25.2 C
Medan
Saturday, June 22, 2024

Terapkan Kurikulum Berbasis Life Skill

SMA Swasta Harapan Medan

Mempersiapkan diri dan pengalaman untuk membuka usaha secara mandiri adalah prinsip entrepreneurship. Itu pula yang diterapkan Yayasan Pendidikan Harapan (Yaspendhar) Kampus I SMA Swasta Harapan 1 Medan Jalan Imam Bonjol No 35 Medan.

MEDAN- Kurikulum yang diterapkan di sekolah tersebut, memasukkan muatan lokal yang berbasis entrepreneurship atau kewirausahaan. Hal tersebut dimaksudkan untuk menerapkan lifeskill kepada siswa. “Kurikulum ini sesuai dengan kurikulum pendidikan nasional. Jadi tak hanya di sekolah kejuruan yang mendapatkan lifeskill bagi para siswanya,” terang Kepala SMA Swasta Harapan 1 Medan Drs H Sofyan Alwi MHum, Rabu (23/2).

Namun, lanjut Sofyan, kurikulum yang diterapkan tersebut tak serupa dengan sekolah kejuruan. Karena, menurutnya, dengan kurikulum tersebut siswa SMA Swasta Harapan 1 Medan dicetak untuk bisa membuka peluang kerja, paling tidak untuk dirinya sendiri. “Mereka dicetak bukan untuk menjadi pekerja,” jelasnya.

Dengan kurikulum berbasis entrepreneutship ini, setelah siswa lulus diharapkan bisa membuka usaha secara mandiri. Namun, tak menutup kemungkinan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. “Karena pembinaan atau proses pembelajaran yang diterapkan untuk meningkatkan mutu pendidikan siswa secara akademik juga tak kalah saing dengan proses pemberian lifeskill ini,” kata Sofyan.

Muatan lokal yang diterapkan pada kurikulum berbasis entrepreneurship ini yakni, tata boga, tata rias, home industry, desain grafis, kaligrafi, cinematography, budidaya tanaman hias, teknisi komputer dan otomotif. “Jadi ini bukan merupakan kegiatan ekstrakurikuler, penilaiannya masuk ke dalam rapor siswa. Jadi, siswa memang dituntut harus serius seperti mengikuti pelajaran lain di kelasnya. Muatan lokal ini juga memiliki jadwal khusus, yakni pada setiap Sabtu selama dua jam pelajaran,” tutur Sofyan.

Karena lanjut Sofyan, pada kegiatan pembelajaran muatan lokal ini pihaknya lebih menitikberatkan pembelajaran pada praktiknya. “Siswa tak terlalu membutuhkan teori yang berlebihan, tapi harus menguasainya secara baik pada saat praktiknya,” ujarnya.

Lebih lanjut Sofyan mengatakan, untuk memberikan hasil terbaik, pihaknya juga bekerjasama dengan pihak institusi pendidikan tinggi sebagai instruktur muatan lokal tadi. “Untuk setiap muatan lokal, kita memberdayakan guru yang ada dulu. Nah, untuk muatan lokal yang kita sendiri tak memiliki sumber daya yang layak, baru kita melakukan kerjasama dengan institusi pendidikan dan para ahli yang kami anggap berkompeten untuk menjadi instruktur pada muatan lokal tersebut,” jelasnya.

Sekolah yang memiliki jumlah siswa 827 orang ini diasuh oleh 47 guru yang telah sarjana dan 7 diantaranya telah berstatus S-2.

SMA Swasta Harapan 1 Medan juga mendapatkan predikat sebagai Sekolah Model (Percontohan) Nasional yang secara langsung ditetapkan oleh Ditjen Dikmen Subdit Pembinaan SMA Kemendiknas. Sekolah dengan predikat ini, hanya terdapat 132 sekolah di seluruh Indonesia. “Predikat ini didasarkan dari pemenuhan delapan standar nasional sekolah,” jelasnya.

Di SMA Swasta Harapan 1 Medan, guru juga wajib memahami informasi teknologi (IT). Untuk panduannya sekolah menanganinya langsung seperti memberikan pelatihan berupa workshop dan seminar-seminar.
Enrichment atau pengayaan juga diterapkan kepada siswa, seperti tambahan uji coba kemampuan, kuis, pembinaan olimpiade sains, aplikasi kurikulum yang bersifat praktik yang dikaitkan dengan dunia nyata. “Program kami ini telah diterapkan selama tiga tahun. Dan ini dimaksudkan untuk fokus menciptakan kemandirian siswa untuk membuka peluang kerja,” kata Sofyan. (saz)

SMA Swasta Harapan Medan

Mempersiapkan diri dan pengalaman untuk membuka usaha secara mandiri adalah prinsip entrepreneurship. Itu pula yang diterapkan Yayasan Pendidikan Harapan (Yaspendhar) Kampus I SMA Swasta Harapan 1 Medan Jalan Imam Bonjol No 35 Medan.

MEDAN- Kurikulum yang diterapkan di sekolah tersebut, memasukkan muatan lokal yang berbasis entrepreneurship atau kewirausahaan. Hal tersebut dimaksudkan untuk menerapkan lifeskill kepada siswa. “Kurikulum ini sesuai dengan kurikulum pendidikan nasional. Jadi tak hanya di sekolah kejuruan yang mendapatkan lifeskill bagi para siswanya,” terang Kepala SMA Swasta Harapan 1 Medan Drs H Sofyan Alwi MHum, Rabu (23/2).

Namun, lanjut Sofyan, kurikulum yang diterapkan tersebut tak serupa dengan sekolah kejuruan. Karena, menurutnya, dengan kurikulum tersebut siswa SMA Swasta Harapan 1 Medan dicetak untuk bisa membuka peluang kerja, paling tidak untuk dirinya sendiri. “Mereka dicetak bukan untuk menjadi pekerja,” jelasnya.

Dengan kurikulum berbasis entrepreneutship ini, setelah siswa lulus diharapkan bisa membuka usaha secara mandiri. Namun, tak menutup kemungkinan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. “Karena pembinaan atau proses pembelajaran yang diterapkan untuk meningkatkan mutu pendidikan siswa secara akademik juga tak kalah saing dengan proses pemberian lifeskill ini,” kata Sofyan.

Muatan lokal yang diterapkan pada kurikulum berbasis entrepreneurship ini yakni, tata boga, tata rias, home industry, desain grafis, kaligrafi, cinematography, budidaya tanaman hias, teknisi komputer dan otomotif. “Jadi ini bukan merupakan kegiatan ekstrakurikuler, penilaiannya masuk ke dalam rapor siswa. Jadi, siswa memang dituntut harus serius seperti mengikuti pelajaran lain di kelasnya. Muatan lokal ini juga memiliki jadwal khusus, yakni pada setiap Sabtu selama dua jam pelajaran,” tutur Sofyan.

Karena lanjut Sofyan, pada kegiatan pembelajaran muatan lokal ini pihaknya lebih menitikberatkan pembelajaran pada praktiknya. “Siswa tak terlalu membutuhkan teori yang berlebihan, tapi harus menguasainya secara baik pada saat praktiknya,” ujarnya.

Lebih lanjut Sofyan mengatakan, untuk memberikan hasil terbaik, pihaknya juga bekerjasama dengan pihak institusi pendidikan tinggi sebagai instruktur muatan lokal tadi. “Untuk setiap muatan lokal, kita memberdayakan guru yang ada dulu. Nah, untuk muatan lokal yang kita sendiri tak memiliki sumber daya yang layak, baru kita melakukan kerjasama dengan institusi pendidikan dan para ahli yang kami anggap berkompeten untuk menjadi instruktur pada muatan lokal tersebut,” jelasnya.

Sekolah yang memiliki jumlah siswa 827 orang ini diasuh oleh 47 guru yang telah sarjana dan 7 diantaranya telah berstatus S-2.

SMA Swasta Harapan 1 Medan juga mendapatkan predikat sebagai Sekolah Model (Percontohan) Nasional yang secara langsung ditetapkan oleh Ditjen Dikmen Subdit Pembinaan SMA Kemendiknas. Sekolah dengan predikat ini, hanya terdapat 132 sekolah di seluruh Indonesia. “Predikat ini didasarkan dari pemenuhan delapan standar nasional sekolah,” jelasnya.

Di SMA Swasta Harapan 1 Medan, guru juga wajib memahami informasi teknologi (IT). Untuk panduannya sekolah menanganinya langsung seperti memberikan pelatihan berupa workshop dan seminar-seminar.
Enrichment atau pengayaan juga diterapkan kepada siswa, seperti tambahan uji coba kemampuan, kuis, pembinaan olimpiade sains, aplikasi kurikulum yang bersifat praktik yang dikaitkan dengan dunia nyata. “Program kami ini telah diterapkan selama tiga tahun. Dan ini dimaksudkan untuk fokus menciptakan kemandirian siswa untuk membuka peluang kerja,” kata Sofyan. (saz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/