan institusi pemerintah, oknum-oknum pejabat dan pengusaha,” tukasnya.

Senada disampaikan salah seorang warga Desa Bangun Sari, Tanjung Morawa, Deliserdang, Ahmad Sajib (65). Ia mengaku telah puluhan tahun tinggalnya saat ini, berdasarkan warisan nenek moyangnya. “Saya merupakan salah satu yang berhak mendapatkan eks lahan PTPN II, akan tetapi tidak dimasukkan dalam daftar nominatif penghapusbukuan. Makanya, mata pemerintah baik pusat dan daerah harus terbuka lebar melihat persoalan ini jangan hanya dari sisi administratif saja,” ujarnya. (ris/han)

Hari Ini PSMS Kembali Latihan Bersama, Berlatih Senin-Kamis

LATIHAN: Para penggawa PSMS Medan saat berlatih di Stadion Mini Kebun Bunga Medan, belum lama ini.
LATIHAN: Para penggawa PSMS Medan saat berlatih di Stadion Mini Kebun Bunga Medan, belum lama ini.
LATIHAN: Para penggawa PSMS Medan saat berlatih di Stadion Mini Kebun Bunga Medan, belum lama ini.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Hari ini (9/12), skuad PSMS Medan kembali dijadwalkan latihan bersama. Untuk sementara, manajemen masih menetapkan jadwal latihan tim hanya pada Senin dan Kamis.

Sekretaris Umum PSMS, Julius Raja mengatakan, jadwal latihan rutin skuad Ayam Kinantan selanjutnya memang belum diputuskan. Karena itu, rencananya selama Desember ini, sementara waktu, manajemen menjadwalkan tim berlatih 2 kali sepekan. Usai manajemen menggelar rapat, baru diputuskan jadwal latihan rutin berikutnya.

“Tim (PSMS) dijadwalkan latihan 2 kali seminggu, yakni Senin dan Kamis. Sementara itu dulu. Kami (manajemen) akan menggelar rapat dalam pekan ini, untuk menjadwalkannya (latihan rutin). Bisa jadi latihan digelar Senin, Rabu, Jumat, ataupun Senin dan Kamis saja,” ungkap Julius Raja, Minggu (8/12).

King, sapaan karib Julius Raja, lebih lanjut mengatakan, manajemen menargetkan, PSMS sudah harus memiliki pelatih mulai awal Januari 2020. Menurutnya, penunjukkan pelatih di awal Januari sangat penting, agar pelatih bisa langsung merancang program latihan para pemain sebagai persiapan menuju Liga 2 musim depan. “Latihan rutin PSMS bulan ini sambil menunggu pelatih baru, yang jika memungkinkan sudah dikontrak mulai Januari 2020. Setelah itu, pelatih diharapkan sudah membuat program. Dan menetapkan pemain-pemain yang dibutuhkan untuk memperkuat tim,” jelasnya.

Terkait perekrutan pemain, seorang legenda PSMS, Nobon Kayamudin, mengaku sangat ingin Ayam Kinantan diperkuat para pemain lokal Sumatera Utara (Sumut). Menurutnya, para pemain lokal juga bisa berkontribusi membawa PSMS naik ke Liga 1. “Kalau menurut saya, semua dari daerah (pemain di skuad PSMS). Harus menunjukkan pemain lokal juga bisa. Yang muda juga, asalkan dia bermain bagus,” katanya, Minggu (8/12).

Harapannya pemain lokal mengisi skuad PSMS, bukan tanpa alasan. Menurut Nobon, pesepak bola asal Sumut juga banyak yang berkualitas. Karena itu, meski merekrut pemain lokal, pelatih bersama manajemen juga harus tetap mengedepankan kualitas. “Pemain berkualitas bayarannya juga mesti ada. Manajemen harus siap. Mari buktikan, anak kampung sendiri juga mampu berbuat,” tegas Nobon, yang ditunjuk sebagai seorang Penasehat Teknik PSMS.

Disinggung soal kemampuan Legimin Raharjo, sebagai pemain senior yang usianya tak muda lagi, Nobon menilai, gelandang PSMS itu masih mampu berkontribusi positif untuk tim. Karena itu, jika pemain berusia 37 tahun tersebut masih mampu, menurutnya, tentu layak dipertahankan untuk musim depan. “Masih mampu dia itu (Legimin). Kalau dia mampu, kan enggak apa-apa,” jelasnya.

Dia pun menilai, selama menjadi kapten tim, Legimin dirasa mampu menjaga soliditas tim. Nobon pun berharap, tim yang memperkuat PSMS musim depan, bisa membawa Ayam Kinantan promosi ke Liga 1. (bbs/saz)

Turnamen Sepak Bola U-12 Piala Kepala Desa Marindal 2

TROFI: Penyerahan trofi juara pertama oleh Kepala Desa Marindal 2 Jufriantono kepada Manajer Kompas FC.

Ajang Pencarian Bibit Pemain Bola Berbakat

TROFI: Penyerahan trofi juara pertama oleh Kepala Desa Marindal 2 Jufriantono kepada Manajer Kompas FC.
TROFI: Penyerahan trofi juara pertama oleh Kepala Desa Marindal 2 Jufriantono kepada Manajer Kompas FC.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kompas FC menjadi kampiun pada Turnamen Sepak Bola U-12 Piala Kepala Desa Marindal 2, usai mengalahkan Tunas Inti FC dengan skor tipis 1-0 pada partai final yang dihelat di Lapangan Sepak Bola Bintang 12, Jalan Balaidesa, Pasar 12, Desa Marindal 2, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deliserdang, Minggu (8/12). Turnamen yang diikuti 13 tim dari 9 dusun yang ada di Desa Marindal 2 ini, digelar sejak 1 Desember 2019 lalu.

Seketaris Desa Marindal 2, Endar Ashari Harahap, yang juga bagian dari panitia pelaksana turnamen, mengatakan, gelaran ini diselenggarakan oleh Desa Marindal 2, dengan menggunakan Dana APBDes, sesuai Peraturan No 6 Tahun 2019, yang disalurkan dalam bidang perbedayaan perempuan, pelatihan/penyuluhan dan perlindungan anak dan keluarga.

“Turnamen ini dibuat untuk mencari bibit-bibit pemain bola berbakat yang mempunyai talenta induvidu yang baik. Dengan adanya event ini, diharapkan juga dapat terus menjaga sportivitas setiap pemain saat bertanding,” tutur Endar.

Endar juga mengatakan, kegiatan ini merupakan ajang silaturahim antar dusun dalam menjaga keakraban, terutama anak-anak yang ada di Desa Marindal 2.

Sementara Ketua Panitia Pelaksana Turnamen Sepak Bola U-12 Piala Kepala Desa Marindal 2, Budi Masya mengaku sangat senang bisa mengadakan gelaran turnamen tersebut. Menurutnya, event ini bisa menjadi suatu kegiatan positif untuk menghindarkan anak-anak dari pergaulan bebas, serta penyalahgunaan narkoba dan alkohol.

“Kami sangat mendukung kegiatan ini, dan semoga bisa menjadi inspirasi bagi setiap anak-anak untuk serius mengembangkan kemampuan sepak bola mereka. Sehingga nantinya diharapkan, ada anak-anak dari Desa Marindal 2 ini yang bisa menjadi pemain sepak bola di tingkat nasional maupun internasional,” harapnya.

Turut hadir dalam partai final Turnamen Sepak Bola U-12 Piala Kepala Desa Marindal 2, Camat Patumbak Danang Purnama Yuda, Kepala Desa Marindal 2 Jufri Antono, Ketua BPD Marindal 2 Darman Tanjung, Ketua Harian SSB Bintang 12 Imeng Zailani, Ketua LKMD Sumardi, Komandan PPRC Lasmono, serta para kepala dusun yang menjadi manajer setiap tim yang merupakan peserta turnamen.

Di babak final yang dipimpin wasit M Hery Sukur dan Suriadi ini, Kompas FC berhadapan dengan Tunas Inti FC dalam waktu 2×10 menit. Pertandingan berakhir dengan skor 1-0 untuk kemenangan Kompas FC, sekaligus memastikan menjadi juara dalam turnamen tersebut.

Kompas FC pun mendapatkan trofi serta uang pembinaan. Sementara untuk pemain terbaik diraih Chory S, dan top scorer disabet M Fahri, keduanya merupakan pemain dari Kompas FC. (*/saz)

Guru Daur Ulang Popok Bekas jadi Pot Bunga

TUNJUKKAN: Ateng menunjukkan pot bunga dari daur ulang popok bekas di galeri keterampilannya. Teddy akbari/sumut pos
TUNJUKKAN: Ateng menunjukkan pot bunga  dari daur ulang popok bekas di galeri keterampilannya. 
Teddy akbari/sumut pos
TUNJUKKAN: Ateng menunjukkan pot bunga dari daur ulang popok bekas di galeri keterampilannya. Teddy akbari/sumut pos

Tak semua barang bekas tidak bermanfaat lagi, sepanjang ada kemauan dan kreativitas yang kita miliki. Jika kotoran saja dapat didaur ulang menjadi pupuk, kali ini ada popok bayi ’disulap’ menjadi pot bunga.

Popok bayi bekas umumnya selalu menjadi langganan tempat sampah, yang dibuang oleh masyarakat. Namun bagi Ateng Supianto, popok bekas bayi disulapnya menjadi pot bunga. Bahkan kualitasnya pun telah diakui di atas rata-rata dari pot umumnya.

Siapa sangka, pria kelahiran 24 Desember 1977 ini, pot bunga dari popok bekas bayi itu laris manis di pasaran. Masyarakat yang jadi peminatnya pun mengaku, jika pot buatan Ateng tidak mudah pecah.

“Sebelum mencoba buat pot bunga dari popok bayi bekas ini, sudah banyak keterampilan lain yang sudah saya lakukan,” ujar bapak 3 anak ini membuka perbincangan, ketika ditemui Sumut Pos di galeri keterampilannya, Jalan Gunung Jaya Wijaya, Kelurahan Binjai Estate, Binjai Selatan, Kamis (5/12).

Dia menjabarkan, sejumlah keterampilan yang sudah dihasilkannya, seperti membuat sabun cuci piring dari daun pandan, tinta spidol berbahan dari dedaunan yang merupakan bahan alami, buat sabun dari minyak jelantah, dan yang paling aktif diterampilkannya membuat daun maupun bunga berbahan plastik.

“Sedang dipatenkan sekarang yang tinta spidol dari dedaunan bahan alami,” kata dia.

Ateng yang dikenal dalam kesehariannya sebagai seorang guru matematika, juga mengisi mata pelajaran keterampilan atau prakarya di Rausan Fikri Iskamic School, Desa Tanjung Jati, Langkat, Sumut.

Sejak kecil, Ateng sudah menunjukkan kebolehannya dengan berbagai bentuk keterampilan. Salah satunya membuat berbagai rajutan.

Muncul idenya melahirkan berbagai keterampilan, karena mata pelajaran yang diajarkannya. “Tentu kalau kita mau mengajar, harus kita yang membuat sendiri terlebih dahulu. Percobaan kita sendiri dulu,” kata dia. Ketepatan galeri keterampilan yang berbentuk rumah huni miliknya dijadikan Bank Sampah Rambutan Jaya. Karenanya, dia lebih mudah mendapatkan popok bekas untuk didaur ulang menjadi sebuah pot yang dapat ditanami bunga hias maupun hidup.

Juli 2018 lalu, Ateng mengawali kerajinan ini. Dia mengucap puji syukur karena keterampilan yang dilahirkannya mendapat perhatian dari masyarakat. “Masyarakat meminati keterampilan saya, setelah memperkenalkannya setiap hari Minggu, saat car free day. Sempat kewalahan juga mencukupi permintaan saat lebaran tahun lalu,” ujar pria jebolan Diploma 3 Jurusan Ilmu Komputer Politeknik Negeri Medan.

Harga jual yang dipasarkan Ateng tidak merogoh kocek terlalu dalam. Dia menjualnya sesuai ukuran yang diminta konsumen.

Dimulai dari harga Rp30 ribu sampai Rp80 ribu per satuan pot. “Alhamdulillah sampai sekarang ini ada 2 nasabah dari bank sampah yang selalu mengantarkan popok bekas ke saya,” ujar guru yang sudah mengajar sejak tahun 1999 lalu.

Setelah lulus D3, Ateng melanjutkan pendidikan keguruan jurusan matematika di STIKP Budidaya Binjai. Dia menunjukkan kepada Sumut Pos proses pembuatan popok bekas itu menjadi sebuah pot. Dengan menggunakan penutup mulut warna hitam dan sarung tangan plastik oranye menutupi 10 jarinya, Ateng mencuci 5 popok bekas yang berisikan kotoran air seni.

Aroma khas air seni tak membuat Ateng jijik. Kemudian, dia mencucinya dengan bersih menggunakan sabun hasil keterampilannya berbahan daun pandan hingga tiga kali bilasan. “Jel (kotoran) itu juga dikumpulkan dan dapat dimanfaatkan. Artinya didaur ulang jel itu tadi yang disterilkan lebih dulu menggunakan zat EM4,” ujar dia. “Semua dapat didaur ulang kalau memang terampil. Jel itu tadi dapat dimanfaatkan untuk membuat putik bunga. Bahkan pupuk tanaman. Tapi untuk tanaman yang jenisnya banyak menyerap air ya,” sambung dia.

Kreativitas tanpa batas yang dilahirkan Ateng ini bermodal hal sepele. Popok bekas. Sedikitnya tiga popok bekas paling dikit dapat dibuatnya untuk membuat sebuah pot. Setahun berjalan, sudah dua ratusan pot berbahan popok bekas diterampilkannya. Jika seandainya inovasi dan kreativitasnya itu dilirik seantero Nusantara dan mancanegara, Ateng akan membuat sebuah industri rumahan. Dia berharap, keterampilan inovativnya dapat diketahui masyarakat dunia.

“Ada satu murid saya kelas 7 yang sedang saya ajari juga. Pot bunga hias kalau ada yang minta sekalian bunganya, juga boleh. Bunganya juga daur ulang, bunga akrilik,” tandas guru yang pernah mengajar di Yayasan PABA ini. (*)

BKM Ubudiyah Berandan Bangun Halte

LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) Ubudiyah Pangkalan Berandan membangun pelataran parkir dan halte di depan masjid Ubudiyah.

Pembangunan halte dan pelataran parkir tersebut, diperuntukkan kepada masyarakat untuk memarkirkan kendaraannya ketika menunaikan salat di Masjid Ubudiyah.

“Sedangkan plataran yang sedang dibangun tersebut berada diatas tanah berukuran 75 meter kali 3 meter, dengan ketebalan semen 15 centimeter, dicor menggunakan besi agar konstruksi bangunan kuat,” ujar Ketua BKM Ubudiyah Pangkalan Brandan, H.Syahrum Hakim, SH, didampingi sejumlah pengurus lainnya, saat ditemui Sumut Pos, Kamis(5/12). Disebutkan Syahrum Hakim, anggaran yang digunakan untuk membangun halte pelataran parkiran tersebut, berasal dari infaq dan sedekah dari para donatur, serta jamaah Masjid Ubudiyah.

H. Hakim dan seluruh jajaran pengurus Masjid Ubudiyah Pangkalan Berandan berharap, dibangunnya pelataran parkir dan halte akan bermanfaat bagi masyarakat, khususnya seluruh jamaah yang ingin menunaikan salat di Masjid Ubudiyah. (yas/han)

Karo Peringkat Pertama Pekat di Sumut

TEMUI: Ketum Perayaan Natal Oikumene Kabupaten Karo Tahun 2019, Cory Sriwati br Sebayang didampingi Sekretaris Umum Pdt. Ios Petrus Ginting, saat menemui Bupati Karo Terkelin Brahmana SH di ruang kerjanya, Jumat (6/12).
TEMUI: Ketum Perayaan Natal Oikumene Kabupaten Karo Tahun 2019, Cory Sriwati br Sebayang didampingi Sekretaris Umum Pdt. Ios Petrus Ginting, saat menemui Bupati Karo Terkelin Brahmana SH di ruang kerjanya, Jumat (6/12).
TEMUI: Ketum Perayaan Natal Oikumene Kabupaten Karo Tahun 2019, Cory Sriwati br Sebayang didampingi Sekretaris Umum Pdt. Ios Petrus Ginting, saat menemui Bupati Karo Terkelin Brahmana SH di ruang kerjanya, Jumat (6/12).

KARO, SUMUTPOS.CO – Ketua Umum Perayaan Natal Oikumene Kabupaten Karo Tahun 2019 Cory Sriwati br Sebayang didampingi Sekretaris Umum Pdt. Ios Petrus Ginting, menemui Bupati Karo Terkelin Brahmana SH di ruang kerjanya, Jumat (6/12).

Dalam kesempatan ini, Cory menuturkan, perayaan Natal Oikumene ini digelar karena akhir-akhir ini Indonesia dilanda berbagai bencana. Disamping bencana alam erupsi Gunung Sinabung yang menyisakan berbagai persoalan psikis bagi masyarakat, juga ada bencana sosial.

“Sesuai informasi dari tokoh-tokoh masyarakat, Kabupaten Karo berada di peringkat pertama di Sumut dalam hal penyakit masyarakat (pekat). Pekat ini telah merebak hingga ke gang-gang hingga ke pelosok-pelosok daerah. Pekat ini juga telah mengakibatkan banyak orangtua berkeluh kesah,” ungkap Cory yang juga Wakil Bupati Karo.

Menurutnya, kondisi ini diperparah dengan situasi pertanian yang merosot dan perekonomian yang anjlok. “Ini menjadi pergumulan. Maka, seluruh gereja dan hamba-hamba Tuhan di Karo yang merindukan kebangunan rohani akbar di daerah ini, mengharapkan agar daerah ini, khususnya generasi milenial dipulihkan dan diselamatkan,” harap Cory.

Hal senada disampaikan oleh Pdt. Ios Petrus Ginting. Dikatakan, perayaan Natal Oikumene ini akan dimeriahkan oleh pembicara dari Gereja Bethel Indonesia (GBI) Sumatera Resort Medan, Pdt. Edi Prayitno serta dihibur oleh artis ibukota asal kota wisata Berastagi, Judika Sihotang.

“Hiburan Natal ini akan diselenggarakan di lapangan Bukit Kubu Hotel Berastagi pada hari Sabtu 21 Desember 2019 mendatang. Untuk itu, panitia mengajak seluruh masyarakat Karo untuk hadir di perayaan Natal Oikumene ini. Meski kita tidak sama, tapi kita bekerja sama, Tuhan memberkati,” ajak Pdt. Ios Petrus Ginting.

Sementara, Bupati Karo Terkelin Brahmana SH didampingi Staf Ahli Bupati Karo Drs. Agustin Pandia M.Si menyambut baik rencana pelaksanaan perayaan Natal Oikumene 2019 yang digelar oleh panitia. Terlebih, kata dia, Natal yang akan dihibur oleh Judika Sihotang ini, akan mendorong semangat jemaat dan kaum milenial.

Menurutnya, kehadiran Judika Sihotang mewakili kaum milenial, tentu akan menambah kemeriahan perayaan Natal ini. Tentu ini menjadi motivasi bagi yang lain untuk ikut hadir. Untuk itu, atas nama Pemkab Karo, ia mendukung penuh pelaksanaan acara ini dan akan hadir untuk memenuhi undangan panitia. “Untuk itu, mari bawa keluarga, kerabat, anak dan saudara kita untuk ikut memuliakan nama Tuhan, karena jalan Tuhan akan menyelamatkan yang hilang.

Perayaan Natal ini sebagai bentuk edukasi bagi masyarakat untuk menjauhi narkoba dan penyakit masyarakat lainnya,” pungkas Terkelin. (deo/han)

Kapolres Binjai Dimutasi, Ulama Minta Perangi Narkoba dan Judi

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Kapolres Binjai, AKBP Nugroho Tri Nuryanto, salah satu Kapolres yang turut dimutasi Kapolri Jenderal Idham Aziz, baru-baru ini. Jabatan Nugroho pun nantinya diisi AKBP Romadhoni Sutardjo, yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Bagian Operasional Polrestabes Medan,

“Benar ada mutasi yang dilakukan oleh Kapolri. Kapolda Sumut juga termasuk dan beberapa Kapolres di Sumut,” ujar Kepala Sub Bidang Penerangan Masyarakat Polda Sumut, AKBP MP Nainggolan, akhir pekan lalu. Nugroho menjadi orang nomor satu di Polres Binjai belum genap setahun. Tepatnya 10 bulan sejak 12 Februari 2019. Pun begitu, masyarakat, tokoh agama dan ulama sangat berharap Kapolres yang baru nantinya, dapat memerangi narkoba dan judi yang marak di Kota Binjai.

Sebelum adanya mutasi, Kapolres Binjai sempat melakukan pertemuan untuk permohonan maaf sebesar-sebasarnya kepada kalangan dan tokoh-tokoh umat Muslim serta tokoh masyarakat Kota Binjai. Umat Muslim merasa kecewa atas postingan tendensius akun Kapolres di media sosial terkait Aksi Reuni 212.

Tokoh Agama Kota Binjai, Ustad Abdul Sani menyikapi mutasi Kapolres dengan mendoakan agar yang bersangkutan dapat lebih sukses di tempat baru. Sani bahkan juga mendoakannya untuk dapat menjadi pribadi yang lebih religius lagi.

“Mudah-mudahan dia (Kapolres Binjai) di tempat yang baru lebih bagus dan bisa religius. Dekati lah ulama-ulama di sana biar bisa lebih baik,” katanya.

Di bawah kepemimpinan Nugroho, ada perkara yang masih tertunggak belum terungkap. Misal, belum terkuaknya siapa pelaku aksi pembakaran karpet masjid di Binjai Timur dan Binjai Utara.

Sedikitnya 3 harapan dititipkan tokoh agama kepada Kapolres Binjai yang baru nantinya. Kapolres baru, harap Sani, dapat lebih baik dari yang sekarang.

Kapolres baru diharap mampu merangkul masyarakat, khusus umat beragama. Karena ulama dan tokoh masyarakat lah yang lebih aktif berinterksi langsung setiap hari bersama masyarakat.

“Pertama, harapan kami dan masyarakat kepada Kapolres yang baru lebih mampu merangkul ulama dan ustad, karena lebih tahu kecamatan dan lingkungan, karena jadi tempat bertanya masyarakat. Kedua harapan kami betul-betul perangi narkoba, dan harapan ketiga perangi judi dengan menjalin ormas-ormas Islam. Sekarang marak judi dimana-mana, termasuk judi tembak ikan,” katanya.

Dia berharap Kapolres Binjai yang baru berani memerangi sarang-sarang peredaran narkotika, sejak maraknya diskotek-diskotek di pinggiran Kota Binjai.

“Betul-betul lah perangi narkoba lebih bagus lagi. Juga diskotik di pinggiran kota Binjai,” ujar dia.

Diskotek-diskotek ini kerap menyajikan hiburan malam penari seksi, transaksi seksual. Bahkan diduga lokasi peradaran narkotika.

Dia juga menyoroti maraknya judi di Kota Binjai yang semakin merajalela tanpa penindakan tegas. Permasalahan pemberantasan judi tembak ikan termasuk bagian harapan ulama yang perlu jadi atensi Kapolres Binjai yang baru.

“Yang ketiga serius lah perangi masalah maraknya judi Kota Binjai, termasuk judi tembak ikan sekerang ada di mana-mana,” beber dia.

Sepanjang 2019, judi tembak ikan seakan merajalela di Kota Binjai. Satu di antaranya, Kids Zone yang membuka usaha judi tembak ikan di tengah kota, berlokasi di jalan utama. (ted/han)

Jumlah Babi Mati di Sumut Terus Bertambah, Peternak Butuh Bantuan Bukan Imbauan

EVAKUASI: Lurah Damar Sari, B Hutagaol saat mengevakuai bangkai babi untuk dikuburkan. sopian/sumut pos
EVAKUASI: Lurah Damar Sari, B Hutagaol saat  mengevakuai bangkai babi untuk dikuburkan.
sopian/sumut pos
EVAKUASI: Lurah Damar Sari, B Hutagaol saat mengevakuai bangkai babi untuk dikuburkan. sopian/sumut pos

TEBINGTINGGI, SUMUTPOS.CO – Jumlah ternak babi yang mati di Sumatera Utara (Sumut) terus bertambah. Sabtu (7/12) kemarin, Dinas Pertanian Kota Tebingtinggi kembali menemukan 13 ekor babi mati akibat hog cholera. Babi milik warga Kelurahan Damar Sari, Kecamatan Padang Hilir, yang mati dari dalam kadangnya itu langsung dibawa ke lokasi tempat penguburan.

Lurah Damar Sari, B Hutagaoal, saat dikonfirmasi Sumut Pos, membenarkan adanya 13 ekor babi milik warga yang mati. “Setelah mendapatkan laporan, kami langsung menghubungi tim dari Dinas Pertanian dan segera mengevakuasi bangkai babi tersebut untuk dikuburkan,” katanya.

Menurut Hutagaol, bangkai bangkai babi tersebut segera dievakuasi untuk menghindari penularan kepada babi lainnya, mengingat sudah puluhan babi di kelurahan Damar Sari mati mendadak akibat hog cholera. “Tim gabungan terus memberikan penyuluhan kepada peternak babi dan memberikan bantuan obat obatan untuk babi yang masih hidup,” katanya.

Lurah juga menyampaikan, tim dari Provinsi Sumatera Utara juga sudah tarun ke lokasi dan mengambil sampel untuk memastikan penyebab kematian babi babi tersebut. Kepada peternak yang babi nya masih hidup, Hutagaol mengimbau, jika terjadi kematian pada babinya segera laporkan kepada kepala lingkungan setempat untuk segera disampaikan kepada tim dari Pemko Tebingtinggi.

“Jangan dibuang di sembarang tempat, apalagi ke sungai, agar menghindari pencemaran dan meresahkan warga lainnya. Kami senantiasa berkoordinasi dengan tim,” bilangnya.

Seorang peternak mengaku bermarga Simanjuntak, mengatakan bahwa kematian babi di wilayah Damar Sari sudah berlangsung selama lima belas hari belakangan ini. Para peternak berharap kepada pemerintah untuk melakukan tindakan pencegahanagar babi babi lainnya tidak mati. “Bantuan belum ada, hanya imbauan saja. Saat ini peternak babi di wilayah ini menderita kerugian puluhan juta karena hampir mati semua ternak babinya,” ujarnya.

Sebelumnya, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Sumut mencatat, sebanyak 22.985 ekor babi yang tersebar di 16 kabupaten/kota di Sumut mati akibat terjangkit virus hog cholera. Belasan kabupaten/kota yang dimaksud antara lain Dairi, Humbang Hasundutan, Deliserdang, Medan, Karo, Toba Samosir, Serdang Bedagai, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Samosir, Simalungun, Pakpak Bharat, Tebing Tinggi, Pematangsiantar, dan Langkat.

“Sampai saat ini, kematian babi positif karena hog cholera. ASF masih menunggu dari Menteri Pertanian,” kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan DKPP Sumut Mulkan Harahap.

Hog cholera atau demam babi merupakan penyakit yang disebabkan oleh Petivirus C dan itu masih berkaitan dengan bovine virus diarrhea (BVD) serta sheep’s border disease (BD).

Berdasarkan laporan studi dari Lowa State University, demam babi sangat menular. Infeksi pun dapat menyebar secara cepat melalui kontak langsung atau tidak langsung antara babi yang terinfeksi atau rentan.

Penyebarannya dapat melalui pakan sisa babi yang terinfeksi atau peralatan peternakan, perternak sendiri, bahkan mobil yang digunakan peternak untuk mengangkut babi dari satu tempat ke tempat lainnya.

Meski sangat menular, bahkan dapat berakibat fatal, virus ini tidak akan menular ke manusia. Bahkan dilansir dari Porkbusiness, hal tersebut tidak akan terjadi meski hewan yang terinfeksi kita konsumsi.

Sementara itu untuk menghindari perkembangan penyakit yang lebih parah, pertenak dapat memberikan serum anti-hog-cholera pada tahap awal penyakit. Perlu diketahui pula, infeksi dapat berakibat fatal hanya dalam beberapa hari.

Untuk mencegah penyebarluasan virus, Kementerian Pertanian menyalurkan bantuan desinfektan. Namun suplainya terbatas, hanya 450 liter saja. “Saat ini semua upaya sudah dan sedang dilaksanakan. Kementerian juga sudah mendrop 450 liter desinfektan. Kemudian ada didrop lagi hand supplier. Jadi semua sedang bekerja. Orang pusat (tim dari kementerian) juga sedang di Sumut sampai sekarang,” kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Sumatera Utara, Azhar Harahap menjawab Sumut Pos, Jumat (6/12).

Hingga kini, ungkap Azhar, Kementerian Pertanian masih mengkaji secara mendalam mengenai penyebaran virus kolera babi di Sumut. Semua aspek dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan. “Nggak bisa secepat itu kementerian mengambil keputusan. Harus memikirkan dampak ekonomi, sosial, dan lainnya. Mengkaji ini ‘kan tidak bisa hanya kementerian. Tetapi mesti melibatkan berbagai pihak terkait,” katanya.

Pada prinsipnya, kata dia, pemerintah bertugas melindungi seluruh masyarakat. Oleh karenanya yang bisa dilakukan saat ini —mengingat status atas wabah kolera babi belum ditetapkan pemerintah—adalah dari sisi pengendalian dan pencegahan. Salahsatu strategi pencegahan yang dilakukan bertujuan untuk menurunkan populasi kuman (bakteri, larva cacing, oosit, virus, jamur dan lain sebagainya) di areal kandang (bioskuriti), peningkatan kekebalan anak babi terhadap berbagai jenis penyakit (vaksinasi), serta membunuh kuman yang berhasil masuk ke dalam tubuh babi (medikasi).

“Pemerintah pusat juga punya pertimbangan khusus sesuai regulasi, sebelum menetapkan status wabah yang terjadi ini. Kita tidak bisa memaksa pusat menetapkan ini menjadi KLB. Kenapa itu harus kita permasalahkan? Yang kita pikirkan adalah bagaimana cara mengendalikan penyakitnya,” terangnya.

Ia menambahkan, jika nanti sudah ada ketetapan status soal wabah kolera babi di Sumut, kondisinya akan semakin menyulitkan masyarakat, terutama kalangan peternak. Sebab tidak boleh lagi perpindahan antarbabi dari satu tempat ke tempat lain.

“Makanya saya heran kenapa semua orang sibuk agar ini segera ditetapkan (status kejadian luar biasa/KLB)? Bahwa masyarakat bisa tambah menjerit kalau wabah ini nanti ditetapkan. Bukan lagi dimusnahkan, tetapi babinya tidak bisa keluar. Untuk itulah kajian ini masih terus dilakukan pemerintah pusat,” pungkasnya. (ian/prn)

Sama-sama Berpeluang Diusung di Pilkada Medan 2020

BERPELUANG: Akhyar Nasution dan Bobby Afif Nasution sama-sama berpeluang untuk diusung PDI Perjuangan di Pilkada Medan.

Akhyar – Boby Sulit Dipasangkan

BERPELUANG: Akhyar Nasution dan Bobby Afif Nasution sama-sama berpeluang untuk diusung PDI Perjuangan di Pilkada Medan.
BERPELUANG: Akhyar Nasution dan Bobby Afif Nasution sama-sama berpeluang untuk diusung PDI Perjuangan di Pilkada Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – DPD PDI Perjuangan Sumatera Utara (Sumut) telah menyerahkan semua nama bakal calon Wali Kota Medan yang mendaftar ke DPP PDI Perjuangan di Jakarta. Termasuk di dalamnya, nama Akhyar Nasution dan Bobby Afif Nasution, yang disebut-sebut menjadi calon kuat untuk diusung PDI Perjuangan pada Pilkada Medan 2020.

Menyikapi peluang Akyar dan Bobby, pengamat politik dari Universitas Sumatera Utara (USU), Agus Suriadi menilai, keduanya memang punya kans yang sama untuk diusung partai berlambang kepala banteng tersebut. Namun secara elektabilitas, kata Agus, keduanya belum dapat diuji.

“Kalau dilihat peta politik (antara) pusat dan daerah, khususnya untuk balon yang akan diusung oleh PDIP, memang tak bisa lepas antara Bobby dan Akhyar. Bobby punya dukungan elit pusat dan Akhyar diuntungkan karena beliau incumben, walaupun dari sisi elektabilitas keduanya belum bisa diuji,” katanya.

Lebih lanjut dikatakan Agus, kedua sosok tersebut juga sulit dipasangkan, lantaran mereka berasal dari marga yang sama, Nasution. “Pilihan sulit bagi DPP dan pilihan harus satu, karena keduanya tak mungkin dipasangkan dari dua marga yang sama. Salah satu dari keduanya harus terpental,” ujarnya.

Sebelumnya, Sekretaris DPD PDI Perjuangan Sumut, Soetarto mengakui, pihaknya sudah menyampaikan nama-nama bakal calon kepala daerah yang mendaftar dalam penjaringan ke DPP. Dia juga menyebutkan, semua bacalon tersebut punya peluang yang sama untuk diusung dalam kontestasi Pilkada serentak 2020. Termasuk Akhyar Nasution maupun Bobby Afif Nasution.

“Sampai hari ini semua masih punya peluang yang sama. Baik internal maupun eksternal,” katanya menjawab Sumut Pos, Minggu (8/12).

Dia mengungkapkan, PDI Perjuangan memiliki kader partai sekaligus petahana yang juga kembali mendaftar sebagai kontestan di Pilkada 2020. Bahkan diantara yang sudah mendaftar tersebut, merupakan ketua-ketua partai.

“Tentu kami punya kader partai di beberapa daerah. Seperti Bung Akhyar Nasution yang sekarang menjabat Plt Wali Kota Medan, lalu ada Dosmar Banjarnahor di Humbang Hasundutan, Lakhomizaro Zebua di Gunung Sitoli, kemudian kader kami sebagai Wakil Wali Kota Sibolga, Edipolo Sitanggang, Wakil Bupati Nias, Arosokhi Waruwu, yang kesemuanya adalah petahana dan ketua-ketua partai. Satu lagi ada kader dan petahana juga, yaitu Darwa Wijaya selaku Wakil Bupati Serdang Bedagai,” paparnya.

Menurut Soetarto, seluruh bacalon akan mengikuti tahapan survey yang dilaksanakan oleh DPP. Dan DPP juga, kata dia punya pertimbangan-pertimbangan terkait kinerja mereka memimpin daerahnya selama empat tahun ini, untuk menugaskan mereka kembali.

“Ya, hasil kerja selama empat tahun jadi pertimbangan DPP untuk mengusung mereka. Sekarang ini semua punya peluang serupa untuk diusung. Bila kemudian partai punya pertimbangan prioritas kader, tentu iya. Tetapi semua itu juga sangat tergantung pada elektabilitas sesuai survey dan kinerja mereka,” terang dia.

Sebagai petugas partai, pihaknya dari DPD PDIP Sumut pada pekan lalu sudah melaporkan hasil penjaringan bacalon tahap II yang dibuka kembali DPP. Yakni mulai dari 25 November sampai 30 November lalu. “Kemudian saya dengan Ketua Badan Pemenangan Pemilu, Bang Mangapul Purba, berkunjung ke DPP untuk melaporkan progres hasil penjaringan tahap II tersebut. Termasuk juga bersama dengan Bung Akhyar Nasution, beliau kan wakil ketua DPD. Jadi dalam rangka itu,” kata pria yang juga aktif sebagai akademisi ini. “Sekaligus kami bawa seluruh nama-nama. Ada terdaftar sembilan nama. Yakni dari Medan, ada nama Syafii, Ihwan Ritonga, dan Bobby Nasution. Lalu di Karo ada nama Corry Sebayang, dari Binjai juga ada. Total seluruhnya 188 nama calon yang sudah masuk dan mendaftar dari PDIP,” sambung dia.

Setelah melaporkan ini, pihaknya tentu menunggu petunjuk selanjutnya dari DPP, dan yang mendaftar di gelombang kedua tersebut akan mengikuti semua mekanisme DPP, berupa uji kelaikan dan kepatutan. “Insyaallah fit and proper test dilaksanakan di DPD paling lama di awal Januari 2020. Pada prinsipnya kami di DPD akan menunggu petunjuk selanjutnya dari DPP untuk tahapan itu,” kata Soetarto.

Dalam pertemuan yang diterima Sekjend DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto dan pengurus lainnya itu juga, ungkap dia lagi, bahwa seluruh bacalon mesti mengikuti mekanisme partai. Baik dari kader ataupun nonkader. Begitupun terkait peluang diusung, setelah proses penyaringan, seluruh bacalon akan mengikuti survey yang dilakukan pihak independen. Rencana survey awal akan dilakukan Desember ini, dan untuk selanjutnya survey dilaksanakan Februari 2020. Kata Soetarto, DPP menyampaikan seluruh bacalon yang mendaftar itu harus diketahui elektabilitas dan popularitasnya oleh masyarakat.

“Sehingga atas dasar hasil survey itu, DPP selanjutnya melakukan kajian dan pendalaman sebelum mengusung bacalon tersebut sebagai kontestan di Pilkada serentak 2020. Termasuk Bobby Nasution juga akan mengikuti tahapan tersebut. Dengan beliau mendaftar ke PDIP, kita apresiasi dan menjadi bagian bahwa beliau mengikuti mekanisme partai. Meski demikian, keputusan pengusungan bacalon tersebut merupakan prerogatif dari DPP PDI Perjuangan,” demikian dia. (prn)

Jelang Final SEA Games 2019, Drama Semifinal Jadikan Mental Juara

SELEBRASI: Egy M Vikri melakukan selebrasi usai mencetak gol ke gawang Myanmar, Sabtu (7/12).
SELEBRASI: Egy M Vikri melakukan selebrasi usai mencetak gol ke gawang Myanmar, Sabtu (7/12).
SELEBRASI: Egy M Vikri melakukan selebrasi usai mencetak gol ke gawang Myanmar, Sabtu (7/12).

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Momen indah itu terjadi di Rizal Memorial Stadium pada 4 Desember 1991. Ketika itu, tim nasional (Timnas) berjaya dengan menerima kalungan medali emas cabor sepak bola. Timnas juara setelah menundukkan Thailand lewat drama adu penaltin

Nah, Selasa (10/12) besok, Garuda Muda-julukan Timnas Indonesia U-23- berpeluang mengulang torehan sejarah yang diukir para senior mereka. Garuda Muda melenggang ke final setelah menundukkan Myanmar dengan skor 4-2 pada semifinal di Rizal Memorial Stadium kemarin.

Andy Setyo Nugroho kembali bentrok dengan Vietnam pada partai puncak yang juga berlangsung di Rizal Memorial Stadium. Vietnam lolos setelah tadi malam membantai Kamboja empat gol tanpa balas.

Sukses timnas menembus final disambut suka cita pemain dan ofisial timnas. Head coach Timnas U23, Indra Sjafri langsung mendekap Evan Dimas Darmono setelah pertandingan. Indra seolah ingin mengucapkan terima kasih kepada mantan kaptennya di timnas U-19 itu.

Maklum, Evan tak hanya menjadi kreator serangan Garuda Muda. Namun, jebolan SSB Mitra Surabaya itu ikut mencatatkan namanya di papan skor. Evan mencetak gol pertama (572 ) dan penutup (1132 ). Dua gol lainnya disumbang Egy Maulana Vikri (71’), dan Osvaldo Haay (103’). “Dia (Indra Sjafri) bilang terima kasih. Coach Indra juga membantu saya mengembalikan kepercayaan diri,” kata Evan, Sabtu (7/12) malam.

Gelandang 24 tahun itu selalu mencetak gol dalam tiga penampilannya di SEA Games. Dua tahun lalu di Malaysia, dia hanya mencetak sebiji gol. Sedangkan pada edisi 2015, Evan menjadi top scorer Indonesia dengan koleksi empat gol.

Meski lolos, fans Garuda Muda sempat dibuat sport jantung. Itu lantaran Myanmar mampu menyamakan skor menjadi 2-2 di babak kedua. Yakni, ewat dua gol para pemain pengganti Mann Aung Kaung (782 ) dan Win Naing Tun dua menit berselang. Dua gol balasan inilah yang membuat laga harus berlanjut lewat perpanjangan waktu.

“Saya pikir ini drama semifinal untuk menjadikan mental juara,” terang Indra Sjafri soal timnya yang harus berjuang sampai perpanjangan waktu. Tanpa adanya mental juara, Indra menyatakan timnya akan sulit bangkit setelah posisi imbang hingga akhir babak kedua.

Fans Garuda Muda juga lega lantaran Osvaldo Haay bisa bermain di laga final. Pemain Persebaya Surabaya itu memang memperoleh kartu kuning pada menit ke-118. Osvaldo tak bisa menahan emosi ketika dia dilanggar Aung Naing Win. Wasit akhirnya memberikan kartu merang buat Naung Win. Sementara itu, Osvaldo diganjar kartu kuning. Itu adalah kartu kuning kedua Osvaldo sepanjang turnamen. Kartu kuning pertama dia peroleh ketika menghadapi Singapura di fase grup. Namun, regulasi di SEA Games 2019 mengatur bahwa kartu kuning yang diterima di fase grup, tak berlaku di fase knockout.

Kembalikan Stamina

Usai menjalani laga yang cukup melelahkan kontra Myanmar, tim dokter akan melakukan berbagai cara untuk mengembalikan dan memulihkan tenaga para pemain timnas. “Kami akan mencoba untuk mengembalikan tenaga mereka,” ujar dokter Timnas U-23 Indonesia Syarif Alwi ketika ditemui di Manila, Filipina, Sabtu (7/12) malam.

Dokter yang biasa disapa Papi itu menjelaskan, beberapa metode untuk mengembalikan tenaga dan kebugaran Egy Maulana dan kawan-kawan adalah dengan terapi es, fisioterapi serta pijatan.

Selain itu, juga ada pemberian suplemen untuk mempercepat pemulihan fisik. “Setelah laga melawan Myanmar di semifinal, anak-anak memang terlihat sangat kelelahan,” kata Syarif.

Skuat Timnas Indonesia menjalani laga padat selama SEA Games 2019, sejak berlaga mulai 26 November 2019. Garuda Muda hampir selalu bertanding satu kali dalam dua hari hingga semifinal kontra Myanmar. Meski demikian, dari enam laga yang dilewati sampai babak empat besar, anak-anak asuh pelatih Indra Sjafri mampu memenangi lima di antaranya dan hanya satu kali kalah. (jpc/bbs)