Partai Nasional Demokrat (NasDem) yang baru lahir, kini mulai tercabik. Semangat perubahan yang diusungnya terganggu konflik internal. Kader partai besutan Surya Paloh itu mulai saling sikut
Ibarat pepatah, tidak akan ada asap kalau tak ada api. Apalagi terkait politik. Nah, Hulu dari pertikaian kader NasDem itu ditengarai lantaran dua pentolannya, Surya dan Hary Tanoe, bersaing dan saling mengintai karena benturan kepentingan.
Para analis politik melihat Ketua Majelis Tinggi Partai Nasdem Surya Paloh dan Hary Tanoesoedibjo, ketua dewan pakar, diduga sama-sama berminat menjadi ketua umum Partai Nasdem.
“Baik Hary Tanoe maupun Surya Paloh adalah konglomerat di Indonesia. Tujuan mereka masuk politik tak lain adalah menjadi presiden atau wakil presiden,” kata Prof Dr Hamdi Muluk, pakar psikologi politik dari UI.
Alhasil, cita-cita besarnya untuk mewujudkan restorasi demokrasi dan pembaruan di Indonesia mulai terganggu oleh konflik yang melanda para elite partai tersebut. Publik mencatat, sejauh ini Nasdem belum berbuat apa-apa, karena belum pernah ikut pemilu dan belum punya wakil di parlemen. Tetapi internal Partai NasDem bergejolak seiring rencana Surya Paloh mengambil alih posisi Ketua Umum Partai NasDem.
Petinggi Partai NasDem tak membantah adanya gejolak internal. Karena itu, rencana pertemuan di akhir Januari ini seagai sarana mencari solusi dan mensinergikan kembali Surya dan Hary Tanoe. Terutama menyangkut adanya beda pandangan antara dua petinggi NasDem itu. “Kita akan mencari titik temu antara Pak Surya Paloh dan Pak Hary Tanoe,” kata Rofiq.
Dampak dari perpecahan elite partai Nasdem itu berimbas ke bawah. Di level Pengurus Harian partai, mulai terjadi gontok-gontokan. Pada Selasa (15/01/2013) kemarin, sepuluh Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Gerakan Pemuda Nasional Demokrat (GPND) mendesak digelar kongres luar biasa. Mereka menyatakan mosi tidak percaya pada Ketua Umum GPND Martin Manurung yang dinilai telah melanggar peraturan dasar dan peraturan rumah tanggan (PD/PRT) GPND.
“Pelanggaran PD/PRT yang dilakukan Martin adalah tidak memberikan hak untuk membela diri dan klarifikasi pada pemecatan dirinya sebagai Sekjen GPND dan pembekuan DPW DKI Jakarta,” ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) GPND Syaiful Haq.
Sebelumnya, Syaiful dipecat dengan alasan tidak patuh aturan dan tidak menaati perintah. Namun Saiful menjelaskan bahwa dirinya difitnah anti-Surya Paloh. ”Kami tidak diundang dalam klarifikasi, campur adukan ormas dan partai, difitnah anti-Surya Paloh, kami tidak diberikan hak itu sebagaimana diatur dalam pasal 13 peraturan dasar GPND,” tegasnya.
Pelanggaran kedua oleh Martin, menurut Saiful, adalah soal pernyataan politiknya sebagai Ketua Umum GPND.”Harus ada pemisahan tegas bahwa GPND adalah sayap organisasi massa (Ormas) Nasional Demokrat (Nasdem) dan bukan sayap Partai Nasdem,” ungkapnya.
Dijelaskan, sepuluh DPW pendukung kongres luar biasa adalah DPW GPND DKI Jakarta, Banten, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Selawesi Tengah, Sumatera Selatan, Papua, Sumatera Utara, dan Sulawesi Tenggara.
”Kita akan menambah 15 DPW lagi untuk gelar kongres luar biasa, dan untuk langkah hukum kita akan PTUN,” tegas Syaiful.
NasDem yang masih baru lahir, kini terkoyak sebelum berlaga. Sangat disayangkan, partai yang baru lahir dan mengusung tagline restorasi dan perubahan itu justru sibuk berantem sesama pengurus dan elite-nya. Semestinya para elite partai itulah yang jadi teladan dalam memimpin parpol baru yang punya gagasan besar itu.(net/jpnn)