25 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Bencana Banjir Hantui Sumut

Hasil Penelitian dan Pengembangan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

Puting beliung disertai hujan deras dan petir di sejumlah wilayah Sumatera Utara (Sumut) yang sering terjadi akibat pemanasan kota yang kian tinggi. Itu disebabkan efek rumah kaca yang marak dibangun, sehingga terjadi perubahan Co2 (zat asam arang) sehingga memicu munculnya cuaca ekstrim.

Save the earth
Save the earth

Hal ini dikatakan Dr Didi Satiadi Peneliti Atmosfir Pusat Sains dan Tehnologi Atmosfir Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) kepada wartawan, Kamis (18/10) di sela-sela sosialisasi hasil Penelitian dan Pengembangan Atmosfir LAPAN untuk wilayah Sumut yang diselenggarakan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provsu bekerjasama dengan PSTA LAPAN di Hotel Danau Toba Internasional Medan.

Berdasarkan catatatnya, angin kencang dan puting beliung serta hujan deras diserta petir mengancam wilayah Sumut pada Oktober-November 2012 ini.  “Memang ancaman itu mulai September lalu, tapi puncaknya pada Oktober ini, lalu di akhir November mendatang. Adapun daerah Sumut yang menjadi ancaman angin kencang dan puting beliung disertai hujan deras serta petir pada Oktober dan November ini yakni  daerah wilayah Pantai Timur Sumut. Sedangkan wilayah Sumut Bagian Barat yang harus diwaspadai masyarakatnya adalah bencana longsor,” jelas Dr Didi Satiadi didampingi Kepala Bidang Tehnologi Atmosfir LAPAN Ir Halimurrahman MT.

Menurut Didi, secara umum perubahan cuaca di dunia, lanjutnya, disebabkan tingginya pembangunan rumah kaca di kota-kota di dunia, serta maraknya perambahan dan pembakaran hutan. “Jika ini terus dibiarkan maka cuaca ekstrem secara global akan bisa membahayakan bumi. Jadi ini bukan kerja satu orang, satu negara saja seperti Indonesia, tapi semua masyarakat dunia, terutama pemimpin dunia harus melakukan gerakan untuk menyelamatkan bumi kita,” imbaunya seraya berharap kepada masyarakat Sumut, khususnya pemerintah daerah di Sumut agar dapat mengurangi pembangunan rumah kaca, perambahan maupun pembakaran hutan ke depannya.

Sementara Kepala Badan Lingkungan Hidup Provsu Dr Ir Hj Hidayati MSi menyampaikan kerjasama sama antara Badan Lingkungan Hidup Provsu dan LAPAN dapat berlanjut terus, khususnya dalam penelitian Co2. “Karena peralatan Badan Lingkungan Hidup Provsu untuk mengukur Co2 di Sumut sudah tidak mendukung lagi, kami hanya menggunakan peralatan yang ada saat ini,” katanya.

Dia juga mengatakan, cuaca ekstrem di Sumut, khususnya di kota Medan akhir-akhir ini sering terjadi. Untuk memantau cuaca itu dibutuhkan peralatan khusus dengan teknologi yang canggih, terutama untuk mengetahui perkembangan atmosfir atau Co2. “Adapun langkah-langkah yang telah dilakukan Badan Lingkungan Hidup Provsu untuk mengatasi cuaca ektrem di Sumut, antara lain melakukan penanaman pohon bekerjasama dengan pemerintah kabupatan/kota serta instansi terkait lainnya,” paparnya.

Kemudian, lanjutnya, menjalankan UU No 32/ 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Karena itu bukan tugas pemerintah pusat saja tapi juga provinsi dan kabupaten/kota. Karena UU itu juga memberikan amanat kepada lembaga pemerintah bidang lingkungan hidup agar menguatkan upaya konservasi, rehabilitasi, pengendalian kerusakan ekosistem, dan pencadangan sumber daya alam. (ram)

Hasil Penelitian dan Pengembangan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

Puting beliung disertai hujan deras dan petir di sejumlah wilayah Sumatera Utara (Sumut) yang sering terjadi akibat pemanasan kota yang kian tinggi. Itu disebabkan efek rumah kaca yang marak dibangun, sehingga terjadi perubahan Co2 (zat asam arang) sehingga memicu munculnya cuaca ekstrim.

Save the earth
Save the earth

Hal ini dikatakan Dr Didi Satiadi Peneliti Atmosfir Pusat Sains dan Tehnologi Atmosfir Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) kepada wartawan, Kamis (18/10) di sela-sela sosialisasi hasil Penelitian dan Pengembangan Atmosfir LAPAN untuk wilayah Sumut yang diselenggarakan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provsu bekerjasama dengan PSTA LAPAN di Hotel Danau Toba Internasional Medan.

Berdasarkan catatatnya, angin kencang dan puting beliung serta hujan deras diserta petir mengancam wilayah Sumut pada Oktober-November 2012 ini.  “Memang ancaman itu mulai September lalu, tapi puncaknya pada Oktober ini, lalu di akhir November mendatang. Adapun daerah Sumut yang menjadi ancaman angin kencang dan puting beliung disertai hujan deras serta petir pada Oktober dan November ini yakni  daerah wilayah Pantai Timur Sumut. Sedangkan wilayah Sumut Bagian Barat yang harus diwaspadai masyarakatnya adalah bencana longsor,” jelas Dr Didi Satiadi didampingi Kepala Bidang Tehnologi Atmosfir LAPAN Ir Halimurrahman MT.

Menurut Didi, secara umum perubahan cuaca di dunia, lanjutnya, disebabkan tingginya pembangunan rumah kaca di kota-kota di dunia, serta maraknya perambahan dan pembakaran hutan. “Jika ini terus dibiarkan maka cuaca ekstrem secara global akan bisa membahayakan bumi. Jadi ini bukan kerja satu orang, satu negara saja seperti Indonesia, tapi semua masyarakat dunia, terutama pemimpin dunia harus melakukan gerakan untuk menyelamatkan bumi kita,” imbaunya seraya berharap kepada masyarakat Sumut, khususnya pemerintah daerah di Sumut agar dapat mengurangi pembangunan rumah kaca, perambahan maupun pembakaran hutan ke depannya.

Sementara Kepala Badan Lingkungan Hidup Provsu Dr Ir Hj Hidayati MSi menyampaikan kerjasama sama antara Badan Lingkungan Hidup Provsu dan LAPAN dapat berlanjut terus, khususnya dalam penelitian Co2. “Karena peralatan Badan Lingkungan Hidup Provsu untuk mengukur Co2 di Sumut sudah tidak mendukung lagi, kami hanya menggunakan peralatan yang ada saat ini,” katanya.

Dia juga mengatakan, cuaca ekstrem di Sumut, khususnya di kota Medan akhir-akhir ini sering terjadi. Untuk memantau cuaca itu dibutuhkan peralatan khusus dengan teknologi yang canggih, terutama untuk mengetahui perkembangan atmosfir atau Co2. “Adapun langkah-langkah yang telah dilakukan Badan Lingkungan Hidup Provsu untuk mengatasi cuaca ektrem di Sumut, antara lain melakukan penanaman pohon bekerjasama dengan pemerintah kabupatan/kota serta instansi terkait lainnya,” paparnya.

Kemudian, lanjutnya, menjalankan UU No 32/ 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Karena itu bukan tugas pemerintah pusat saja tapi juga provinsi dan kabupaten/kota. Karena UU itu juga memberikan amanat kepada lembaga pemerintah bidang lingkungan hidup agar menguatkan upaya konservasi, rehabilitasi, pengendalian kerusakan ekosistem, dan pencadangan sumber daya alam. (ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/