30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

4 Pilar Bangsa Cegah Dampak Negatif Globalisasi

MEDAN- Dampak negatif arus globalisasi hanya bisa disaring jika bangsa ini memelihara dan menumbuhkan empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara, yakni Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indoensia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika.

Hal ini disampaikan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) H Lukman Hakim Saifuddin, ketika menjadi narasumber pada Sosialisasi 4 Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara yang digelar Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) bekerjasama dengan MPR-RI, di gedung Pusat Bahasa dan Budaya Fakultas Dakwah IAIN Sumatera Utara, Jalan Willem Iskander Medan Estate, kemarin.

“Jika bangsa ini tercabut dari akar budayanya yang terbingkai dalam empat pilar itu, bangsa ini akan tergerus arus globalisasi yang dahsyat,” ujar Lukman Lukman juga  mengingatkan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama komputer dan internet membuat arus asing masuk dengan deras tanpa filter. Nilai-nilai asing itu acapkali bertentangan dengan nilai-nilai yang diwarisi para pendiri bangsa.

“Dengan sebuah HP di tangan, saya sudah bisa mengetahui apapun yang ingin saya ketahui tanpa bisa difilter oleh siapapun. Ini berbahaya, jika kita tak punya benteng yang bernama jati diribangsa. Sebab, kita tidak punya kemampuan mengendalikan masuknya nilai-nilai asing itu. Satu-satunya cara membentengi diri dengan kembali mengenali nilai-nilai yang telah diwariskan para pendahulu kita,” kata politisi PPP ini.

Disinggung bagaimana memelihara nasionalisme atau cinta bangsa di tengah era globalisasi, menurutnya penafsiran nasionalisme harus disesuaikan dengan kondisi saat ini.

Yakni negara dan bangsa yang mampu bersaing dengan negara-negara lain.
“Artinya cinta tanah air akan makin melekat ketika kita punya nilai lebih saat disandingkan dengan negara lain. Intinya, kita harus punya nilai tawar yang tinggi, dan ujung-ujungnya adalah kualitas,” tutur Wakil Ketua MPR ini.
Karena itu, dia mengingatkan mahasiswa sebagai kelompok elit yang hidup di tengah-tengah era kemajuan iptek dan era informasi, siapa yang tak menguasai informasi akan tergilas oleh zaman.

“Jadi pesan saya, kuasailah media atau alat yang bisa membantu mahasiswa mengakses informasi. Jadi kalau ada mahasiswa yang tak bisa pakai internet, berhenti sajalah jadi mahasiswa. Karena ilmu pengetahuan itu sekarang tidak hanya didapat dari bangku-bangku pendidikan formal, tapi harus mampu mengaskses informasi dari internet dan media sosial lainnya,” kata Lukman. Tidak mesti mahasiswa punya alat, karena sudah ada warnet dimana-mana. “Yang penting kita harus familiar dan akrab menggunakan internet, karena dengan itu kita bisa mengembangkan wawasan,” ucapnya. (uma)

MEDAN- Dampak negatif arus globalisasi hanya bisa disaring jika bangsa ini memelihara dan menumbuhkan empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara, yakni Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indoensia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika.

Hal ini disampaikan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) H Lukman Hakim Saifuddin, ketika menjadi narasumber pada Sosialisasi 4 Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara yang digelar Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) bekerjasama dengan MPR-RI, di gedung Pusat Bahasa dan Budaya Fakultas Dakwah IAIN Sumatera Utara, Jalan Willem Iskander Medan Estate, kemarin.

“Jika bangsa ini tercabut dari akar budayanya yang terbingkai dalam empat pilar itu, bangsa ini akan tergerus arus globalisasi yang dahsyat,” ujar Lukman Lukman juga  mengingatkan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama komputer dan internet membuat arus asing masuk dengan deras tanpa filter. Nilai-nilai asing itu acapkali bertentangan dengan nilai-nilai yang diwarisi para pendiri bangsa.

“Dengan sebuah HP di tangan, saya sudah bisa mengetahui apapun yang ingin saya ketahui tanpa bisa difilter oleh siapapun. Ini berbahaya, jika kita tak punya benteng yang bernama jati diribangsa. Sebab, kita tidak punya kemampuan mengendalikan masuknya nilai-nilai asing itu. Satu-satunya cara membentengi diri dengan kembali mengenali nilai-nilai yang telah diwariskan para pendahulu kita,” kata politisi PPP ini.

Disinggung bagaimana memelihara nasionalisme atau cinta bangsa di tengah era globalisasi, menurutnya penafsiran nasionalisme harus disesuaikan dengan kondisi saat ini.

Yakni negara dan bangsa yang mampu bersaing dengan negara-negara lain.
“Artinya cinta tanah air akan makin melekat ketika kita punya nilai lebih saat disandingkan dengan negara lain. Intinya, kita harus punya nilai tawar yang tinggi, dan ujung-ujungnya adalah kualitas,” tutur Wakil Ketua MPR ini.
Karena itu, dia mengingatkan mahasiswa sebagai kelompok elit yang hidup di tengah-tengah era kemajuan iptek dan era informasi, siapa yang tak menguasai informasi akan tergilas oleh zaman.

“Jadi pesan saya, kuasailah media atau alat yang bisa membantu mahasiswa mengakses informasi. Jadi kalau ada mahasiswa yang tak bisa pakai internet, berhenti sajalah jadi mahasiswa. Karena ilmu pengetahuan itu sekarang tidak hanya didapat dari bangku-bangku pendidikan formal, tapi harus mampu mengaskses informasi dari internet dan media sosial lainnya,” kata Lukman. Tidak mesti mahasiswa punya alat, karena sudah ada warnet dimana-mana. “Yang penting kita harus familiar dan akrab menggunakan internet, karena dengan itu kita bisa mengembangkan wawasan,” ucapnya. (uma)

Artikel Terkait

Bobby Resmikan Pekan Kuliner Kondang

Dua Artis Meriahkan HMAF 2019

Gagal Jadi Pengusaha, Kini Jadi Pengajar

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/