24 C
Medan
Tuesday, November 5, 2024
spot_img

Warga Jawa Jaga Persatuan, Kesatuan, dan Kebersamaan

Silaturahim Warga Jawa Sambut Ramadan 1433 H

Kegiatan silaturahim diadakan dengan niat tulus dan ikhlas demi mempersatukan warga Jawa dan paguyuban Jawa dalam wujud persatuan, kesatuan dan persaudaraan. Niatan itu mendapat dukungan penuh dari berbagai elemen warga Jawa termasuk pini sepuh dan tokoh-tokoh warga Jawa.

Jumlah paguyuban Jawa di Sumatera Utara sudah melampui angka 37 paguyuban, ternyata secara keterwakilan paguyuban itu belum mampu membawa perubahan untuk meningkatkan rasa “guyub” dalam  kehidupan sosial ekonomi maupun perlindungan hukum dan HAM bagi warga Jawa. Bahkan cenderung berlaku pola “marginalisasi” dan “pemecahan”.

Dampaknya, tumbuhkembangnya ketidak kepercayaan dan pesimistis terhadap keberadaan paguyuban yang ada di kalangan masyarakat Jawa Sumut itu sendiri. Jika pola pikir demikian terus dibiarkan, maka perkembangannya tidak ada “solusi” dari para sesepuh, tokoh maupun pimpinan paguyuban yang ada. Sehingga masyarakat Jawa Sumatera Utara akan kembali seperti peradaban masa lalu. Parahnya lagi, bisa jadi kondisi ini akan sangat mudah dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu.

Pendapat itu disampaikan Sudiono Praka bersama dengan tokoh muda warga Jawa lainnya yang menggagas acara silaturahim warga Jawa Sumut di Hotel Antares, Jumat (13/7) malam.

Silaturahim yang dipandu Sri Panda SPd tersebut berlangsung meriah dan penuh ikatan persaudaraan yang dihadiri berkisar 300 orang, baik warga maupun berbagai Paguyuban Jawa dari Medan, Binjai dan Deliserdang. Adapun paguyuban yang datang antara lain, Pujakesuma, Joko Tingkir, Pendawa, GPMJ Sumut, FKWPPJ, SEMAR, PJB, PAJANTARA, AREMA, Banyumas Gell, FKWJ, Tunggal Wargo, PAJAR, Condong Raos, Purworejo Jateng, DIY.
Sedangkan para pini sepuh, tokoh tua dan muda  antara lain H Sugeng Imam Suparno, Ki Heru W, H Sukirno, Ki Gondo Asmoro, Suparno Wijoyo, Drs H Djumiran Abdi, Drs H Oliv Sudjali, Drs S Kesuma MBA, Prof Subanindyo Hadiluwih, Suratman, H Marzuki, Drs Mursito Kabukasuda, Ir H Agus Suranto MSc, Suharto SH, Leo Sudarman, Sri Panda SPd, H S Purnomo, tokoh seni budaya Jawa Ki Barong Mulyono dan warga Jawa lainnya.

Gagasan tersebut muncul dari beberapa tokoh muda masyarakat Jawa Sumatera Utara seperti Sudiono Praka, Riyandi, Ir H Agus Suranto MSc, Zulham dan lain-lain untuk membangkitkan semangat “guyub” di kalangan masyarakat dan paguyuban Jawa di Sumut dalam bentuk Silaturahim Warga Jawa Sumatera Utara merupakan sebuah gagasan cemerlang.

Sudiono Praka mengatakan, kemauan, tekad dan keikhlasan tokoh-tokoh muda masyarakat Jawa Sumut untuk membangkitkan semangat “guyub” tersebut dapat dikatakan seperti “teguran” bagi seluruh elemen maupun pimpinan paguyuban masyarakat Jawa yang ada.

“Faktanya, masih ada paguyuban yang lebih mengutamakan kepentingan-kepentingan tertentu daripada kepentingan masyarakat Jawa yang ada. Mengangkat harkat dan martabat masyarakat Jawa hanya dijadikan  “slogan” dan lips service,” katanya.

Dia menyebutkan, ketidakpedulian inilah yang menggerakkan hati nurani tokoh tokoh muda warga Jawa untuk segera bergerak membangun kembali kepercayaan diri masyarakat Jawa Sumut dalam bentuk Silaturahim Warga Jawa Sumut.

“Mau tidak mau, suka tidak suka, jika memang masyarakat Jawa Sumut menghargai budaya luhurnya, maka seluruh elemen dan paguyuban yang ada, semangat guyub ini harus didukung dan dibangkitkan kembali,” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan oleh tokoh Warga Jawa H Tom Adlin Hajar yang menguraikan tentang sejarah bagaimana warga Jawa datang dan berkembang mengabdikan dirinya di wilayah Sumut ini. Dengan demikian keberadaan dan perjuangan warga Jawa di Sumut selama ini telah diakui masyarakat Sumut.

Dia menyebutkan, di Sumut populasi etnis Jawa sangat dominan kisarannya mencapai dari 32 persen dari total jumlah penduduk Sumut 13 juta jiwa. Tapi, perlu diingatkan agar seluruh elemen masyarakat  tetap mengutamakan keutuhan NKRI khususnya keutuhan, persatuan dan kesatuan masyarakat Sumut.

“Jangan ada lagi pelecehan terhadap warga Jawa. Oleh karena itu kita harus sadar bahwa mempersatukan warga Jawa tidaklah sulit asalkan ada kemauan dan itikad baik para pimpinan Paguyuban, para pini sepuh dan warga Jawa untuk membangun kebersamaan dan persaudaraan,” ujarnya.
H  Sugeng Imam Suparno mewakili para pini sepuh warga Jawa dalam sambutannya menyebutkan warga Jawa sangat gandrung akan persatuan dan kesatuan serta  persaudaraan.(*)

Silaturahim Warga Jawa Sambut Ramadan 1433 H

Kegiatan silaturahim diadakan dengan niat tulus dan ikhlas demi mempersatukan warga Jawa dan paguyuban Jawa dalam wujud persatuan, kesatuan dan persaudaraan. Niatan itu mendapat dukungan penuh dari berbagai elemen warga Jawa termasuk pini sepuh dan tokoh-tokoh warga Jawa.

Jumlah paguyuban Jawa di Sumatera Utara sudah melampui angka 37 paguyuban, ternyata secara keterwakilan paguyuban itu belum mampu membawa perubahan untuk meningkatkan rasa “guyub” dalam  kehidupan sosial ekonomi maupun perlindungan hukum dan HAM bagi warga Jawa. Bahkan cenderung berlaku pola “marginalisasi” dan “pemecahan”.

Dampaknya, tumbuhkembangnya ketidak kepercayaan dan pesimistis terhadap keberadaan paguyuban yang ada di kalangan masyarakat Jawa Sumut itu sendiri. Jika pola pikir demikian terus dibiarkan, maka perkembangannya tidak ada “solusi” dari para sesepuh, tokoh maupun pimpinan paguyuban yang ada. Sehingga masyarakat Jawa Sumatera Utara akan kembali seperti peradaban masa lalu. Parahnya lagi, bisa jadi kondisi ini akan sangat mudah dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu.

Pendapat itu disampaikan Sudiono Praka bersama dengan tokoh muda warga Jawa lainnya yang menggagas acara silaturahim warga Jawa Sumut di Hotel Antares, Jumat (13/7) malam.

Silaturahim yang dipandu Sri Panda SPd tersebut berlangsung meriah dan penuh ikatan persaudaraan yang dihadiri berkisar 300 orang, baik warga maupun berbagai Paguyuban Jawa dari Medan, Binjai dan Deliserdang. Adapun paguyuban yang datang antara lain, Pujakesuma, Joko Tingkir, Pendawa, GPMJ Sumut, FKWPPJ, SEMAR, PJB, PAJANTARA, AREMA, Banyumas Gell, FKWJ, Tunggal Wargo, PAJAR, Condong Raos, Purworejo Jateng, DIY.
Sedangkan para pini sepuh, tokoh tua dan muda  antara lain H Sugeng Imam Suparno, Ki Heru W, H Sukirno, Ki Gondo Asmoro, Suparno Wijoyo, Drs H Djumiran Abdi, Drs H Oliv Sudjali, Drs S Kesuma MBA, Prof Subanindyo Hadiluwih, Suratman, H Marzuki, Drs Mursito Kabukasuda, Ir H Agus Suranto MSc, Suharto SH, Leo Sudarman, Sri Panda SPd, H S Purnomo, tokoh seni budaya Jawa Ki Barong Mulyono dan warga Jawa lainnya.

Gagasan tersebut muncul dari beberapa tokoh muda masyarakat Jawa Sumatera Utara seperti Sudiono Praka, Riyandi, Ir H Agus Suranto MSc, Zulham dan lain-lain untuk membangkitkan semangat “guyub” di kalangan masyarakat dan paguyuban Jawa di Sumut dalam bentuk Silaturahim Warga Jawa Sumatera Utara merupakan sebuah gagasan cemerlang.

Sudiono Praka mengatakan, kemauan, tekad dan keikhlasan tokoh-tokoh muda masyarakat Jawa Sumut untuk membangkitkan semangat “guyub” tersebut dapat dikatakan seperti “teguran” bagi seluruh elemen maupun pimpinan paguyuban masyarakat Jawa yang ada.

“Faktanya, masih ada paguyuban yang lebih mengutamakan kepentingan-kepentingan tertentu daripada kepentingan masyarakat Jawa yang ada. Mengangkat harkat dan martabat masyarakat Jawa hanya dijadikan  “slogan” dan lips service,” katanya.

Dia menyebutkan, ketidakpedulian inilah yang menggerakkan hati nurani tokoh tokoh muda warga Jawa untuk segera bergerak membangun kembali kepercayaan diri masyarakat Jawa Sumut dalam bentuk Silaturahim Warga Jawa Sumut.

“Mau tidak mau, suka tidak suka, jika memang masyarakat Jawa Sumut menghargai budaya luhurnya, maka seluruh elemen dan paguyuban yang ada, semangat guyub ini harus didukung dan dibangkitkan kembali,” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan oleh tokoh Warga Jawa H Tom Adlin Hajar yang menguraikan tentang sejarah bagaimana warga Jawa datang dan berkembang mengabdikan dirinya di wilayah Sumut ini. Dengan demikian keberadaan dan perjuangan warga Jawa di Sumut selama ini telah diakui masyarakat Sumut.

Dia menyebutkan, di Sumut populasi etnis Jawa sangat dominan kisarannya mencapai dari 32 persen dari total jumlah penduduk Sumut 13 juta jiwa. Tapi, perlu diingatkan agar seluruh elemen masyarakat  tetap mengutamakan keutuhan NKRI khususnya keutuhan, persatuan dan kesatuan masyarakat Sumut.

“Jangan ada lagi pelecehan terhadap warga Jawa. Oleh karena itu kita harus sadar bahwa mempersatukan warga Jawa tidaklah sulit asalkan ada kemauan dan itikad baik para pimpinan Paguyuban, para pini sepuh dan warga Jawa untuk membangun kebersamaan dan persaudaraan,” ujarnya.
H  Sugeng Imam Suparno mewakili para pini sepuh warga Jawa dalam sambutannya menyebutkan warga Jawa sangat gandrung akan persatuan dan kesatuan serta  persaudaraan.(*)

Artikel Terkait

Bobby Resmikan Pekan Kuliner Kondang

Dua Artis Meriahkan HMAF 2019

Gagal Jadi Pengusaha, Kini Jadi Pengajar

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/