30 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Ketua DPR RI ke Malaysia Diharapkan Bisa Cairkan Suasana

Soal Tortor dan Gordang Sambilan Diklaim Malaysia

MEDAN- Terkait klaim Malaysia soal Tortor dan Gordang Sambilan,  rencana Ketua DPR RI Marzuki Ali pada hari ini, Senin (25/6), akan melakukan kunjungan muhibah ke Malaysia. Kunjungan itu diharapkan bisa mencairkan suasana yang sempat gaduh, sekaligus menunjukkan kepada Malaysia bahwa negara Indonesia adalah Negara berdaulat, mengedepankan musyawarah dalam menyelesaikan masalah.

Hal ini dikatakan Anggota DPD RI DR Rahmat Shah usai menghadiri kegiatan Simfoni bagi Sang Raja oleh Forum Sisingamangaraja XII di MICC Santika Dyandra, Jumat malam (22/6) di Medan.

Menanggapi polemik yang berkembang akhir-akhir ini terkait dengan informasi bahwa Kebudayaan Batak seperti Tortor dan Gordang Sambilan diklaim sebagai budaya Malaysia dan akan didaftarkan ke UNESCO, Rahmat Shah menyatakan keprihatinannya. Ia prihatin terhadap sikap yang ditunjukkan oleh beberapa pihak terhadap masalah klaim kebudayaan oleh negara tetangga yang bersumber dari informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya dinilai keliru dan berlebihan.

“Tidak pantas kita tuduh-tuduh seperti yang dilakukan beberapa pihak, menimbulkan permusuhan hingga memaki-maki dan bahkan sampai membakar foto Perdana Menteri. Bagaimana kalau Negara kita dan pemimpin kita diperlakukan seperti itu dan tanpa tahu apa kesalahannya,” ujar Rahmat.
Mestinya, lanjut Rahmat,  kita yang paham dengan situasi, memberikan penjelasan kepada publik. Seperti yang mreka dapat informasi bahwa warga Batak Mandailing yang sudah dua ratusan tahun tingga di Malaysia, yang saat ini menetap di kawasan pinggiran terutama di Sei Gembok Belakang.

“Mereka dahulunya pemilik lahan yang luas-luas, seiring dengan perkembangannya dan berjalannya waktu secara ekonomi mereka semakin terpinggir. Lahan mereka yang sebelumnya luas, dijual sedikit demi sedikit, hingga saat ini menjadi kawasan perumahan yang mewah dan mahal,” kata Rahmat lagi.
Dari sisi kebudayaan, kata Rahmat, mereka masih eksis, dan demi menjaga kelestariannya mereka ingin mendaftarkan beberapa kebudayaan tersebut kepada pihak Kementerian Kebudayaan Malaysia dengan tujuan agar mendapatkan bantuan rutin dari Pemerintah Malaysia sebagaimana yang telah dilakukan oleh etnis Cina dan India yang ada di Malaysia.

Selanjutnya, Rahmat Shah menyesalkan statemen seorang Anggota DPR RI dari partai terbesar, saat diwawancarai salah satu tv swasta di Jakarta yang menyatakan bahwa Malaysia itu luasnya sama dengan satu kabupaten di Indonesia, kalau dibom sekali habis.

“Nah, ketika wartawan menanya pada sumber itu jika dirinya di klaim sebagai orang Malaysia, dia akan kawin dengan gadis-gadis dari tiap kesultanan di Malaysia. Ini kan yang bicara wakil rakyat, kurang mendidik dan tidak santun,” pungkas Rahmat. (*/ila)

Soal Tortor dan Gordang Sambilan Diklaim Malaysia

MEDAN- Terkait klaim Malaysia soal Tortor dan Gordang Sambilan,  rencana Ketua DPR RI Marzuki Ali pada hari ini, Senin (25/6), akan melakukan kunjungan muhibah ke Malaysia. Kunjungan itu diharapkan bisa mencairkan suasana yang sempat gaduh, sekaligus menunjukkan kepada Malaysia bahwa negara Indonesia adalah Negara berdaulat, mengedepankan musyawarah dalam menyelesaikan masalah.

Hal ini dikatakan Anggota DPD RI DR Rahmat Shah usai menghadiri kegiatan Simfoni bagi Sang Raja oleh Forum Sisingamangaraja XII di MICC Santika Dyandra, Jumat malam (22/6) di Medan.

Menanggapi polemik yang berkembang akhir-akhir ini terkait dengan informasi bahwa Kebudayaan Batak seperti Tortor dan Gordang Sambilan diklaim sebagai budaya Malaysia dan akan didaftarkan ke UNESCO, Rahmat Shah menyatakan keprihatinannya. Ia prihatin terhadap sikap yang ditunjukkan oleh beberapa pihak terhadap masalah klaim kebudayaan oleh negara tetangga yang bersumber dari informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya dinilai keliru dan berlebihan.

“Tidak pantas kita tuduh-tuduh seperti yang dilakukan beberapa pihak, menimbulkan permusuhan hingga memaki-maki dan bahkan sampai membakar foto Perdana Menteri. Bagaimana kalau Negara kita dan pemimpin kita diperlakukan seperti itu dan tanpa tahu apa kesalahannya,” ujar Rahmat.
Mestinya, lanjut Rahmat,  kita yang paham dengan situasi, memberikan penjelasan kepada publik. Seperti yang mreka dapat informasi bahwa warga Batak Mandailing yang sudah dua ratusan tahun tingga di Malaysia, yang saat ini menetap di kawasan pinggiran terutama di Sei Gembok Belakang.

“Mereka dahulunya pemilik lahan yang luas-luas, seiring dengan perkembangannya dan berjalannya waktu secara ekonomi mereka semakin terpinggir. Lahan mereka yang sebelumnya luas, dijual sedikit demi sedikit, hingga saat ini menjadi kawasan perumahan yang mewah dan mahal,” kata Rahmat lagi.
Dari sisi kebudayaan, kata Rahmat, mereka masih eksis, dan demi menjaga kelestariannya mereka ingin mendaftarkan beberapa kebudayaan tersebut kepada pihak Kementerian Kebudayaan Malaysia dengan tujuan agar mendapatkan bantuan rutin dari Pemerintah Malaysia sebagaimana yang telah dilakukan oleh etnis Cina dan India yang ada di Malaysia.

Selanjutnya, Rahmat Shah menyesalkan statemen seorang Anggota DPR RI dari partai terbesar, saat diwawancarai salah satu tv swasta di Jakarta yang menyatakan bahwa Malaysia itu luasnya sama dengan satu kabupaten di Indonesia, kalau dibom sekali habis.

“Nah, ketika wartawan menanya pada sumber itu jika dirinya di klaim sebagai orang Malaysia, dia akan kawin dengan gadis-gadis dari tiap kesultanan di Malaysia. Ini kan yang bicara wakil rakyat, kurang mendidik dan tidak santun,” pungkas Rahmat. (*/ila)

Artikel Terkait

Bobby Resmikan Pekan Kuliner Kondang

Dua Artis Meriahkan HMAF 2019

Gagal Jadi Pengusaha, Kini Jadi Pengajar

Terpopuler

Artikel Terbaru

/