26 C
Medan
Friday, June 28, 2024

PII Harus Perkuat Identitas Politik Islam

MEDAN- Ketua DPW PPP Sumut H Fadly Nurzal SAg menegaskan agar kade-kader Pelajar Islam Indonesia (PII) harus memperkuat identitas politik Islam. Sebab, peran politik Islam ke depan sangat banyak mendapatkan tantantang.

Hal itu disampaikan Fadly Nurzal ketika menjadi pemateri pada acara Leadership Advanced Training dan Pendidikan Instruktur Dasar (PID) yang dilaksanakan PW PII Sumut di Yayasan Perguruan Nurul Azizi, Jalan Suka Elok Medan, Kamis (28/6) lalu.

Dalam kesempatan itu, Fadly menceritakan perkembangan peta perpolitikan Indonesia sejak Zaman Bung Karno, Soeharto dan reformasi saat ini, yang intinya identitas Politik Islam itu terjadi pasang surut.

“Politik di Zaman Bung Karno ada namanya Nasionalis, Agama dan Komunis (Nasakom), atau yang saya istilahkan dengan pembangunan politik. Lantas di zaman Soeharto, saya sebut sebagai politik pembangunan karena seluruh instrumen diarahkan untuk mensukseskan gagasan politik pembangunan Soeharto. Sampai-sampai keberadaan organisasi parpol Islam ketika itu disatukan atau difusikan menjadi satu partai yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP),” ujar Fadly.

Namun sebut Fadly, recovery partai politik kita di era reformasi terlambat dalam menyahuti kepentigan reformasi itu sendiri sehingga kondisinya seperti saat ini, carut marut. “Nah disinilah peran politik Islam itu sangat dituntut agar bangsa ini tidak terjebak dalam kebebasan yang sesat melanggar norma-norma agama yang merupakan pegangan kuat bagi kita generasi muda Islam,” ujar Fadly.

Dia menegaskan, dirinya heran ketika ternyata banyak generasi muda kita yang menangis saat Lady Gaga itu batal konser ke Indonesia. Namun tidak ada generasi muda yang menangis ketika kebudayaan kita seperti tor-tor. (ade)

MEDAN- Ketua DPW PPP Sumut H Fadly Nurzal SAg menegaskan agar kade-kader Pelajar Islam Indonesia (PII) harus memperkuat identitas politik Islam. Sebab, peran politik Islam ke depan sangat banyak mendapatkan tantantang.

Hal itu disampaikan Fadly Nurzal ketika menjadi pemateri pada acara Leadership Advanced Training dan Pendidikan Instruktur Dasar (PID) yang dilaksanakan PW PII Sumut di Yayasan Perguruan Nurul Azizi, Jalan Suka Elok Medan, Kamis (28/6) lalu.

Dalam kesempatan itu, Fadly menceritakan perkembangan peta perpolitikan Indonesia sejak Zaman Bung Karno, Soeharto dan reformasi saat ini, yang intinya identitas Politik Islam itu terjadi pasang surut.

“Politik di Zaman Bung Karno ada namanya Nasionalis, Agama dan Komunis (Nasakom), atau yang saya istilahkan dengan pembangunan politik. Lantas di zaman Soeharto, saya sebut sebagai politik pembangunan karena seluruh instrumen diarahkan untuk mensukseskan gagasan politik pembangunan Soeharto. Sampai-sampai keberadaan organisasi parpol Islam ketika itu disatukan atau difusikan menjadi satu partai yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP),” ujar Fadly.

Namun sebut Fadly, recovery partai politik kita di era reformasi terlambat dalam menyahuti kepentigan reformasi itu sendiri sehingga kondisinya seperti saat ini, carut marut. “Nah disinilah peran politik Islam itu sangat dituntut agar bangsa ini tidak terjebak dalam kebebasan yang sesat melanggar norma-norma agama yang merupakan pegangan kuat bagi kita generasi muda Islam,” ujar Fadly.

Dia menegaskan, dirinya heran ketika ternyata banyak generasi muda kita yang menangis saat Lady Gaga itu batal konser ke Indonesia. Namun tidak ada generasi muda yang menangis ketika kebudayaan kita seperti tor-tor. (ade)

Artikel Terkait

Bobby Resmikan Pekan Kuliner Kondang

Dua Artis Meriahkan HMAF 2019

Gagal Jadi Pengusaha, Kini Jadi Pengajar

Terpopuler

Artikel Terbaru

/