29 C
Medan
Tuesday, December 10, 2024
spot_img

Tingkatkan Pemajuan Kebudayaan Desa

Kemendikbudristek Berikan Apresiasi Desa Budaya Kepada Desa Denai Lama Sumut

SUMUTPOS.CO – Dalam rangka mendukung program pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan ketahanan pangan, Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan (PPK) Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi kegiatan Festival DONGDALA Budaya Desa”.

Kegiatan yang berlangsung di Desa Pringgasela Selatan, Kecamatan Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi NTB salah satu usaha mewujudkan serta pengembangan Kebudayaan yang ada di 7 kewilayahan yang ada di desa Pringgasela Selatan.

Tak hanya itu, malam puncak kegiatan Pemajuan Kebudayaan Desa menggelar acara Apresiasi Desa Budaya (ADB). Apresiasi Desa Budayai merupakan agenda tahunan sebagai puncak kegiatan program Pemajuan Kebudayaan Desa (PKD) yang digelar Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek sejak tahun 2021 lalu.

Seperti di jelaskan Irini Dewi Yanti Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Ditjen Kebudayaan bahwa kegiatan PKD bertujuan untuk membangun kemandirian, kesejahteraan dan penghidupan berkelanjutan yang bersinergi dengan berbagai sumber daya yang ada di desa. Dari tahun 2021 hingga saat ini ada 315 desa peserta PKD.

” Tentunya semua itu melalui tahapan proses temu-kenali, pengembangan dan pemanfaatan. Harapannya desa mampu mandiri dan berdaya. Ini dibuktikan dengan desa mampu membuat perencanaan pembangunan berbasis kebudayaan, dengan narasi dan aktivitas kebudayaan, berikut sistem data kebudayaan yang melekat di dalamnya, termasuk legalisasinya melalui Dokumen Pemajuan Kebudayaan Desa,” jelasnya.

Sementara itu Apresiasi Desa Budaya menjadi wujud pengakuan dan penghargaan atas pencapaian yang telah berhasil dilakukan oleh desa dan masyarakat dalam menegaskan dirinya sebagai Desa Budaya. Adapun kegiatan itu juga melibatkan melibatkan para juri dari kalangan akademisi, budayawan, pemerhati dan praktisi serta unsur pemegang kebijakan.

Diantara yang terlibat adalah Bito Wikantosa (staf ahli Kemendes/PDTT), Melani Budianta (FIB Universitas Indonesia), Fitri Utami Ningrum (pendiri Caventer), Redy Eko Prastyo (pegiat Kampung Cepluk) dan Aloysius Budi Kurniawan (Harian Kompas).

Dan pada tahun ini, para penerima penghargaan Apresiasi Desa Budaya adalah Desa Danau Lamo (Jambi), Desa Klungkung (Jawa Timur), Desa Denai Lama (Sumatera Utara), Desa Bayan (Nusa Tenggara Barat), dan Desa Pule (Jawa Timur). ” ADB menjadi salah satu bukti nyata kebudayaan mampu menjadi daya gerak dan daya hidup yang menghasilkan efek positif bagi masyarakat, termasuk membuka kemungkinan pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan yang lebih luas,”jelasnya kembali.

“ADB diharapkan membuka kesadaran semua pihak di negeri ini untuk menyadari kekuatan budaya yang bisa menjadi arah kebijakan dan implementasi pembangunan nasional”, pungkas Irini Dewi Wanti.

Sementara itu berbagai kegiatan diselenggarakan dalam Festival Dongdala Budaya yang berlangsung dari tanggal 16 hingga 23 Desember, diantaranya Pembuatan Janur, Bejabur/Begawe Kelem, Nyiru Jaja Bejangkonga, Nyiru Jaja Bejangkongan, Kesenian musik tradisional Klenang Nunggal Pancor Kopong, Tradisi Religi Zikir Saman, Pameran Budaya Desa Pringgasela Selatan, pameran tenun.

Seperti ditambakan Koordinator Pokja Ketahanan Budaya Syukur Asih Suprojo menjelaskan bahwa kegiatan dilaksana salah satu bentuk kepeduliannya pemerintah terhadap kemajuan kebudayaan yang ada di Desa Pringgasela. “Kegiatan ini dalam rangka menguatkan dan mendukung pemajuan desa. Begitu juga ntuk meningkatkan SDM generasi Pemuda untuk lebih peduli terhadap desanya,” jelasnya.

“Tidak kalah penting untuk mempererat kerukunan dan menjaga Silaturrahmi antar Warga Desa. Menjaga dan melestarikan tradisi budaya khususnya dalam issue ketahanan pangan yang biasa dilakukan masyarakat secara turun-temurun,” paparnya.

Tujuan lain kegiatan Festival dilaksakan yaitu terus mendukung Pembangunan Desa berkelanjutan dengan akar budaya yang kuat. Serta tercapainya kesejahteraan masyarakat di Desa Pringgasela Selatan,” jelasnya kembali.

Sedangkan mengenai Tema Festival DONGDALA Budaya Desa” ini adalah “Sasaq
Sela, Nggisin Gumi”. Yang mengandung makna. Menurutnya Dongdala Sendiri dalam Istilah, sebagian orang sasak diartikan sebagai keberagaman yang unik. ” Kegiatan ini menjadi ajang silaturrahmi antar warga, Pelestarian budaya desa, dan sebagai pintu masuk dalam pengembangan desa berkelanjutan,” katanya.

“Untuk festival kali ini akan mengangkat issu ketahanan pangan yang menjadi fokus
dalam rangkaian acara yang akan digelar,” jelasnya

Karena itu, lanjut Syukur bahwa kegiatan itu mengandung makna “Kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat desa Pringgasela Selatan dalam merawat Bumi beserta isinya.
“Artinya bahwa Masyarakat Desa Pringgasela Selatan mempunyai cara atau tradisi
tersendiri dalam mengelola serta merawat bumi dan berdasarkan kebiasaan-
kebiasaan yang diwariskan oleh para leluhurnya,” ujarnya.

Di samping itu kegiatan ini akan menjadi jembatan untuk mulai menumbuhkan kepedulian terhadap budaya yang ada di Desa Pringgasela Selatan sehingga tetap dapat dilestarikan oleh generasi yang akan datang.

Menurut Syukur kegiatan itu sebagai bukti desa mampu membuat perencanaan pembangunan berbasis kebudayaan, dengan narasi dan aktivitas kebudayaan, berikut sistem data kebudayaan yang melekat di dalamnya, termasuk legalisasinya melalui Dokumen Pemajuan Kebudayaan Desa”.(rel)

SUMUTPOS.CO – Dalam rangka mendukung program pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan ketahanan pangan, Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan (PPK) Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi kegiatan Festival DONGDALA Budaya Desa”.

Kegiatan yang berlangsung di Desa Pringgasela Selatan, Kecamatan Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi NTB salah satu usaha mewujudkan serta pengembangan Kebudayaan yang ada di 7 kewilayahan yang ada di desa Pringgasela Selatan.

Tak hanya itu, malam puncak kegiatan Pemajuan Kebudayaan Desa menggelar acara Apresiasi Desa Budaya (ADB). Apresiasi Desa Budayai merupakan agenda tahunan sebagai puncak kegiatan program Pemajuan Kebudayaan Desa (PKD) yang digelar Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek sejak tahun 2021 lalu.

Seperti di jelaskan Irini Dewi Yanti Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Ditjen Kebudayaan bahwa kegiatan PKD bertujuan untuk membangun kemandirian, kesejahteraan dan penghidupan berkelanjutan yang bersinergi dengan berbagai sumber daya yang ada di desa. Dari tahun 2021 hingga saat ini ada 315 desa peserta PKD.

” Tentunya semua itu melalui tahapan proses temu-kenali, pengembangan dan pemanfaatan. Harapannya desa mampu mandiri dan berdaya. Ini dibuktikan dengan desa mampu membuat perencanaan pembangunan berbasis kebudayaan, dengan narasi dan aktivitas kebudayaan, berikut sistem data kebudayaan yang melekat di dalamnya, termasuk legalisasinya melalui Dokumen Pemajuan Kebudayaan Desa,” jelasnya.

Sementara itu Apresiasi Desa Budaya menjadi wujud pengakuan dan penghargaan atas pencapaian yang telah berhasil dilakukan oleh desa dan masyarakat dalam menegaskan dirinya sebagai Desa Budaya. Adapun kegiatan itu juga melibatkan melibatkan para juri dari kalangan akademisi, budayawan, pemerhati dan praktisi serta unsur pemegang kebijakan.

Diantara yang terlibat adalah Bito Wikantosa (staf ahli Kemendes/PDTT), Melani Budianta (FIB Universitas Indonesia), Fitri Utami Ningrum (pendiri Caventer), Redy Eko Prastyo (pegiat Kampung Cepluk) dan Aloysius Budi Kurniawan (Harian Kompas).

Dan pada tahun ini, para penerima penghargaan Apresiasi Desa Budaya adalah Desa Danau Lamo (Jambi), Desa Klungkung (Jawa Timur), Desa Denai Lama (Sumatera Utara), Desa Bayan (Nusa Tenggara Barat), dan Desa Pule (Jawa Timur). ” ADB menjadi salah satu bukti nyata kebudayaan mampu menjadi daya gerak dan daya hidup yang menghasilkan efek positif bagi masyarakat, termasuk membuka kemungkinan pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan yang lebih luas,”jelasnya kembali.

“ADB diharapkan membuka kesadaran semua pihak di negeri ini untuk menyadari kekuatan budaya yang bisa menjadi arah kebijakan dan implementasi pembangunan nasional”, pungkas Irini Dewi Wanti.

Sementara itu berbagai kegiatan diselenggarakan dalam Festival Dongdala Budaya yang berlangsung dari tanggal 16 hingga 23 Desember, diantaranya Pembuatan Janur, Bejabur/Begawe Kelem, Nyiru Jaja Bejangkonga, Nyiru Jaja Bejangkongan, Kesenian musik tradisional Klenang Nunggal Pancor Kopong, Tradisi Religi Zikir Saman, Pameran Budaya Desa Pringgasela Selatan, pameran tenun.

Seperti ditambakan Koordinator Pokja Ketahanan Budaya Syukur Asih Suprojo menjelaskan bahwa kegiatan dilaksana salah satu bentuk kepeduliannya pemerintah terhadap kemajuan kebudayaan yang ada di Desa Pringgasela. “Kegiatan ini dalam rangka menguatkan dan mendukung pemajuan desa. Begitu juga ntuk meningkatkan SDM generasi Pemuda untuk lebih peduli terhadap desanya,” jelasnya.

“Tidak kalah penting untuk mempererat kerukunan dan menjaga Silaturrahmi antar Warga Desa. Menjaga dan melestarikan tradisi budaya khususnya dalam issue ketahanan pangan yang biasa dilakukan masyarakat secara turun-temurun,” paparnya.

Tujuan lain kegiatan Festival dilaksakan yaitu terus mendukung Pembangunan Desa berkelanjutan dengan akar budaya yang kuat. Serta tercapainya kesejahteraan masyarakat di Desa Pringgasela Selatan,” jelasnya kembali.

Sedangkan mengenai Tema Festival DONGDALA Budaya Desa” ini adalah “Sasaq
Sela, Nggisin Gumi”. Yang mengandung makna. Menurutnya Dongdala Sendiri dalam Istilah, sebagian orang sasak diartikan sebagai keberagaman yang unik. ” Kegiatan ini menjadi ajang silaturrahmi antar warga, Pelestarian budaya desa, dan sebagai pintu masuk dalam pengembangan desa berkelanjutan,” katanya.

“Untuk festival kali ini akan mengangkat issu ketahanan pangan yang menjadi fokus
dalam rangkaian acara yang akan digelar,” jelasnya

Karena itu, lanjut Syukur bahwa kegiatan itu mengandung makna “Kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat desa Pringgasela Selatan dalam merawat Bumi beserta isinya.
“Artinya bahwa Masyarakat Desa Pringgasela Selatan mempunyai cara atau tradisi
tersendiri dalam mengelola serta merawat bumi dan berdasarkan kebiasaan-
kebiasaan yang diwariskan oleh para leluhurnya,” ujarnya.

Di samping itu kegiatan ini akan menjadi jembatan untuk mulai menumbuhkan kepedulian terhadap budaya yang ada di Desa Pringgasela Selatan sehingga tetap dapat dilestarikan oleh generasi yang akan datang.

Menurut Syukur kegiatan itu sebagai bukti desa mampu membuat perencanaan pembangunan berbasis kebudayaan, dengan narasi dan aktivitas kebudayaan, berikut sistem data kebudayaan yang melekat di dalamnya, termasuk legalisasinya melalui Dokumen Pemajuan Kebudayaan Desa”.(rel)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/