25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Menjawab Tekanan Kerja Insan Pers

Forwakes Gelar Konsultasi Psikologi Jurnalistik

MEDAN –Meskipun psikologi jurnalistik belum pernah ditulis secara spesifik dan mendalam dalam sebuah buku, namun hal ini coba dikupas oleh Dra Irna Minauli MSi sebagai konsultan psikologi dalam sebuah diskusi psikologi jurnalisme dan launching program konsultasi bagi wartawan Sumut, di Aula Dinas Kesehatan Medan, Selasa (7/2). Kegiatan ini merupakan pertama kalinya dilakukan di Indonesia. Selain diskusi, insan jurnalis (wartawan) diberikan layanan konsultasi psikologi secara gratis dan berlaku bagi insan jurnalis di wilayah Sumatera Utara.

Dra Irna Minauli MSi sebagai konsultan psikologi mengatakan, seorang jurnalis sering berhadapan dengan empat aspek, yakni persuasi, persepsi, adaptasi dan intuisi.

Menurut Irna, dari aspek persuasi, seorang jurnalis dituntut harus dapat menarik dan melakukan pendekatan dengan seorang narasumber berita. “Saya menilai, tidak semua jurnalis dapat melakukan persuasi kepada narasumber. Dan ini merupakan salah satu tantangan bagi seorang jurnalis untuk melakukan pendekatan baik dengan narasumber,” ucapnya.

Aspek kedua dan yang menjadi contoh utama dalam psikologi adalah keterlibatan para jurnalis dalam persepsi.
Ketiga yaitu aspek adaptasi (penyesuaian), beban tugas yang sangat besar diserta dengan tengat waktu yang telah ditentukan, membuat banyak jurnalis yang mengalami tekanan. Jika tidak diatasi dengan baik, maka hal ini dapat menimbulkan stres yang dapat mempengaruhi area kehidupan lainnya. Maka diperlukan semacam penyesuaian untuk menghilangkan sense of realism.  Tujan dari penyesuaian ini untuk mencegah seseorang menjadi terganggu baik secara fisik maupun emosional.

Aspek keempat adalah intuisi, yakni jurnalis dituntut untuk mengasah ‘indra keenam’. Intuisi adalah suatu kemampuann untuk menangkap sesuatu yang tidak lazim. Oleh karena itu, kemampuan observasi dan melihat berbagai kesenjangan, antara satu isyarat dengan isyarat lain.
Kegiatan ini diprakarsai Forwakes. Dalam kesempatan yang sama, Ketua Forwakes Sumut, Zulnaidi mengatakan, dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, seorang jurnalis yang menjalankan tugas dan fungsinya sebagai sosial kontrol, memperoleh tekanan jiwa (psikologi), sehingga menyebabkan stres berat bagi seorang jurnalis.  Tekanan bisa juga datang dari keredaksian (kantor), karena wartawan (jurnalis) dituntut untuk memperoleh berita yang profesional. (*/red)

Forwakes Gelar Konsultasi Psikologi Jurnalistik

MEDAN –Meskipun psikologi jurnalistik belum pernah ditulis secara spesifik dan mendalam dalam sebuah buku, namun hal ini coba dikupas oleh Dra Irna Minauli MSi sebagai konsultan psikologi dalam sebuah diskusi psikologi jurnalisme dan launching program konsultasi bagi wartawan Sumut, di Aula Dinas Kesehatan Medan, Selasa (7/2). Kegiatan ini merupakan pertama kalinya dilakukan di Indonesia. Selain diskusi, insan jurnalis (wartawan) diberikan layanan konsultasi psikologi secara gratis dan berlaku bagi insan jurnalis di wilayah Sumatera Utara.

Dra Irna Minauli MSi sebagai konsultan psikologi mengatakan, seorang jurnalis sering berhadapan dengan empat aspek, yakni persuasi, persepsi, adaptasi dan intuisi.

Menurut Irna, dari aspek persuasi, seorang jurnalis dituntut harus dapat menarik dan melakukan pendekatan dengan seorang narasumber berita. “Saya menilai, tidak semua jurnalis dapat melakukan persuasi kepada narasumber. Dan ini merupakan salah satu tantangan bagi seorang jurnalis untuk melakukan pendekatan baik dengan narasumber,” ucapnya.

Aspek kedua dan yang menjadi contoh utama dalam psikologi adalah keterlibatan para jurnalis dalam persepsi.
Ketiga yaitu aspek adaptasi (penyesuaian), beban tugas yang sangat besar diserta dengan tengat waktu yang telah ditentukan, membuat banyak jurnalis yang mengalami tekanan. Jika tidak diatasi dengan baik, maka hal ini dapat menimbulkan stres yang dapat mempengaruhi area kehidupan lainnya. Maka diperlukan semacam penyesuaian untuk menghilangkan sense of realism.  Tujan dari penyesuaian ini untuk mencegah seseorang menjadi terganggu baik secara fisik maupun emosional.

Aspek keempat adalah intuisi, yakni jurnalis dituntut untuk mengasah ‘indra keenam’. Intuisi adalah suatu kemampuann untuk menangkap sesuatu yang tidak lazim. Oleh karena itu, kemampuan observasi dan melihat berbagai kesenjangan, antara satu isyarat dengan isyarat lain.
Kegiatan ini diprakarsai Forwakes. Dalam kesempatan yang sama, Ketua Forwakes Sumut, Zulnaidi mengatakan, dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, seorang jurnalis yang menjalankan tugas dan fungsinya sebagai sosial kontrol, memperoleh tekanan jiwa (psikologi), sehingga menyebabkan stres berat bagi seorang jurnalis.  Tekanan bisa juga datang dari keredaksian (kantor), karena wartawan (jurnalis) dituntut untuk memperoleh berita yang profesional. (*/red)

Artikel Terkait

Bobby Resmikan Pekan Kuliner Kondang

Dua Artis Meriahkan HMAF 2019

Gagal Jadi Pengusaha, Kini Jadi Pengajar

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/