25.2 C
Medan
Saturday, June 22, 2024

96 Tim Kesehatan Ikut Pelatihan SPGDT

MEDAN-Sebanyak 96 jajaran kesehatan dari rumah sakit di Medan, Dinkes Medan dan Sumut, mengikuti pelatihan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) selama dua hari, Sabtu (14/1) dan Minggu (15/1). Pelatihan tersebut dibuka oleh Dirjen Bina Upaya Kesehatan (BUK) Kemenkes RI, Dr Supriantoro SpP MARS.

Supriantoro dalam pembukaan mengatakan, IGD adalah titik paling rawan di rumah sakit. Untuk itu, SPGDT harus dijalankan dengan serius dan sungguh-sungguh sehingga kita bisa mengembalikan kepercayaan pasien terhadap rumah sakit.

“Harus kita akui kalau kita kalah bersaing dengan negara tetangga kita. Kita kalah bersaing bukan karena dokternya, bukan karena fasilitas kesehatan kita jelek, tetapi kita kalah dalam service dan pelayanan,” katanya dalam acara itu.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumut, Candra Syafei menambahkan, lambatnya penegakkan diagnosa di rumah sakit juga menjadi alasan masyarakat Sumut berobat ke luar negeri. Banyak warga Sumut berobat ke luar negeri, karena kepastian yang didapat masih lemah.

“Harusnya, apabila ditanya, dokter haruslah dengan cepat menjawab, seperti sakit apa, diagnosanya, apa obatnya, kapan dilakukan tindakan, berapa hari. Ini merupakan kelemahan-kelemahan dokter yang harus secepatnya dirubah dengan tujuan agar masyarakat tidak berobat keluar negeri lagi,” katanya.
Sementara itu, dihadapan Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI, Dirut RSUP HAM dr Azwan Hakmi Lubis SpA MKes menuturkan, RSUP HAM tidak pernah bertanya terlebih dulu mengenai administrasi, tetapi mengedepankan pelayanan.(jon)

MEDAN-Sebanyak 96 jajaran kesehatan dari rumah sakit di Medan, Dinkes Medan dan Sumut, mengikuti pelatihan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) selama dua hari, Sabtu (14/1) dan Minggu (15/1). Pelatihan tersebut dibuka oleh Dirjen Bina Upaya Kesehatan (BUK) Kemenkes RI, Dr Supriantoro SpP MARS.

Supriantoro dalam pembukaan mengatakan, IGD adalah titik paling rawan di rumah sakit. Untuk itu, SPGDT harus dijalankan dengan serius dan sungguh-sungguh sehingga kita bisa mengembalikan kepercayaan pasien terhadap rumah sakit.

“Harus kita akui kalau kita kalah bersaing dengan negara tetangga kita. Kita kalah bersaing bukan karena dokternya, bukan karena fasilitas kesehatan kita jelek, tetapi kita kalah dalam service dan pelayanan,” katanya dalam acara itu.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumut, Candra Syafei menambahkan, lambatnya penegakkan diagnosa di rumah sakit juga menjadi alasan masyarakat Sumut berobat ke luar negeri. Banyak warga Sumut berobat ke luar negeri, karena kepastian yang didapat masih lemah.

“Harusnya, apabila ditanya, dokter haruslah dengan cepat menjawab, seperti sakit apa, diagnosanya, apa obatnya, kapan dilakukan tindakan, berapa hari. Ini merupakan kelemahan-kelemahan dokter yang harus secepatnya dirubah dengan tujuan agar masyarakat tidak berobat keluar negeri lagi,” katanya.
Sementara itu, dihadapan Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI, Dirut RSUP HAM dr Azwan Hakmi Lubis SpA MKes menuturkan, RSUP HAM tidak pernah bertanya terlebih dulu mengenai administrasi, tetapi mengedepankan pelayanan.(jon)

Artikel Terkait

Bobby Resmikan Pekan Kuliner Kondang

Dua Artis Meriahkan HMAF 2019

Gagal Jadi Pengusaha, Kini Jadi Pengajar

Terpopuler

Artikel Terbaru

/