Selama ini urine atau dikenal dengan zat berbentuk cairan yang terbuang begitu saja. Selain itu bau dari zat urea yang terkandung dalam urine juga dinilai sangat mengganggu. Padahal urea yang terkandung dalam urine tersebut dapat dijadikan sebagai sumber nitrogen yang baik untuk makhluk hidup. Urea dapat dimanfaatkan untuk mempercepat pembentukan kompos, serta dapat diubah menjadi pestisida.
Penggunaan urine sapi yang kini tengah berkembang adalah sebagai pupuk tanaman. Di beberapa negara, pupuk urine merupakan bagian dari program pemanfaatan limbah yang disebut Ecosan. Ecological Sanitation (Ecosan) diilhami oleh banyaknya permasalahan lingkungan, terutama yang berkaitan dengan limbah rumah tangga seperti kotoran manusia.
Dahulu, sebagian menganggap limbah tersebut tidak berguna sehingga sering dibuang begitu saja. Namun, sebenarnya kotoran tersebut sekarang ini dapat diolah sedemikian rupa sehingga lebih berdaya guna. Di samping mampu menjaga kesuburan tanah, teknologi ini juga dapat membantu mewujudkan ketahanan pangan.
Bahkan pupuk urine memiliki banyak keunggulan, baik dari sisi lingkungan, ekonomi maupun sosial. Dalam lingkungan, penggunaan pupuk ini memperbaiki penanganan kesehatan masyarakat. Penggunaan pupuk air seni juga mampu meningkatkan hasil panen sehingga taraf hidup masyarakat membaik.
Guru Biologi SMAN 2 Pangkalan Kerinci, Rita Khairani SPd salah seorang yang sudah melakukan penelitian air seni manusia sebagai pupuk. Secara umum, menurut Rita penelitian menunjukkan bahwa penggunaan urine sebagai sumber nitrogen. Ini harus sebanding dengan pupuk urea. Kendati demikian, hasil ini bergantung pada kepekaan tanaman yang dipanen terhadap kadar garam (salinitas) lahan tempat bercocok tanam.
Oleh karenanya, kata Raita perlu pengawasan dalam penggunaan pupuk air seni ini. Penelitian ilmuwan ini membuktikan bahwa air seni manusia dapat digunakan sebagai pupuk tanpa mengancam nilai kehigienisan tanaman yang berarti. Selain itu, rasa produk makanannya juga tak berkurang meski tanaman yang menjadi bahan bakunya diberi pupuk urine.
Rita menyebutkan, proses pengolahan urine tidak rumit. Bahan-bahan yang dibutuhkan tidak sukar dicari. Bahan utama adalah urine atau air seni. Untuk 100 liter urine dibutuhkan 1 Kilogram rempah-rempah yang dapat menghasilkan 100 liter pestisida. Bahan dan alat-alatnya mudah dicari. Urine tersebut dipastikan siap digunakan sebagai pestisida, tak kalah dengan pestisida buatan pabrik. Untuk penggunaannya, setiap satu liter pestisida organik dari urine ini dicampur dengan 10 liter air.
Sedangkan untuk pemilihan bahan pembuatannya, harus didasarkan pada kandungan bahan yang terdapat dalam rempah-rempah tersebut. Pestisida dari urine ini memiliki keuntungan dibandingkan dengan pestisida dari bahan anorganik yang lain. Bahkan lebih aman, tidak berbahaya karena tidak mengandung racun. Pada pemakaian dalam dosis tinggi tidak merusak struktur tanah. ‘’Yang terpenting pengunaannya tidak mencemari lingkungan, memiliki perlindungan pada tanaman yang sama kuatnya terhadap serangan hama tanaman. Dapat menyuburkan tanah karena diuraikan mikroorganisme menjadi pupuk cair yang berguna bagi kesuburan tanah,’’ jelasnya kepada Riau Pos (grup Sumut Pos), belum lama ini.
Menurut dia lagi, sejumlah negara sudah mulai menggalakkan program daur ulang limbah manusia ini. Sebut saja China, Zimbabwe, Meksiko, India dan Uganda. Bahkan, beberapa negara Eropa juga turut serta dalam program ini, misalnya Jerman dan Swedia.
’’Saya ada membaca buku. Dalam buku tersebut menurut Ian Caldwell dan Arno Rosemarin dari Stockholm Environment Institute, Swedia, penggunaan urine dan kotoran manusia sebagai pupuk adalah cara utama dalam menerapkan pertanian berkelanjutan,’’ jelasnya.(rp/jpnn)