JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Asal-usul munculnya nama Agus Harimurti Yudhoyono sebagai calon Gubernur DKI Jakarta yang diusung Koalisi Cikeas masih menjadi pertanyaan. Sebab, awalnya nama Agus memang tidak pernah muncul dalam bursa nama kandidat calon Gubernur maupun Wakil Gubernur DKI.
Namun, Sekretaris Jenderal PPP Arsul Sani mengatakan, nama Agus muncul karena diusulkan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Syarief Hasan. ” Pak Syarief Hasan yang mengusulkan nama Agus kepada PPP,” ujar Arsul di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (26/9).
Anggota Komisi III DPR tersebut menambahkan, partainya bahkan tak membayangkan sebelumnya bakal mengusung anak sulung Ketua Umum PD Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu pada pilkada DKI. Sebab, PPP mulanya menyodorkan nama Sylviana Murni.
Namun, kata dia, setelah pembahasan yang cukup panjang akhirnya nama Agus bisa diterima. Apalagi usulan PPP untuk mengusung Sylviana juga diakomodasi anggota Koalisi Cikeas lainnya.
Karenanya PPP pun akan berupaya maksimal memenangkan Agus-Sylviana.
“PPP akan memperjuangkan secara maksimal keberhasilan paslon (Agus-Sylviana, red),” katanya.
Sebelumnya Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarifuddin Hasan juga membeberkan cerita di balik terpilihnya Agus Harimurti Yudhoyono menjadi bakal calon gubernur DKI Jakarta pada menit-menit terakhir. Syarif mengklaim, nama Agus awalnya tidak pernah terpikirkan oleh Partai Demokrat sebagai bakal calon gubernur yang akan diusung.
Partai Demokrat bersama PPP, PKB, dan PAN yang merupakan Poros Cikeas, mulanya membahas calon yang sudah ada di berbagai survei, seperti Yusril Ihza Mahendra dan Sandiaga Uno.
“Pada saat kita bahas itu yang paling tinggi (hasil survei) Yusril. Tetapi partai-partai koalisi Demokrat, tidak bulat. Menolak nama Yusril,” kata Syarif.
Lantaran ditolak, menurut Syarif, nama Yusril pun dibawa kepada poros Kertanegara yang digawangi Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera. Sayangnya, kedua partai itu pun disebut menolak mengusung Yusril.
Salah satu alasan penolakan Yusril, kata dia, adalah posisinya sebagai Ketua Umum Partai Bulan Bintang, dan partainya yang tidak memiliki kursi di DPRD DKI Jakarta. Selain itu, sikap Yusril juga disebut menjadi alasan lainnya.
“Nah yang kedua, dia (Yusril) dianggap agak sombong. Akhirnya tidak menerima dan kita bahas Sandiaga. Tetapi, karena sudah dicalonkan Gerindra, jadi tidak kami pakai,” ujarnya.
Setali tiga uang, nama Anies Baswedan yang akhirnya menjadi calon gubernur Gerindra dan PKS juga menuai penolakan dari poros Cikeas. Sehingga, ketika itu, kata Syarif, poros Cikeas mengalami deadlock.
“Akhirnya tiba-tiba partai koalisi mendorong nama Agus. Nah mereka bareng mendorong,” kata Syarif.
Namun, Syarif menuturkan, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono sempat tidak mau jika Agus yang dicalonkan. SBY, kata dia, meminta nama Agus menjadi pilihan terakhir.
Pembahasan yang semakin berlarut-larut membuat SBY luluh. Nama Agus pun menjadi pilihan Poros Cikeas. Syarif bercerita, SBY menyerahkan keputusan kepada putra sulungnya tersebut.