28.9 C
Medan
Sunday, May 12, 2024

Indonesia Butuh Pemimpin Baru

ist
DUKUNG: Aliansi Pengusaha Nashional Chapter Sumatera Utara berfoto bersama dan memberikan dukungan untuk pasangan calon presiden nomor urut 02.

SUMUTPOS.CO – Permasalahan diberbagai sektor industri mengalami pasang surut yang sangat signifikan, kepastian relugasi di dunia usaha semakin hari semakin terasa berat sehingga dibutuhkan perubahan dalam lingkup pembuat kebijakan yang berpihak kepada pengusaha – pengusaha lokal dan dalam negeri. Aliansi Pengusaha Nasional Chapter Sumatera Utara merangkum tantangan para pelaku usaha selama 4,5 tahun terakhir.

Syahrul Akbar (Saga Creative Hub, Wirausahawan Industri Coworking Space &Sektor Pertanian Perkebunan)

Lapangan pekerjaan yang sulit, itulah problematika yang dirasakan anak bangsa saat ini. Hal ini juga didasari akibat kekhawatiran para pengusaha untuk mengembangkan bisnisnya dan menciptakan lapangan pekerjaan baru. Ini adalah akibat dari kebijakan pemerintah yang tidak probisnis dan berpihak kepada pelaku usaha.

“Keberpihakan pemerintah yang tidak seimbang mengakibatkan tidak semua sektor bisnis mengalami kemajuan. Pemerintah hanya fokus pada pembangunan infrastruktur, padahal itu justru mengakibatkan sektor UMKM mengalami disrupsi dan penurunan,” ujarnya.

Dari semua problematika itu saya melihat ada solusi pada program kerja Prabowo Sandi yaitu Rumah Siap Kerja, yang merupakan wadah anak bangsa untuk meningkatkan kreatifitas dan kompetensi mereka. Selain itu rumah siap kerja ini juga menjadi penghubung antara pengusaha dan pencari kerja dimana saat ini pengusaha sulit mencari SDM yang sesuai dengan kebutuhan bisnisnya.

Rumah siap kerja juga memiliki berbagai fasilitas yang mantap seperti sejumlah ruangan yang dibuat seperti co-working space, ruang konsultasi pekerjaan, hingga ruang pertemuan. Program yang diusung Prabowo Sandi ini juga memiliki sebuah kedai kopi, sejumlah tempat duduk dan meja yang disediakan untuk pebisnis muda dan startup saling berjejaring.

Ni’mal Hamdi BM / Andi (Pengusaha Sektor Perikanan &Properti)

Ada beberapa aspek yang menjadi potensi penyebab terjadinya ancaman keamanan dari luar bagi pengusaha selama 4,5 tahun terakhir.

“Sebagai seorang pengusaha saya akan menjawabnya dari aspek ekonomi dan sosial. Dalam aspek ekonomi, dalam 4,5 tahun terakhir ekonomi masyarakat hamparan perak mengalami penurunan dan lesu. Hilangnya mata pencaharian dan sulitnya pengelolaan pertanian menjadi salah satu sebab penurunannya kualitas ekonomi di daerah tersebut. Kutipan ini dapat di pertanggung jawabkan berdasarkan data penerimaan pajak wilayah Desa Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak tahun 2018 dengan pencapaian 39%,” ujarnya.

Sulitnya mencari lapangan pekerjaan, akses pertanian yang sulit akibat di tiadakannya pupuk subsidi dan harga harga pokok yang naik memaksakan masyarakat agar berbuat lebih banyak dari yang ia dapatkan. Sehingga tekanan dari lingkungan social menjadi salah satu alasan “gelapmata”, membuat tingkat kriminalitas yang tinggi. “Jujur saja, dalam setahun terakhir saya mengalami 2 kasus di tempat usaha saya,” tambahnya.

Dalam aspek sosial, penyebab tingginya tingkat kriminalitas selain karena ekonomi yang sulit, beberapa alasan lain ialah penyebaran narkotika yang semakin meluas. Penting bagi kita menekankan bagi diri, keluarga dan lingkungan kita tentang bahayanya narkotika. Selain menjadi musuh masyarakat dan negara. Narkoba jelas haram bagi agama, merusak segala hak hak moral sebagai warga negara, menyakiti dan merusak generasi.

Mahfudz Y Loethan (Ketua Aliansi Pengusaha Nasional Aceh)

Indonesia adalah negara besar dengan sumber daya alam yang sangat melimpah. Namun, itu semua tidak akan berarti kalau kita tidak mempunyai kepemimpinan nasional yang kuat dan tegas, serta aktif mengajak sector swasta yang memiliki peran signifikan dalam membangun Republik ini.

“Kepemimpinan selama ini, menurut hemat kami, gagal mengajak sektor swasta berkontribusi lebih banyak memperbaiki urat nadi ekonomi bangsa besar ini,” ungkapnya.

Rakyat kita selalu dibuai dengan narasi indah, bahwa pertumbuhan ekonomi kita baik, tumbuh meroket dan bahasa indah lainnya, padahal Sejumlah lembaga internasional memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2019 berkisar pada 5,2%. Bahkan, salah satu lembaga, Moodys Investor Services meproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia <5%.

Ke depan kita harus mendorong, di tangan Prabowo – Sandi, ekonomi UMKMK juga ikut besar dengan industri real lainnya, Ada rumah untuk kemasan UMKM, dimana pelaku UMKM bias mendapatkan pemahaman tentang packaging yang baik dan bantuan untuk pengemas produknya, sehingga mampu bersaing.

Juan Utama Batubara (Ketua HIPMI PT Sumatera Utara / AlcopomadeGrup)

Pada Februari 2019, Badan Pusat Statistik (BPS) mempublikasikan neraca perdagangan Indonesia periode Januari 2019. Angkanya sungguh memprihatinkan. Tidak lama berselang, Kementerian Keuangan juga mengumumkan data ekonomi penting lainnya, yaitu realisasi AnggaranPendapatan dan Belanja Negara (APBN) periode Januari 2019, yang hasilnya juga jauh dari memuaskan.

Menurut data yang dirilis Kementerian Keuangan, realisasi APBN Januari 2019 sangat mengecewakan, dengan realisasi deficit Rp45,6 triliun, penerimaan negara Rp108,1 triliun dan belanja negara Rp153,8 triliun. Yang sungguh mengejutkan, meskipun APBN Januari 2019 “hanya” deficit Rp45,6 triliun, tetapi realisasi pembiayaan, artinya penambahan utang, ternyata sudah mencapai Rp122,5 triliun, atau 34,1 persen dari target 2019 sebesar Rp359,3 triliun. Artinya, penambahan utang pada Januari 2019 ini jauh melampaui defisit yang hanya Rp 45,6 triliun.

Pertanyaannya, mengapa pemerintah mau melakukan hal seperti itu, menambah utang jauh lebih besar dari keperluannya? Bukankah beban bunga utang menjadi sangat besar?

Dari semua permasalahan yang terjadi ,Semoga Indonesia memperoleh keajaiban pada bulan-bulan mendatang dengan terpilihnya PresidenBaru ,Ya Saya Melihat Prabowo Dan Sandi membawa harapan baru untuk Indonesia Menang yang adil dan makmur.

Harapannya Prabowo dan Sandi dapat menjadikan ekonomi Indonesia membaik. Karena, tanpa keajaiban, masa depan ekonomi Indonesia terlihat suram seperti tercermin dari data neraca perdagangan dan APBN di atas. (*)

ist
DUKUNG: Aliansi Pengusaha Nashional Chapter Sumatera Utara berfoto bersama dan memberikan dukungan untuk pasangan calon presiden nomor urut 02.

SUMUTPOS.CO – Permasalahan diberbagai sektor industri mengalami pasang surut yang sangat signifikan, kepastian relugasi di dunia usaha semakin hari semakin terasa berat sehingga dibutuhkan perubahan dalam lingkup pembuat kebijakan yang berpihak kepada pengusaha – pengusaha lokal dan dalam negeri. Aliansi Pengusaha Nasional Chapter Sumatera Utara merangkum tantangan para pelaku usaha selama 4,5 tahun terakhir.

Syahrul Akbar (Saga Creative Hub, Wirausahawan Industri Coworking Space &Sektor Pertanian Perkebunan)

Lapangan pekerjaan yang sulit, itulah problematika yang dirasakan anak bangsa saat ini. Hal ini juga didasari akibat kekhawatiran para pengusaha untuk mengembangkan bisnisnya dan menciptakan lapangan pekerjaan baru. Ini adalah akibat dari kebijakan pemerintah yang tidak probisnis dan berpihak kepada pelaku usaha.

“Keberpihakan pemerintah yang tidak seimbang mengakibatkan tidak semua sektor bisnis mengalami kemajuan. Pemerintah hanya fokus pada pembangunan infrastruktur, padahal itu justru mengakibatkan sektor UMKM mengalami disrupsi dan penurunan,” ujarnya.

Dari semua problematika itu saya melihat ada solusi pada program kerja Prabowo Sandi yaitu Rumah Siap Kerja, yang merupakan wadah anak bangsa untuk meningkatkan kreatifitas dan kompetensi mereka. Selain itu rumah siap kerja ini juga menjadi penghubung antara pengusaha dan pencari kerja dimana saat ini pengusaha sulit mencari SDM yang sesuai dengan kebutuhan bisnisnya.

Rumah siap kerja juga memiliki berbagai fasilitas yang mantap seperti sejumlah ruangan yang dibuat seperti co-working space, ruang konsultasi pekerjaan, hingga ruang pertemuan. Program yang diusung Prabowo Sandi ini juga memiliki sebuah kedai kopi, sejumlah tempat duduk dan meja yang disediakan untuk pebisnis muda dan startup saling berjejaring.

Ni’mal Hamdi BM / Andi (Pengusaha Sektor Perikanan &Properti)

Ada beberapa aspek yang menjadi potensi penyebab terjadinya ancaman keamanan dari luar bagi pengusaha selama 4,5 tahun terakhir.

“Sebagai seorang pengusaha saya akan menjawabnya dari aspek ekonomi dan sosial. Dalam aspek ekonomi, dalam 4,5 tahun terakhir ekonomi masyarakat hamparan perak mengalami penurunan dan lesu. Hilangnya mata pencaharian dan sulitnya pengelolaan pertanian menjadi salah satu sebab penurunannya kualitas ekonomi di daerah tersebut. Kutipan ini dapat di pertanggung jawabkan berdasarkan data penerimaan pajak wilayah Desa Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak tahun 2018 dengan pencapaian 39%,” ujarnya.

Sulitnya mencari lapangan pekerjaan, akses pertanian yang sulit akibat di tiadakannya pupuk subsidi dan harga harga pokok yang naik memaksakan masyarakat agar berbuat lebih banyak dari yang ia dapatkan. Sehingga tekanan dari lingkungan social menjadi salah satu alasan “gelapmata”, membuat tingkat kriminalitas yang tinggi. “Jujur saja, dalam setahun terakhir saya mengalami 2 kasus di tempat usaha saya,” tambahnya.

Dalam aspek sosial, penyebab tingginya tingkat kriminalitas selain karena ekonomi yang sulit, beberapa alasan lain ialah penyebaran narkotika yang semakin meluas. Penting bagi kita menekankan bagi diri, keluarga dan lingkungan kita tentang bahayanya narkotika. Selain menjadi musuh masyarakat dan negara. Narkoba jelas haram bagi agama, merusak segala hak hak moral sebagai warga negara, menyakiti dan merusak generasi.

Mahfudz Y Loethan (Ketua Aliansi Pengusaha Nasional Aceh)

Indonesia adalah negara besar dengan sumber daya alam yang sangat melimpah. Namun, itu semua tidak akan berarti kalau kita tidak mempunyai kepemimpinan nasional yang kuat dan tegas, serta aktif mengajak sector swasta yang memiliki peran signifikan dalam membangun Republik ini.

“Kepemimpinan selama ini, menurut hemat kami, gagal mengajak sektor swasta berkontribusi lebih banyak memperbaiki urat nadi ekonomi bangsa besar ini,” ungkapnya.

Rakyat kita selalu dibuai dengan narasi indah, bahwa pertumbuhan ekonomi kita baik, tumbuh meroket dan bahasa indah lainnya, padahal Sejumlah lembaga internasional memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2019 berkisar pada 5,2%. Bahkan, salah satu lembaga, Moodys Investor Services meproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia <5%.

Ke depan kita harus mendorong, di tangan Prabowo – Sandi, ekonomi UMKMK juga ikut besar dengan industri real lainnya, Ada rumah untuk kemasan UMKM, dimana pelaku UMKM bias mendapatkan pemahaman tentang packaging yang baik dan bantuan untuk pengemas produknya, sehingga mampu bersaing.

Juan Utama Batubara (Ketua HIPMI PT Sumatera Utara / AlcopomadeGrup)

Pada Februari 2019, Badan Pusat Statistik (BPS) mempublikasikan neraca perdagangan Indonesia periode Januari 2019. Angkanya sungguh memprihatinkan. Tidak lama berselang, Kementerian Keuangan juga mengumumkan data ekonomi penting lainnya, yaitu realisasi AnggaranPendapatan dan Belanja Negara (APBN) periode Januari 2019, yang hasilnya juga jauh dari memuaskan.

Menurut data yang dirilis Kementerian Keuangan, realisasi APBN Januari 2019 sangat mengecewakan, dengan realisasi deficit Rp45,6 triliun, penerimaan negara Rp108,1 triliun dan belanja negara Rp153,8 triliun. Yang sungguh mengejutkan, meskipun APBN Januari 2019 “hanya” deficit Rp45,6 triliun, tetapi realisasi pembiayaan, artinya penambahan utang, ternyata sudah mencapai Rp122,5 triliun, atau 34,1 persen dari target 2019 sebesar Rp359,3 triliun. Artinya, penambahan utang pada Januari 2019 ini jauh melampaui defisit yang hanya Rp 45,6 triliun.

Pertanyaannya, mengapa pemerintah mau melakukan hal seperti itu, menambah utang jauh lebih besar dari keperluannya? Bukankah beban bunga utang menjadi sangat besar?

Dari semua permasalahan yang terjadi ,Semoga Indonesia memperoleh keajaiban pada bulan-bulan mendatang dengan terpilihnya PresidenBaru ,Ya Saya Melihat Prabowo Dan Sandi membawa harapan baru untuk Indonesia Menang yang adil dan makmur.

Harapannya Prabowo dan Sandi dapat menjadikan ekonomi Indonesia membaik. Karena, tanpa keajaiban, masa depan ekonomi Indonesia terlihat suram seperti tercermin dari data neraca perdagangan dan APBN di atas. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/