31 C
Medan
Friday, December 6, 2024
spot_img

Biomedik FK USU Bersama KIBI dan IKAFARI Gelar Konferensi Internasional

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Program Studi (Prodi) Magister Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) menggelar acara Konferensi Internasional, sekaligus peluncuran 1st Medan International on Biomedical Science (MICOBIOS), dengan tema, ‘Bridging Omics to Healthcare: Implementation of Genomics and Metabolomics in Biomedical Research’, di Gedung FK USU, Jalan DR Mansyur Medan. Acara digelar selama tiga hari, yakni Kamis-Sabtu, 7-9 November 2024.

Ketua Panitia, yang juga merupakan Ketua Prodi Magister Ilmu Biomedik FK USU, sekaligus Pengurus KIBI dan IKAFARI Medan, Dr rer medic dr M Ichwan MSc Sp KKLP Subsp FOMC mengatakan, acara ini merupakan acara rutin tahunan dari Konsorsium Ilmu Biomedik Indonesia (KIBI).

Pada tahun 2024 ini, lanjut Ichwan, pihaknya melaksanakan Temu Ilmiah Nasional (Temilnas) yang ke-14 dan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) ke-9. Dan sebagai tuan rumah adalah Medan.

“Kita juga di Farmakologi ada pertemuan tahunan, sehingga saya mengusulkan untuk melaksanakan bebarengan, karena Ilmu Farmakologi termasuk dalam Ilmu Biomedik. Jadi Rakornas dan Temilnas ini dari IKAFARI (Ikatan Farmakologi Indonesia). Dua organisasi besar ini sudah bergabung dan tentu kita punya karburator internasional mahasiswa. Nah, dari panitia lokal di Medan meluncurkan pada tahun ini 1st MICOBIOS,” ujar Ichwan kepada Sumut Pos, saat ditemui di acara tersebut, Kamis (7/11).

Ia menjelaskan, bahwa dalam acara tersebut memang fokus dari penelitian Biomedik, yang merupakan aplikasi ke pelayanan kesehatan.

“Jadi kita kumpulan dari ilmu-ilmu dasar yang berkontribusi kepada pelayanan kesehatan. Bukan hanya pengobatan tetapi juga pencegahan. Jadi bagaimana pencegahan dan pengobatan itu tidak bisa disamaratakan kepada setiap orang, karena kita masing-masing punya genetik yang berbeda. Sehingga kita mendiskusikan bagaimana melakukan atau memilih treatment yang personal liaise medis. Tentu ini membutuhkan peralatan dan pemeriksaan yang cukup kompleks, sehingga berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan di bidang genetik,” jelasnya.

Adapun, tambah Ichwan, acara MICOBIOS ini dilaksanakan oleh Prodi Magister Ilmu Biomedik FK USU, sebagai tuan rumah dari Rakernas dan Temilnas yang ke-2 dari dua organisasi KIBI dan IKAFARI. Tiga even besar yang dilaksanakan KIBI, IKAFARI dan MICOBIOS, yaitu Konferensi Internasional juga didukung dari USU melalui Lembaga Inovasi Penulisan Ilmiah dan Hak Kekayaan Intelektual (LIPIHKI) .

“Mereka ini menyupport kita untuk kegiatan-kegiatan internasional. Sehingga kita menggunakan sarana USU, agar lebih menyatu,” imbuhnya.

Ichwan juga mengungkapkan, kegiatan ini dihadiri Konsulat Jenderal (Konjen) Jepang, di Medan, Takonai Susumu. Hal ini dikarenakan visi dari Biomedik FK USU adalah Biomedik industri dan lingkungan. Sejak tahun 2017 telah berkolaborasi dengan Universitas Kitakyushu Jepang. Dan sejak 2017-2022 mendapatkan pendanaan dari USU untuk pendidikan dan pelatihan di sepanjang Sungai Deli.

“Nah di sini, mahasiswa, dosen dari FK, Teknik Kimia USU hingga guru dan murid SD, SMP dan SMA. Kita membuat suatu kegiatan bagaimana mengelola lingkungan, terutama di daerah aliran sungai, masalah sampah, pengelolaan airnya, dan dididik ke siswa sekolah. Mahasiswa kita mendapatkan grand untuk melanjutkan workshop ke Jepang termasuk dosen kita. Berlanjut hingga sekarang dan menghasilkan buku untuk diterapkan di kurikulum SMA,” tandasnya.

Adapun, Ceremony Opening 1st MICOBIOS dilaksanakan oleh Rektor USU, yang diwakili oleh Wakil Rektor 3 USU, Prof Dr Poppy Anjelisa Zaitun Hasibuan. Acara ini digelar secara hybrid, dengan dihadiri 115 peserta secara offline dan 80 peserta secara online, baik dari universitas nasional maupun internasional.

Peserta Internasional yang hadir, yakni dari Sri Langka, Singapura, Malaysia, Thailand dan Jerman. Sedangkan peserta Nasional, yaitu dari Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Aceh, Universitas Andalas Sumatera Barat (Sumbar), Iniversitas Sriwijaya Sumatera Selatan (Sumsel), Universitas Indonesia (UI), Universitas Atmajaya Jakarta, Universitas Padjajaran (Unpad) Jawa Barat (Jabar), Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta.

Konjen Jepang di Medan, Takonai Susumu mengapresiasi dan mendukung acara tersebut.

Ketua KIBI, Prof Dr rer nat Dra Asmarinah MSi menuturkan, bahwa kegiatan ini diadakan secara teratur dalam dua kali setahun, yakni Rakernas digelar pada awal tahun dan Temilnas, yang diikuti sebanyak 33 anggota Prodi Ilmu Biomedik (S1,S2 dan S3), dari Aceh paling barat hingga Ambon.

“Dengan menyelenggarakan Temilnas ini bertujuan berbagi Ilmu Biomedik, yaitu bagaimana ilmu ini berkembang. Nah, ini adalah ilmu kedokteran dasar, semua pengembangan ilmu kedokteran ini untuk mengembangkan obat kepada pasien. Saat ini disebut Kedokteran Presisi, yakni dengan melihat karakter individu masing-masing. Ini didukung Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dan Biomedik ini berbeda dengan spesialis. Kalau Spesialis lebih ke arah klinik. Sedangkan Biomedik lebih melihat secara mendalam atau mendetail, baik dari karakter individu pasien hingga genetik serta bagaimana penyakit tersebut bisa timbul,” katanya.

Sementara itu, Ketua IKAFARI, Prof Dr apt Mustofa MKes menambahkan, Di tahun sebelumnya, IKAFARI telah sukses menggelar acara di Bali. Dan di tahun ini di Medan, untuk tahun 2025 mendatang akan diadakan di Palembang.

Ia menjelaskan, Farmakologi adalah ilmu tentang obat, yakni interaksi tubuh dengan senyawa obat. Di dalam Farmakologi ada salah satu cabang yang berkaitan dengan gen, yang namanya Farmakogenetik, dan sekarang Farmakogenomik. “Ini adalah cabang baru yang dipengaruhi dengan genetik dan diteliti, karena ada dua pasien dengan penyakit yang sama, diberikan obat yang sama tetapi reaksinya berbeda. Nah ini ternyata pengaruh dari genetiknya. Karena itu, inilah tujuan kita mengadakan acara ini, untuk dapat mempelajari serta meneliti tentang Biomedik ini,” jelasnya.

Mustofa menyebutkan, bahwa IKAFARI sudah berdiri sejak tahun 1976, tetapi baru terdaftar di Kemenkumham RI di tahun 2024. “Kita akan merevitalisasi kembali organisasi ini. IKAFARI memiliki 14 cabang se Indonesia, di antaranya Bali, Banjarmasin, Medan, Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Bandung, Makassar, Malang dan Manado,” pungkasnya. (dwi)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Program Studi (Prodi) Magister Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) menggelar acara Konferensi Internasional, sekaligus peluncuran 1st Medan International on Biomedical Science (MICOBIOS), dengan tema, ‘Bridging Omics to Healthcare: Implementation of Genomics and Metabolomics in Biomedical Research’, di Gedung FK USU, Jalan DR Mansyur Medan. Acara digelar selama tiga hari, yakni Kamis-Sabtu, 7-9 November 2024.

Ketua Panitia, yang juga merupakan Ketua Prodi Magister Ilmu Biomedik FK USU, sekaligus Pengurus KIBI dan IKAFARI Medan, Dr rer medic dr M Ichwan MSc Sp KKLP Subsp FOMC mengatakan, acara ini merupakan acara rutin tahunan dari Konsorsium Ilmu Biomedik Indonesia (KIBI).

Pada tahun 2024 ini, lanjut Ichwan, pihaknya melaksanakan Temu Ilmiah Nasional (Temilnas) yang ke-14 dan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) ke-9. Dan sebagai tuan rumah adalah Medan.

“Kita juga di Farmakologi ada pertemuan tahunan, sehingga saya mengusulkan untuk melaksanakan bebarengan, karena Ilmu Farmakologi termasuk dalam Ilmu Biomedik. Jadi Rakornas dan Temilnas ini dari IKAFARI (Ikatan Farmakologi Indonesia). Dua organisasi besar ini sudah bergabung dan tentu kita punya karburator internasional mahasiswa. Nah, dari panitia lokal di Medan meluncurkan pada tahun ini 1st MICOBIOS,” ujar Ichwan kepada Sumut Pos, saat ditemui di acara tersebut, Kamis (7/11).

Ia menjelaskan, bahwa dalam acara tersebut memang fokus dari penelitian Biomedik, yang merupakan aplikasi ke pelayanan kesehatan.

“Jadi kita kumpulan dari ilmu-ilmu dasar yang berkontribusi kepada pelayanan kesehatan. Bukan hanya pengobatan tetapi juga pencegahan. Jadi bagaimana pencegahan dan pengobatan itu tidak bisa disamaratakan kepada setiap orang, karena kita masing-masing punya genetik yang berbeda. Sehingga kita mendiskusikan bagaimana melakukan atau memilih treatment yang personal liaise medis. Tentu ini membutuhkan peralatan dan pemeriksaan yang cukup kompleks, sehingga berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan di bidang genetik,” jelasnya.

Adapun, tambah Ichwan, acara MICOBIOS ini dilaksanakan oleh Prodi Magister Ilmu Biomedik FK USU, sebagai tuan rumah dari Rakernas dan Temilnas yang ke-2 dari dua organisasi KIBI dan IKAFARI. Tiga even besar yang dilaksanakan KIBI, IKAFARI dan MICOBIOS, yaitu Konferensi Internasional juga didukung dari USU melalui Lembaga Inovasi Penulisan Ilmiah dan Hak Kekayaan Intelektual (LIPIHKI) .

“Mereka ini menyupport kita untuk kegiatan-kegiatan internasional. Sehingga kita menggunakan sarana USU, agar lebih menyatu,” imbuhnya.

Ichwan juga mengungkapkan, kegiatan ini dihadiri Konsulat Jenderal (Konjen) Jepang, di Medan, Takonai Susumu. Hal ini dikarenakan visi dari Biomedik FK USU adalah Biomedik industri dan lingkungan. Sejak tahun 2017 telah berkolaborasi dengan Universitas Kitakyushu Jepang. Dan sejak 2017-2022 mendapatkan pendanaan dari USU untuk pendidikan dan pelatihan di sepanjang Sungai Deli.

“Nah di sini, mahasiswa, dosen dari FK, Teknik Kimia USU hingga guru dan murid SD, SMP dan SMA. Kita membuat suatu kegiatan bagaimana mengelola lingkungan, terutama di daerah aliran sungai, masalah sampah, pengelolaan airnya, dan dididik ke siswa sekolah. Mahasiswa kita mendapatkan grand untuk melanjutkan workshop ke Jepang termasuk dosen kita. Berlanjut hingga sekarang dan menghasilkan buku untuk diterapkan di kurikulum SMA,” tandasnya.

Adapun, Ceremony Opening 1st MICOBIOS dilaksanakan oleh Rektor USU, yang diwakili oleh Wakil Rektor 3 USU, Prof Dr Poppy Anjelisa Zaitun Hasibuan. Acara ini digelar secara hybrid, dengan dihadiri 115 peserta secara offline dan 80 peserta secara online, baik dari universitas nasional maupun internasional.

Peserta Internasional yang hadir, yakni dari Sri Langka, Singapura, Malaysia, Thailand dan Jerman. Sedangkan peserta Nasional, yaitu dari Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Aceh, Universitas Andalas Sumatera Barat (Sumbar), Iniversitas Sriwijaya Sumatera Selatan (Sumsel), Universitas Indonesia (UI), Universitas Atmajaya Jakarta, Universitas Padjajaran (Unpad) Jawa Barat (Jabar), Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta.

Konjen Jepang di Medan, Takonai Susumu mengapresiasi dan mendukung acara tersebut.

Ketua KIBI, Prof Dr rer nat Dra Asmarinah MSi menuturkan, bahwa kegiatan ini diadakan secara teratur dalam dua kali setahun, yakni Rakernas digelar pada awal tahun dan Temilnas, yang diikuti sebanyak 33 anggota Prodi Ilmu Biomedik (S1,S2 dan S3), dari Aceh paling barat hingga Ambon.

“Dengan menyelenggarakan Temilnas ini bertujuan berbagi Ilmu Biomedik, yaitu bagaimana ilmu ini berkembang. Nah, ini adalah ilmu kedokteran dasar, semua pengembangan ilmu kedokteran ini untuk mengembangkan obat kepada pasien. Saat ini disebut Kedokteran Presisi, yakni dengan melihat karakter individu masing-masing. Ini didukung Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dan Biomedik ini berbeda dengan spesialis. Kalau Spesialis lebih ke arah klinik. Sedangkan Biomedik lebih melihat secara mendalam atau mendetail, baik dari karakter individu pasien hingga genetik serta bagaimana penyakit tersebut bisa timbul,” katanya.

Sementara itu, Ketua IKAFARI, Prof Dr apt Mustofa MKes menambahkan, Di tahun sebelumnya, IKAFARI telah sukses menggelar acara di Bali. Dan di tahun ini di Medan, untuk tahun 2025 mendatang akan diadakan di Palembang.

Ia menjelaskan, Farmakologi adalah ilmu tentang obat, yakni interaksi tubuh dengan senyawa obat. Di dalam Farmakologi ada salah satu cabang yang berkaitan dengan gen, yang namanya Farmakogenetik, dan sekarang Farmakogenomik. “Ini adalah cabang baru yang dipengaruhi dengan genetik dan diteliti, karena ada dua pasien dengan penyakit yang sama, diberikan obat yang sama tetapi reaksinya berbeda. Nah ini ternyata pengaruh dari genetiknya. Karena itu, inilah tujuan kita mengadakan acara ini, untuk dapat mempelajari serta meneliti tentang Biomedik ini,” jelasnya.

Mustofa menyebutkan, bahwa IKAFARI sudah berdiri sejak tahun 1976, tetapi baru terdaftar di Kemenkumham RI di tahun 2024. “Kita akan merevitalisasi kembali organisasi ini. IKAFARI memiliki 14 cabang se Indonesia, di antaranya Bali, Banjarmasin, Medan, Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Bandung, Makassar, Malang dan Manado,” pungkasnya. (dwi)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/