Oleh: Sihar Emry Prihandy
/ 1 /
Kota Nadem, Maret 16 2012 Rumah Esterita – Pukul 18.36 Waktu Nadem.
Esterita menuju dapur. Lelah sehari mengajar hendak dihapus dengan secangkir kopi. Usai membuat kopi ia membuka laptop. Ada beberapa surel yang harus ia balas. Tangannya menari di atas keyboard. Ia juga membuka akun facebook. Matanya melotot membaca status Basaria De Milano, sahabatnya satu kampus.
Esterita mengomentari status Basaria: Benarkah? Basaria yang masih online di seberang langsung membalas: Benar, Es. Aku di Kroy Wen General Hospital saat ini. Sedih rasanya.
Esterita haru. Meski telah tinggal di negeri orang yang berbeda waktu dengan kota asal, sahabatnya masih menaruh perhatian kepada Kota Nadem. Bahkan kondisi Wali kota tak luput dari perhatiannya. Singkat ia kembali membalas Basaria: Terima kasih untuk informasi ini, Ria.
Ia lalu mengarahkan kursor ke dinding akunnya. Turut berdukacita atas meninggalnya Wali kota Nadem di Kroy Wen General Hospital.
Tak lama, puluhan tanggapan dari teman-temannya berurut muncul satu demi satu. Meminta kepastian informasi. Esterita menjawab: Aku mendapat kabar langsung dari teman di Kroy Wen General Hospital.
*** Kantor Dewan Kota Partai Tao Na Tio – Pukul 19:11 Waktu Nadem.
Satu persatu para petinggi Dewan Kota Partai Tao Na Tio hadir. Mereka masuk terburu-buru menuju ruang rapat.
Terlukis ekspresi bercahaya di wajah mereka. Tak berapa lama muncul Wakil Wali Kota dengan kendaraan dinas.
Ia menyusul rekan-rekan satu partainya ke ruang rapat.
“Saudara sekalian,” ucap Ketua Dewan Kota dari tempat duduknya, “Sesuai berita yang barusan kita terima bahwa wali kota telah wafat.
Maka, sesuai Undang-Undang, wakil wali kota secara otomatis menggantikan.
Kita akan minta Dewan Nasional melobi ibukota agar segera melantik Saudara wakil wali kota menjadi wali kota definitif.” Bendahara Dewan Kota mengangkat tangan. “Lantas bagaimana lobi itu dilakukan? Maksudnya, adakah kesepakatan-kesepakatan khusus mengingat Menteri Urusan Daerah dan wali kota sama-sama berasal dari Partai Rura Na Uli?” “Mengenai kesepakatan dengan menteri dan Partai Rura Na Uli sepenuhnya diselesaikan oleh Dewan Nasional. Kita akan tunggu hasil kesepakatan tersebut,” jawab Ketua Dewan Kota.
*** Kantor Televisi Lokal tvKITA – Pukul 19:20 Waktu Nadem.
Penyiar mewawancarai Basaria melalui telepon. Ia menyimak setiap kata yang diucapkan Basaria. Hampir setengah jam Penyiar menggali informasi terkait kabar kematian Wali kota. Hingga pembicaraan terputus.
“Maaf, para pemirsa. Wawancara eksklusif kami terputus akibat gangguan sinyal,” ucap Penyiar. “Anggota keluarga ataupun kerabat wali kota akan terus kami coba hubungi.” Ia lalu memasang wajah kebingungan.
“Kami juga tengah mengupayakan tersambung dengan dokter yang menangani wali kota di Kroy Wen. Seperti kita ketahui, selama ini wali kota menderita kanker prostat.
Namun, narasumber kami menyebutkan wali kota meninggal karena kanker otak.” *** Male Butuha Restaurant – Pukul 19:37 Waktu Nadem Sekretaris Persatuan Pengusaha Provinsi berjalan cepat menuju meja 48. Di sana telah menunggu Ketua dan Bendahara. Ketiganya bersalaman dengan senyum dipaksakan keluar dari bibir. Ketegangan mendominasi garis-garis wajah.
“Apa langkah kita selanjutnya, Ketua?,” tanya Sekretaris.
Ketua menarik nafas panjang. “Sesungguhnya kejadian ini bukan masalah besar. Kita telah melalui banyak kejadian tak terduga. Seluruh perusahaan kita akan baik-baik saja,” ucap Ketua. Ia kemudian melanjutkan, “Tentu dengan memastikan dinas-dinas strategis tetap kita pegang.” “Hal itulah yang paling penting kita pastikan, Ketua,” desak Bendahara.
Ketua lalu menjelaskan rencananya menemui wakil wali kota sebelum dilantik menteri. Ia akan meminta wakil wali kota mempertahankan kepala-kepala dinas strategis yang telah menjabat 7 hingga 10 tahun ini. Keberadaan mereka sangat penting sebagai perpanjangan kepentingan Persatuan Pengusaha Provinsi.
“Kesepakatan seperti apa yang akan dibuat?,” tanya Bendahara.
“Belum tahu seperti apa. Namun, kita akan meminta Persatuan Pengusaha Nasional melobi Dewan Nasional Partai Tao Na Tio. Jika buntu, kita minta Menteri Urusan Daerah menunda pelantikan wakil wali kota. Sebagai pendiri Persatuan Pengusaha, Menteri pasti memahami kondisi kita di sini,” sebut Ketua.
*** Sekretariat Lembaga Demokrasi Kota – Pukul 19:55 Waktu Nadem.
Lembaga Demokrasi Kota menggelar rapat terbatas mendadak. Organisasi masyarakat sipil itu menemukan adanya indikasi korupsi di balik kematian wali kota. Sejumlah data yang mereka kumpulkan dalam seminggu terakhir menyebutkan wali kota menggunakan uang rakyat untuk keperluan berobat ke Kroy Wen.
“Kawan-Kawan, dengan adanya temuan ini, maka kita harus melaporkan wali kota kepada Lembaga Antikorupsi Negara. Pengusutan harus dilakukan meski wali kota telah mati.
Bagaimanapun, hukum dan kebenaran harus menjadi landasan republik ini,” sebut Ketua Divisi Investigasi Lembaga Demokrasi Kota.
/ 2 / Kroy Wen City, Maret 16 2012 Kroy Wen General Hospital – Pukul 06:22 Waktu Kroy Wen.
Basaria memeluk suaminya Leonardo De Milano. Kabar pagi ini begitu menyesakkan mereka. Keduanya terpukul menerima kenyataan.
Terutama Leonardo. Sebagai staf wali kota, ia belajar banyak hal tentang kepemimpinan dari wali kota.
Ia melihat langsung bagaimana wali kota tak membuat jarak dengan warga Kroy Wen yang dipimpinnya.
Drama pilu pasangan beda bangsa itu disudahi kedatangan 2 pejabat Pemerintahan Kroy Wen. Leonardo memeluk Basaria sekali lagi lalu bergabung bersama tamu dan keluarga wali kota. Basaria mengambil tempat menyendiri. Ia mengeluarkan ponsel dan membuka akun facebook. Di dindingnya ia menulis: Deep Condolence for Our Major’s Death.
*** Rumah Dinas wali kota – Pukul 10.23 Waktu Kroy Wen.
Basaria De Milano mengambil ponsel dari tas tangan. Nama Esterita, sahabatnya, tertera di layar. Ia menekan tombol bergambar gagang telepon warna hijau.
“Horas,” sapa Basaria.
“Horas,” sapa Esterita dari seberang.
“Sedang sibuk?” “Akan sibuk,” sahut Basaria pelan.
“Sibuk diwawancarai?,” Esterita tertawa.
Basaria tersenyum tipis.
“Tadi aku nonton wawancaramu dengan tvKITA. Kota Nadem malam ini ramai. Semua warga membicarakan kematian wali kota.” “Oh, ya?” “Ya. Apalagi beredar isu kalau wali kota korupsi. Biaya berobatnya ke Kroy Wen tidak dengan uang pribadi, tapi uang rakyat,” jelas Esterita.
“Biaya berobat ke Kroy Wen?” “Iya,” sahut Esterita.
Basaria semakin heran. Bagaimana mungkin wali kota korupsi sedangkan biaya pengobatannya ditanggung oleh Pemerintah Kota? Ia sama sekali tak mengerti mengapa warga Kota Nadem menganggap kematian wali kota Kroy Wen menjadi begitu penting. (*) Sihar Emry Prihandy: Sukarelawan YMCA Medan dan saat ini bekerja di rumah produksi Media Identitas sebagai scriptwriter.