32 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Citra Demokrat Bisa Naik Tergantung Hasil Konvensi

Analis politik Universitas Diponegoro Semarang Susilo Utomo menilai citra Partai Demokrat bisa naik bergantung hasil konvensi calon presiden yang digelar partai politik tersebut.

“INI `bergantung pada hasil konvensi. Siapa figur yang terpilih nantinya. Yang terpenting, apakah figur yang terpilih bisa diterima publik,” kata pengajar FISIP Undip tersebut.

Menurut dia, konvensi capres sebagaimana umumnya hanya menjaring kader-kader internal untuk maju dengan dipilih oleh kalangan kader sendiri, tetapi konvensi capres Demokrat tampaknya memang berbeda.

Konvensi capres Demokrat, kata dia, terutama ditujukan untuk mencari siapa yang layak menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden yang akan diusung parpol tersebut pada Pemilu 2014.

Namun, ia mengungkapkan konvensi itu dilakukan pula untuk menjajaki tokoh-tokoh eksternal atau di luar Demokrat yang memiliki kapabilitas, reputasi, dan “track record” yang baik dan diterima publik.

“Harapannya, pengusungan figur capres yang diterima publik ini bisa membantu parpol mengumpulkan suara pada Pemilu 2014. Kalau melihat kondisi Demokrat sekarang ini jelas akan bisa menolong,” katanya.

Ia menjelaskan konvensi capres yang memberikan peluang bagi tokoh eksternal itu juga menunjukkan bahwa Demokrat sebagai parpol yang bergantung sosok sebagaimana SBY, bukan sebagai parpol ideologis.

Karena itu, kata dia, sepertinya Demokrat akan memilih figur capres yang relatif ‘aman’ diusung, dalam artian diterima oleh masyarakat dilihat dari track record, kapabilitas, dan reputasinya.

Selain dari aspek penerimaan publik, seperti bagaimana pencitraannya di media, kata dia, figur capres yang akan diusung oleh Demokrat dalam Pemilu 2014 nantinya tetap akan mempertimbangkan restu dari SBY.

Susilo menjelaskan transparansi dalam penyelenggaraan konvensi capres juga akan membantu menaikkan citra Demokrat di mata publik, setidaknya transparansi dalam soal pembiayaan kegiatan tersebut.

Sebelumnya, Board of Advisor Center for Strategic and International Studies (CSIS), Jeffrie Geovanie, mengatakan, konvensi calon presiden (capres) yang akan digelar Partai Demokrat bisa membuka peluang terciptanya regenerasi kepemimpinan nasional.

Jeffrie adalah pengamat politik yang pertama kali mengusulkan agar Partai Demokrat menggelar konvensi untuk menjaring calon presiden 2014. Ia mengusulkan perlunya digelar konvensi untuk menciptakan regenerasi kepemimpinan nasional.

‘’Saat ini, kita mengakami kebuntuan regenerasi politik. Konvensi bisa membuka peluang regenerasi kepemimpinan nasional,’’ ujar Board of Advisor Center for Strategic and International Studies (CSIS), Jeffrie Geovanie, beberapa waktu lalu.

Ia menilai, sejumlah calon presiden yang sudah bermunculan lebih mewakili politisi dan genarasi masa lalu. Jeffrie menegaskan, banyaknya capres generasi tua, bertentangan dengan perkembangan masyarakat, yang pemilih mayoritas merupakan generasi baru, berumur di bawah 50 tahun.

“Capres yang muncul dari partai-partai umumnya bukan berasal dari generasi baru,” ungkapnya. Namun, pendiri The Indonesian Institute itu mengaku bersyukur karena masih ada partai yang akan menggelar konvensi untuk menjaring capres yang akan bertarung di bursa Pilpres 2014.

Jeffrie memperkirakan Demokrat akan membuat konvensi secara terbuka, tidak membatasi generasi. ‘’Jadi membuka peluang bagi generasi baru yang juga pemilih mayoritas,’’ katanya.

Ia berharap tokoh muda seperti Jokowi, Gita Wirjawan, Sri Mulyani, Marzuki Alie, Dahlan Iskan, Irman Gusman, Mahfud MD, Chaerul Tandjung, Hari Tanoesudibyo, Soetrisno Bachir dan banyak lagi, ikut daftar dan diterima sebagai calon oleh panitia konvensi nanti. Tokoh-tokoh muda itu, kata dia, akan sulit diakomodasi partai-partai lain untuk jadi calon presiden.

Jeffrie berharap Partai Demokrat terbuka dalam mekanisme dan penetapan hasil akhir dari konvensi capres. “Kalau tidak terbuka dan demokratis, akan jadi bomerang,” tuturnya.

Ia berharap konvensi Demokrat tidak seperti konvensi capres yang pernah digelar Golkar pada 2004. Karena, menurut dia, konvensi Golkar dulu elitis dan tertutup dilihat dari sisi pemilihnya. Pemilih sama sekali tidak terlibat. Yang memilih dalam konvensi Golkar adalah pengurus Golkar sendiri, dari cabang sampai DPP.

Karena mekanismenya yang kurang tepat, sambung dia, Wiranto yang ditetapkan sebagai calon dalam konvensi itu kalah jauh oleh SBY dan Megawati padahal Golkar waktu itu partai pemenang.

Becermin pada pengalaman Golkar, Jeffrie berharap yang menentukan calon presiden di antara peserta konvensi itu adalah rakyat, pemilih pada umumnya. Kalau cara ini yang dipakai maka Jeffrie yakin yang terpilih bukan hanya terbaik di antara peserta konvensi tapi juga kompetitif dengan calon dari parpol lain. “Peluang menang Pilpres menjadi lebih terbuka.” (bbs/jpnn)

Analis politik Universitas Diponegoro Semarang Susilo Utomo menilai citra Partai Demokrat bisa naik bergantung hasil konvensi calon presiden yang digelar partai politik tersebut.

“INI `bergantung pada hasil konvensi. Siapa figur yang terpilih nantinya. Yang terpenting, apakah figur yang terpilih bisa diterima publik,” kata pengajar FISIP Undip tersebut.

Menurut dia, konvensi capres sebagaimana umumnya hanya menjaring kader-kader internal untuk maju dengan dipilih oleh kalangan kader sendiri, tetapi konvensi capres Demokrat tampaknya memang berbeda.

Konvensi capres Demokrat, kata dia, terutama ditujukan untuk mencari siapa yang layak menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden yang akan diusung parpol tersebut pada Pemilu 2014.

Namun, ia mengungkapkan konvensi itu dilakukan pula untuk menjajaki tokoh-tokoh eksternal atau di luar Demokrat yang memiliki kapabilitas, reputasi, dan “track record” yang baik dan diterima publik.

“Harapannya, pengusungan figur capres yang diterima publik ini bisa membantu parpol mengumpulkan suara pada Pemilu 2014. Kalau melihat kondisi Demokrat sekarang ini jelas akan bisa menolong,” katanya.

Ia menjelaskan konvensi capres yang memberikan peluang bagi tokoh eksternal itu juga menunjukkan bahwa Demokrat sebagai parpol yang bergantung sosok sebagaimana SBY, bukan sebagai parpol ideologis.

Karena itu, kata dia, sepertinya Demokrat akan memilih figur capres yang relatif ‘aman’ diusung, dalam artian diterima oleh masyarakat dilihat dari track record, kapabilitas, dan reputasinya.

Selain dari aspek penerimaan publik, seperti bagaimana pencitraannya di media, kata dia, figur capres yang akan diusung oleh Demokrat dalam Pemilu 2014 nantinya tetap akan mempertimbangkan restu dari SBY.

Susilo menjelaskan transparansi dalam penyelenggaraan konvensi capres juga akan membantu menaikkan citra Demokrat di mata publik, setidaknya transparansi dalam soal pembiayaan kegiatan tersebut.

Sebelumnya, Board of Advisor Center for Strategic and International Studies (CSIS), Jeffrie Geovanie, mengatakan, konvensi calon presiden (capres) yang akan digelar Partai Demokrat bisa membuka peluang terciptanya regenerasi kepemimpinan nasional.

Jeffrie adalah pengamat politik yang pertama kali mengusulkan agar Partai Demokrat menggelar konvensi untuk menjaring calon presiden 2014. Ia mengusulkan perlunya digelar konvensi untuk menciptakan regenerasi kepemimpinan nasional.

‘’Saat ini, kita mengakami kebuntuan regenerasi politik. Konvensi bisa membuka peluang regenerasi kepemimpinan nasional,’’ ujar Board of Advisor Center for Strategic and International Studies (CSIS), Jeffrie Geovanie, beberapa waktu lalu.

Ia menilai, sejumlah calon presiden yang sudah bermunculan lebih mewakili politisi dan genarasi masa lalu. Jeffrie menegaskan, banyaknya capres generasi tua, bertentangan dengan perkembangan masyarakat, yang pemilih mayoritas merupakan generasi baru, berumur di bawah 50 tahun.

“Capres yang muncul dari partai-partai umumnya bukan berasal dari generasi baru,” ungkapnya. Namun, pendiri The Indonesian Institute itu mengaku bersyukur karena masih ada partai yang akan menggelar konvensi untuk menjaring capres yang akan bertarung di bursa Pilpres 2014.

Jeffrie memperkirakan Demokrat akan membuat konvensi secara terbuka, tidak membatasi generasi. ‘’Jadi membuka peluang bagi generasi baru yang juga pemilih mayoritas,’’ katanya.

Ia berharap tokoh muda seperti Jokowi, Gita Wirjawan, Sri Mulyani, Marzuki Alie, Dahlan Iskan, Irman Gusman, Mahfud MD, Chaerul Tandjung, Hari Tanoesudibyo, Soetrisno Bachir dan banyak lagi, ikut daftar dan diterima sebagai calon oleh panitia konvensi nanti. Tokoh-tokoh muda itu, kata dia, akan sulit diakomodasi partai-partai lain untuk jadi calon presiden.

Jeffrie berharap Partai Demokrat terbuka dalam mekanisme dan penetapan hasil akhir dari konvensi capres. “Kalau tidak terbuka dan demokratis, akan jadi bomerang,” tuturnya.

Ia berharap konvensi Demokrat tidak seperti konvensi capres yang pernah digelar Golkar pada 2004. Karena, menurut dia, konvensi Golkar dulu elitis dan tertutup dilihat dari sisi pemilihnya. Pemilih sama sekali tidak terlibat. Yang memilih dalam konvensi Golkar adalah pengurus Golkar sendiri, dari cabang sampai DPP.

Karena mekanismenya yang kurang tepat, sambung dia, Wiranto yang ditetapkan sebagai calon dalam konvensi itu kalah jauh oleh SBY dan Megawati padahal Golkar waktu itu partai pemenang.

Becermin pada pengalaman Golkar, Jeffrie berharap yang menentukan calon presiden di antara peserta konvensi itu adalah rakyat, pemilih pada umumnya. Kalau cara ini yang dipakai maka Jeffrie yakin yang terpilih bukan hanya terbaik di antara peserta konvensi tapi juga kompetitif dengan calon dari parpol lain. “Peluang menang Pilpres menjadi lebih terbuka.” (bbs/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/