32 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Berkunjung ke AS, Dahlan Cari Solusi Bisnis Luar Negeri

4-9-13- dahlan v mobil elektrik (7)Kunjungan Menteri BUMN Dahlan Iskan ke Amerika Serikat rupanya membawa banyak inspirasi untuk beberapa proyek ke depan. Mantan Dirut PLN itu giat mengunjungi perusahaan-perusahaan yang ada disana untuk sekedar berkunjung sampai mencari solusi. Bagaimana perjalanannya?
Dia mengaku sempat mengunjung kantor perusahaan INA Inc (Iptn North America) di Seattle, Amerika Serikat (AS).  Perusahaan tersebut ternyata milik salah satu BUMNn
di Indonesia. “Sahamnya 100 persen milik PT DI. Perusahaan ini berkantor di bangunan dua lantai milik sendiri. Sepada dengan kantor-kantor lain di sekitarnya,” ceritanya seperti rilis yang diterima Jawa Pos (grup Sumut Pos).
Di sana, Dahlan berdiskusi dengan Direktur Utama INA Inc. Gautama Indra Djaja. Dalam diskusi tersebut, dia berniat ingin tahu upaya-upaya untuk meningkatkan usaha di AS. Ternyata, Dirut tersebut mengaku bahwa INA Inc sudah tidak mendapat subsidi dari induknya di Bandung selama tiga tahun terakhir. Status mandiri itu diperoleh dengan menjad pemasok spare part pesawat terbang. Pemasokan itu bukan hanya untuk PT DI tapi untuk perusahaan di negara yang lain.
“Bahkan, menurut Indra omset dari PT DI hanya 10 persen dari omset (INA Inc) secara keseluruhan. Karena itu, ada tujuh program yang diputuskan dalam rapat kemarin. Termasuk apa yang bisa dilakukan untuk melakukan kerja sama dengan industri pesawat terbang di AS,” terangnya.
Setelah berdiskusi, Dahlan pergi untuk memenuhi undangan masyarakat indonesia yg ada di Seattle. Di sana, Dahlan mendiskusikan berbagai masalah diaspora dan ekonomi di Indonesia. “Hadir di acara tersebut tenaga-tenaga ahli yg bekerja di Seattle. Antara lain, di pabrik pesawat Boeing dan di Microsoft,” ujarnya.
Keesokan harinya, Dahlan pun mengunjungi dealer mobil listrik Tesla. Masih di Seattle, kota pusat perusahaan global seperti Boeing atau Microsoft, dia mengaku ingin tahu bagaimana sebenarnya mobil listrik yang sukses dan laku. “Tesla adalah mobil listrik paling laris di AS. Penjualannya direncanakan mencapai 25.000 tahun ini,” imbuhnya.
Alasannya adalah untuk mencari tahu apakah memang semua produk mobil listrik di AS tidak menggunakan gearbox. Seperti yang diketahui, absennya gearbox dinilai menjadi penyebab saat mobil listrik Tucuxi yang dikendarai Dahlan Iskan menabrak tebing di daerah Sarangan, Magetan. Namun, perancang Tucuxi Danet Suryatama mengatakan mobil listrik tak perlu gearbox
“Salah satu produk Tesla yang dipajang di situ adalah sedan empat pintu dengan empat penumpang berwarna merah (Tesla Model S). Ternyata mobil Tesla yang saya lihat ini menggunakan gear box. Belum puas dengan gambar, saya bertanya kepada teknisi Tesla yang ada di dealer tersebut. Jawabnya tegas: mobil ini menggunakan gearbox. Tujuannya untuk pengendalian mobil saat menghadapi jalan yang curam,” ungkapnya.
Dengan temuan itu, Dahlan semakin yakni untuk menggunakan gearbox untuk mobil listrik generasi kedua yang dibidani Pendawa Putra Petir. “Sekitar dua minggu lagi mobil-mobil listrik nasional generasi kedua sudah akan bisa dilihat di Jakarta. Baterai lithium mobil listrik nasional generasi kedua ini sudah bikinan Indonesia,” tambahnya.
Dia menambahkan, mobil listrik sebenarnya punya peluang bisnis yang besar. Dia mencontohkan, penjualan mobil Tesla. Saking larisnya, konsumen pernah harus inden selama enam bulan untuk mendapatkan mobil listrik itu. Karena itu kapasitas produksinya pun dinaikkan. “Kata petugas dealer tersebut, sekarang antrinya hanya dua minggu,” terangnya.
Namun, lanjut dia, larisnya mobil tersebut juga sejajar dengan kualitas Tesla. Mobil listrik tersebut bisa menempuh jarak 200 kilometer sekali dicharge. Dia juga memuji Interiornya yang cantik. “Display screennya sebesar layar laptop 15 inchi. Harga jualnya USD 70.000 dan sama sekali tidak terkena pajak. Bahkan 10 persen dari harga itu bisa untuk faktor pengurangan pajak,” katanya.
Oleh sebab itu, dia ingin segera mempercepat proyek mobil listrik. Sebab, realisasi proyek tersebut bisa sedikit menanggulangi momen lesunya ekonomi Indonesia saat ini. “Dengan terjadinya krisis ekonomi sekarang ini mobil listrik semakin relevan. Apalagi impor BBM masih sangat besar. Besarnya impor BBM ini telah menyebabkan terjadinya defisit neraca perdagangan yang kemudian menjadi faktor utama terjadinya krisis,” jelasnya. (bil/jpnn)

4-9-13- dahlan v mobil elektrik (7)Kunjungan Menteri BUMN Dahlan Iskan ke Amerika Serikat rupanya membawa banyak inspirasi untuk beberapa proyek ke depan. Mantan Dirut PLN itu giat mengunjungi perusahaan-perusahaan yang ada disana untuk sekedar berkunjung sampai mencari solusi. Bagaimana perjalanannya?
Dia mengaku sempat mengunjung kantor perusahaan INA Inc (Iptn North America) di Seattle, Amerika Serikat (AS).  Perusahaan tersebut ternyata milik salah satu BUMNn
di Indonesia. “Sahamnya 100 persen milik PT DI. Perusahaan ini berkantor di bangunan dua lantai milik sendiri. Sepada dengan kantor-kantor lain di sekitarnya,” ceritanya seperti rilis yang diterima Jawa Pos (grup Sumut Pos).
Di sana, Dahlan berdiskusi dengan Direktur Utama INA Inc. Gautama Indra Djaja. Dalam diskusi tersebut, dia berniat ingin tahu upaya-upaya untuk meningkatkan usaha di AS. Ternyata, Dirut tersebut mengaku bahwa INA Inc sudah tidak mendapat subsidi dari induknya di Bandung selama tiga tahun terakhir. Status mandiri itu diperoleh dengan menjad pemasok spare part pesawat terbang. Pemasokan itu bukan hanya untuk PT DI tapi untuk perusahaan di negara yang lain.
“Bahkan, menurut Indra omset dari PT DI hanya 10 persen dari omset (INA Inc) secara keseluruhan. Karena itu, ada tujuh program yang diputuskan dalam rapat kemarin. Termasuk apa yang bisa dilakukan untuk melakukan kerja sama dengan industri pesawat terbang di AS,” terangnya.
Setelah berdiskusi, Dahlan pergi untuk memenuhi undangan masyarakat indonesia yg ada di Seattle. Di sana, Dahlan mendiskusikan berbagai masalah diaspora dan ekonomi di Indonesia. “Hadir di acara tersebut tenaga-tenaga ahli yg bekerja di Seattle. Antara lain, di pabrik pesawat Boeing dan di Microsoft,” ujarnya.
Keesokan harinya, Dahlan pun mengunjungi dealer mobil listrik Tesla. Masih di Seattle, kota pusat perusahaan global seperti Boeing atau Microsoft, dia mengaku ingin tahu bagaimana sebenarnya mobil listrik yang sukses dan laku. “Tesla adalah mobil listrik paling laris di AS. Penjualannya direncanakan mencapai 25.000 tahun ini,” imbuhnya.
Alasannya adalah untuk mencari tahu apakah memang semua produk mobil listrik di AS tidak menggunakan gearbox. Seperti yang diketahui, absennya gearbox dinilai menjadi penyebab saat mobil listrik Tucuxi yang dikendarai Dahlan Iskan menabrak tebing di daerah Sarangan, Magetan. Namun, perancang Tucuxi Danet Suryatama mengatakan mobil listrik tak perlu gearbox
“Salah satu produk Tesla yang dipajang di situ adalah sedan empat pintu dengan empat penumpang berwarna merah (Tesla Model S). Ternyata mobil Tesla yang saya lihat ini menggunakan gear box. Belum puas dengan gambar, saya bertanya kepada teknisi Tesla yang ada di dealer tersebut. Jawabnya tegas: mobil ini menggunakan gearbox. Tujuannya untuk pengendalian mobil saat menghadapi jalan yang curam,” ungkapnya.
Dengan temuan itu, Dahlan semakin yakni untuk menggunakan gearbox untuk mobil listrik generasi kedua yang dibidani Pendawa Putra Petir. “Sekitar dua minggu lagi mobil-mobil listrik nasional generasi kedua sudah akan bisa dilihat di Jakarta. Baterai lithium mobil listrik nasional generasi kedua ini sudah bikinan Indonesia,” tambahnya.
Dia menambahkan, mobil listrik sebenarnya punya peluang bisnis yang besar. Dia mencontohkan, penjualan mobil Tesla. Saking larisnya, konsumen pernah harus inden selama enam bulan untuk mendapatkan mobil listrik itu. Karena itu kapasitas produksinya pun dinaikkan. “Kata petugas dealer tersebut, sekarang antrinya hanya dua minggu,” terangnya.
Namun, lanjut dia, larisnya mobil tersebut juga sejajar dengan kualitas Tesla. Mobil listrik tersebut bisa menempuh jarak 200 kilometer sekali dicharge. Dia juga memuji Interiornya yang cantik. “Display screennya sebesar layar laptop 15 inchi. Harga jualnya USD 70.000 dan sama sekali tidak terkena pajak. Bahkan 10 persen dari harga itu bisa untuk faktor pengurangan pajak,” katanya.
Oleh sebab itu, dia ingin segera mempercepat proyek mobil listrik. Sebab, realisasi proyek tersebut bisa sedikit menanggulangi momen lesunya ekonomi Indonesia saat ini. “Dengan terjadinya krisis ekonomi sekarang ini mobil listrik semakin relevan. Apalagi impor BBM masih sangat besar. Besarnya impor BBM ini telah menyebabkan terjadinya defisit neraca perdagangan yang kemudian menjadi faktor utama terjadinya krisis,” jelasnya. (bil/jpnn)

Artikel Terkait

Bobby Resmikan Pekan Kuliner Kondang

Dua Artis Meriahkan HMAF 2019

Gagal Jadi Pengusaha, Kini Jadi Pengajar

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/