30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Saya Menyebutnya Keseimbangan

Pdt Dr MD Wakkary, di Antara Teologia dan Dunia Sekuler

Tak banyak orang yang sukses berkarir di dunia sekuler bisa berhasil dengan sangat baik menjalankan tugasnya sebagai pemimpin di dunia kerohanian. Diantara yang tergolong berhasil itu, ada nama Pdt Dr MD Wakkary.

Nama Markus Daniel (MD) Wakkary sudah tidak asing lagi di kalangan rohaniawan. Selain aktif di berbagai organisasi kegerejaan tingkat nasional, persekutuan antar denominasi  gereja, pria yang hampir berusia 70 tahun ini juga aktif di berbagai dialog antar umat beragama.

Di dunia sekuler, nama MD Wakkary pernah berkibar. Aktif di beberapa media massa terbitan lokal dan nasional, Wakkary dekat dan sering bekerja sama dengan sejumlah tokoh. Berkecimpung di dunia jurnalistik pula yang mengantarkannya menjalani sekitar 25 negara di dunia.

“Tahun 1976, saya ikut meliput perayaan peringatan 25 tahun bertahtanya Ratu Elisabeth. Usai meliput di Inggris, saya keliling beberapa negara di benua Eropa,” tutur Wakkary mengisahkan beberapa perjalanannya sebagai seorang jurnalis.
Wakkary pun pernah meliput Piala Dunia di Argentina pada 1978. “Saya ke Argentina setelah terlebih dahulu meninjau kegiatan PBB di New York,” ujarnya lagi.

Kenangan Wakkary menjalankan tugas jurnalistik ke sejumlah negara, masih sangat segar. Tak hanya di Eropa dan Amerika, Wakkary beberapa kali ke sejumlah negara Asia. Seperti saat meliput Konferensi Negara-negara Nonblok di India pada 1983. Selesai konferensi, ia memanfaatkan waktu dengan mengunjungi Sri Langka dan negara-negara tetangga India lain. “Itulah enaknya jadi wartawan, bisa pergi kemana-mana,” ujar pria sepu ini tersenyum.
Di kantornya di Gereja Pentakosta di Indonesia (GPdI) jemaat Maranatha di Jalan S Parman, Kamis (5/4), tawa Pdt Wakkary sesekali berderai. Semangat kewartawanannya masih tetap membara meski gerakannya terlihat mulai melambat.
“Maaf, saya tidak menyediakan minuman. Kami sedang puasa menjelang Paskah,” ucap Pak Pendeta di sela-sela perbincangan.

Bercerita lepas, sejenak Wakkary menanggalkan pergumulannya sebagai pelayan Tuhan. “Hidup memang  harus seimbang, antara kegiatan rohani dan sekuler. Saya menyebutnya keseimbangan hidup,” sebutnya mantap.
Pernyataannya itu terlontar ketika ditanya pengalama masa kecil dan masa remajanya. Dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan gereja, anak Pdt RN Wakkary-Sorongan ini sama saja seperti anak-anak sebayanya yang lain. Bergaul dengan rekan-rekannya, dan me lakukan berbagai hal dengan sebayanya.

Dia menjalani masa kanak-kanak di Bogor dan menghabiskan masa remaja di Bandung, Medan dan Batu (Malang). Wakary muda pun berkali-kali ganti sekolah. Mulai dari sekolah Alkitab hingga sekolah sekuler. Bila sekolah Alkitab dijalani karena dorongan orangtua, ia masuk sekolah sekuler karena terpengaruh teman-temannya.

Dia menenyam pendidikan calon hakim di Sekolah Menengah Kehakiman Atas (SMKA) di Medan. Selesai dari SMKA, ayahnya mengirimkannya belajar di Sekolah Alkitab di Batu, Jawa Timur.
Di sekolah ini, Wakkary muda terdaftar sebagai Angkatan V pada 1959 dan dan angkatan VI 1960. Ternyata Wakkary tak betah tinggal berlama-lama belajar  Alkitab di kota berhawa sejuk itu. Dia kembali ke Medan dan menjadi pekerja gereja di GPdI Maranatha sambil belajar teologi. Di gereja itu ayahnya menjadi gembala sidang.

Di Medan, Wakkary muda diberi kelonggaran oleh ayahnya untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya di luar pendidikan teologi. Dia kemudian mendaftar di Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatera Utara (UISI) pada 1961. “Saya ikut teman. Kemana sekolah, kesitu saya masuk,” sebutnya lantas tertawa.

Kehidupannya pun mulai tidak teratur. Di usia 18 tahun itu, Wakkary kerap begadang hingga sakit. “Saya terkena sakit paru-paru dan sakit bagian dalam lainnya. Sampe-sampe saya berpikir, saya tidak mungkin berumur panjang, tidak akan lebih dari 30 tahun,” ucapnya dengan mimik serius. Di UISU, status mahasiswa Fakultas Hukum Wakkary hanya bertahan selama beberapa bulan.

Setelah sembuh, Wakkary jadi lebih disiplin membagi waktu. Orientasi pergaulannya diubah. Selain tetap menjadi pekerja gereja, pada 1962, dia serius menimba ilmu di Cambridge English Course, Medan hingga 1964.
Wakkary juga aktif di sejumlah organisasi kepemudaan hingga dia terpilih sebagai Ketua Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) Cabang Medan pada 1965. Di tahun itu pula, Wakkary memulai perjalanan sebagai jurnalis dengan menjadi reporter di Harian Sinar Harapan di Medan. “Saya mencari pengalaman di dunia jurnalis dan ormas,” sebutnya.

Di masa-masa itu, suhu politik nasional terasa kian menghangat. Tuntutan mengakhiri kekuasaan Orde Lama bergema di Jakarta dan menjalar ke kota-kota lain di Indonesia, termasuk di Medan. Sebagai anggota ormas kepemudaan dan seorang jurnalis,  Wakkary kemudian melibatkan  dalam sejumlah kesatuan aksi. Hingga akhirnya kepemimpinan Orde Lama berganti dengan rezim berikutnya.

Pada 1966-1967, Wakkary menjadi redaktur di mingguan KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia). Di dunia kerohanian, Wakkary sudah pula menjadi pendeta penuh. Meski demikian, ia memutuskan untuk berkarir di dunia informasi publik daripada bertugas sebagai pendeta yang melayani jemaat.

Pada 1970, Wakkary menjadi redaktur di harian Sinar Indonesia Baru, bergabung dengan GM Panggabean. “Dari sinilah saya makin dikenal luas di Sumut,” sebutnya tanpa ragu.
Untuk fokus di dunia jurnalis, Wakkary nonaktif dari kegiatan gereja. Karirnya kemudian melejit hingga dipromosikan menjadi wakil pemimpin redaksi/Penanggung jawab harian SIB. Karirnya terus meningkat dan diangkat menjadi Wakil Pemimpin Umum/Pemred harian SIB, pada 1980.

Tetapi rencana Tuhan memang tak bisa dihentikan. Pada 1980, gereja meminta Wakkary kembali aktif melayani. “Orangtua saya sakit keras. Ibu saya yang meggantikan ayah sebagai gembala, terserang stroke. Waktu itu saya benar bergunuk,” urainya.

Setahun kemudian, MD Wakkary member jawaban, bersedia aktif kembalimelayani di gereja. “Perimbangan saya, gereja perlu tenaga muda yang berpengalaman di dunia sekuler. Bisa jadi pembanding antara dunia teolog denfgan dunia sekuler,” ujarnya member alas an mengapa ia menerima permintaan pihak gereja.

Muncul masalah baru. Saat dia aktif di gereja, pihak surat kabar tak rela Wakkary pergi begitu saja karena tenaganya masih sangat dibutuhkan. Akhirnya diperoleh kesepakatan, Wakkary tetap melayani di gereja dan di surat kabar dia dibebaskan dari tugas-tugas keredaksian. Pendeta Wakkary baru benar-benar dilepas dari perusahaan surat kabar itu pada 1992.

Di sisi lain, dia kerap dipercaya menjadi ketua di berbagai organisasi gereja dan kerohanian. “Saya memang sering dipercaya sebagai ketua karena dianggap punya sedikit kelebihan,” ujar Pdt Wakkary.
Pria yang karena kesibukannya ini baru menikah pada usia 42 tahun ini yakin, kelebihan itu tak lepas dari pengalamannya semasa aktif di organisasi sekuler.

Prestasinya sebagai pemimpin organisasi gereja memang mentereng. Ayah tiga puti ini sudah empat kali terpilih sebagai ketua umum Persekutuan Gereja-gereja Pentakosta Indonesia (PGPI). Beberapa bulan lalu, Musyawarah Besar GPdI di Manado memberinya mandat sebagai ketua umum. Selain itu, Pdt Wakkary juga menjadi kepala sekolah di sejumlah sekolah alkitab dan menjadi ketua umum di beberapa STT.(tms)

HIDUP DAN PELAYANAN

Nama Markus Daniel Wakkary
Tempat/Tgl Lahir Bogor / 22 Juni 1943
Alamat Pelayanan Jalan Letjen. S. Parman No. 63 Medan 20153
Istri Lenny Ariantje Tampi
Anak-anak 1.Klaudia Debora Wakkary
2. Kezia Tabita Wakkary
3. Kerenhapukh Lois Wakkary

RIWAYAT PENDIDIKAN SEKULER & TEOLOGI

1955 SD di Bandung, 1955
1958 SMP di Bandung dan Medan,
1958-1959 SMKA di Medan.
1959 dan 1960 Sekolah Alkitab di Batu Malang Angkatan V dan VI
1962–1964 Cambridge English Course di Medan 1971 On the Job Training Straits Times Group Kuala Lumpur
1981 ACMA, Melbourne
1987–1996 Peserta tetap Pastor’s Conference Church on the Way, di Los Angeles
1993 Meraih GelaLr of Ministry ISTTI El-Shaddai.
1995 Meraih Gelar Doctor of Litterature Evangel Christian University of America.

PELAYANAN KEMASYARAKATAN

1965-1967 Ketua DPC GAMKI Kota Medan / Sekretaris DPD GAMKI Sumut
1980-1990 Ketua DPP GAMKI Sumut
1966-1967 Redaktur Harian Sinar Harapan Medan
1970-1972 Redaktur Harian Sinar Indonesia Baru (SIB) Medan
1972-1980 Wakil Pem. Redaksi Penanggungjawab Harian “SIB”
1980-1991 Wakil Pemimpin Umum/Pem. Redaksi Harian “SIB”
1980-1985 Wakil Ketua Serikat Penerbitan Suratkabar (SPS) Sumut

RIWAYAT PELAYANAN

1960 – 1961 Pengerja di GPdI Garut
1961 – 1962 Pengerja di Medan
1962 – 1969 Pendeta Muda di Medan
1969 Dilantik menjadi Pendeta di Mubes GPdI Surabaya
1971 Non-aktif dari fungsi Kependetaan, karena dicalonkan anggota DPRD/DPR oleh Parkindo
1972 – 1991 Membantu pelayanan GPdI di Medan merangkap Wk. Pemimpin Umum/Pem. Redaksi di SIB.
1981 Gembala Sidang GPdI Jalan S. Parman Medan menggantikan Pdt. R.N. Wakkary-Sorongan yang mengundurkan diri karena sakit.
1981 Ketua BPP Pemuda Pantekosta oleh Majelis Pusat GPdI
1981 Sekretaris MD I GPdI Sumut-Aceh dalam Musda GPdI Sumut-Aceh di Medan
1983 Sekjen Pengurus Pusat Dewan Pantekosta Indonesia (DPI) dalam Mubes DPI di Jakarta.
1984 Wakil Sekretaris Umum Majelis Pusat GPdI dalam Mubes GPdI di Senayan Jakarta.
1985 Ketua Majelis Daerah GPdI Sumut-Aceh dalam Musda GPdI Sumut-Aceh di Purbasari.
1988 Sekretaris Umum Majelis Pusat GPdI dalam Mubes GPdI di Jakarta.
1988 Terpilih menjadi Ketua Umum DPI dalam Mubes DPI di Bandung.
1991 Sekretaris Umum MP GPdI dalam Mubes di Batu.
1993 Menjadi Ketua II Majelis Pusat GPdI berhubung meninggalnya Pdt. E.N. Soriton.
1993 Terpilih kembali sebagai Ketua Umum PP-DPI dalam Mubes DPI di Wisma Kinasih Ciawi Bogor.
1995 Terpilih menjadi Ketua I Majelis Pusat GPdI dalam Mubes GPdI di Batu Malang.
1995 Terpilih kembali sebagai Ketua Majelis Daerah GPdI Sumut-Aceh di Musda Kabanjahe.
1998 Terpilih kembali untuk ketiga kalinya sebagai Ketua Umum PGPI (dulu DPI) dalam Mubes DPI/PGPI di Jakarta.
1999 Anggota MPR-RI dari Fraksi Utusan Golongan mewakili PGPI dan bukan mewakili Parpol.
1999 Ketua Majelis Daerah GPdI Sumut-Aceh dalam Musda GPdI Parapat.
2000 Menjadi Ketua MP GPdI dalam Mubes di Jakarta.
2003 Ketua Majelis Daerah GPdI Sumut-Aceh di Musda Medan.
2004 Ketua I MP GPdI dalam Mubes GPdI di Bali.
2008 Ketua Umum PGPI dalam Mubes PGPI di Jakarta
2012 Ketum GPdI dalam Mubes GPdI di Manado
1993-sekarang Kepala Sekolah Alkitab Purbasari menggantikan Pdt. M.E. Lambert yang pulang ke Amerika.
1996-2011 Ketua STT El-Shaddai menggantikan Almarhum Pdt. DR. Nicky J. Sumual.
2000-sekarang Kepala Sekolah Alkitab Nias.

Pdt Dr MD Wakkary, di Antara Teologia dan Dunia Sekuler

Tak banyak orang yang sukses berkarir di dunia sekuler bisa berhasil dengan sangat baik menjalankan tugasnya sebagai pemimpin di dunia kerohanian. Diantara yang tergolong berhasil itu, ada nama Pdt Dr MD Wakkary.

Nama Markus Daniel (MD) Wakkary sudah tidak asing lagi di kalangan rohaniawan. Selain aktif di berbagai organisasi kegerejaan tingkat nasional, persekutuan antar denominasi  gereja, pria yang hampir berusia 70 tahun ini juga aktif di berbagai dialog antar umat beragama.

Di dunia sekuler, nama MD Wakkary pernah berkibar. Aktif di beberapa media massa terbitan lokal dan nasional, Wakkary dekat dan sering bekerja sama dengan sejumlah tokoh. Berkecimpung di dunia jurnalistik pula yang mengantarkannya menjalani sekitar 25 negara di dunia.

“Tahun 1976, saya ikut meliput perayaan peringatan 25 tahun bertahtanya Ratu Elisabeth. Usai meliput di Inggris, saya keliling beberapa negara di benua Eropa,” tutur Wakkary mengisahkan beberapa perjalanannya sebagai seorang jurnalis.
Wakkary pun pernah meliput Piala Dunia di Argentina pada 1978. “Saya ke Argentina setelah terlebih dahulu meninjau kegiatan PBB di New York,” ujarnya lagi.

Kenangan Wakkary menjalankan tugas jurnalistik ke sejumlah negara, masih sangat segar. Tak hanya di Eropa dan Amerika, Wakkary beberapa kali ke sejumlah negara Asia. Seperti saat meliput Konferensi Negara-negara Nonblok di India pada 1983. Selesai konferensi, ia memanfaatkan waktu dengan mengunjungi Sri Langka dan negara-negara tetangga India lain. “Itulah enaknya jadi wartawan, bisa pergi kemana-mana,” ujar pria sepu ini tersenyum.
Di kantornya di Gereja Pentakosta di Indonesia (GPdI) jemaat Maranatha di Jalan S Parman, Kamis (5/4), tawa Pdt Wakkary sesekali berderai. Semangat kewartawanannya masih tetap membara meski gerakannya terlihat mulai melambat.
“Maaf, saya tidak menyediakan minuman. Kami sedang puasa menjelang Paskah,” ucap Pak Pendeta di sela-sela perbincangan.

Bercerita lepas, sejenak Wakkary menanggalkan pergumulannya sebagai pelayan Tuhan. “Hidup memang  harus seimbang, antara kegiatan rohani dan sekuler. Saya menyebutnya keseimbangan hidup,” sebutnya mantap.
Pernyataannya itu terlontar ketika ditanya pengalama masa kecil dan masa remajanya. Dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan gereja, anak Pdt RN Wakkary-Sorongan ini sama saja seperti anak-anak sebayanya yang lain. Bergaul dengan rekan-rekannya, dan me lakukan berbagai hal dengan sebayanya.

Dia menjalani masa kanak-kanak di Bogor dan menghabiskan masa remaja di Bandung, Medan dan Batu (Malang). Wakary muda pun berkali-kali ganti sekolah. Mulai dari sekolah Alkitab hingga sekolah sekuler. Bila sekolah Alkitab dijalani karena dorongan orangtua, ia masuk sekolah sekuler karena terpengaruh teman-temannya.

Dia menenyam pendidikan calon hakim di Sekolah Menengah Kehakiman Atas (SMKA) di Medan. Selesai dari SMKA, ayahnya mengirimkannya belajar di Sekolah Alkitab di Batu, Jawa Timur.
Di sekolah ini, Wakkary muda terdaftar sebagai Angkatan V pada 1959 dan dan angkatan VI 1960. Ternyata Wakkary tak betah tinggal berlama-lama belajar  Alkitab di kota berhawa sejuk itu. Dia kembali ke Medan dan menjadi pekerja gereja di GPdI Maranatha sambil belajar teologi. Di gereja itu ayahnya menjadi gembala sidang.

Di Medan, Wakkary muda diberi kelonggaran oleh ayahnya untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya di luar pendidikan teologi. Dia kemudian mendaftar di Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatera Utara (UISI) pada 1961. “Saya ikut teman. Kemana sekolah, kesitu saya masuk,” sebutnya lantas tertawa.

Kehidupannya pun mulai tidak teratur. Di usia 18 tahun itu, Wakkary kerap begadang hingga sakit. “Saya terkena sakit paru-paru dan sakit bagian dalam lainnya. Sampe-sampe saya berpikir, saya tidak mungkin berumur panjang, tidak akan lebih dari 30 tahun,” ucapnya dengan mimik serius. Di UISU, status mahasiswa Fakultas Hukum Wakkary hanya bertahan selama beberapa bulan.

Setelah sembuh, Wakkary jadi lebih disiplin membagi waktu. Orientasi pergaulannya diubah. Selain tetap menjadi pekerja gereja, pada 1962, dia serius menimba ilmu di Cambridge English Course, Medan hingga 1964.
Wakkary juga aktif di sejumlah organisasi kepemudaan hingga dia terpilih sebagai Ketua Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) Cabang Medan pada 1965. Di tahun itu pula, Wakkary memulai perjalanan sebagai jurnalis dengan menjadi reporter di Harian Sinar Harapan di Medan. “Saya mencari pengalaman di dunia jurnalis dan ormas,” sebutnya.

Di masa-masa itu, suhu politik nasional terasa kian menghangat. Tuntutan mengakhiri kekuasaan Orde Lama bergema di Jakarta dan menjalar ke kota-kota lain di Indonesia, termasuk di Medan. Sebagai anggota ormas kepemudaan dan seorang jurnalis,  Wakkary kemudian melibatkan  dalam sejumlah kesatuan aksi. Hingga akhirnya kepemimpinan Orde Lama berganti dengan rezim berikutnya.

Pada 1966-1967, Wakkary menjadi redaktur di mingguan KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia). Di dunia kerohanian, Wakkary sudah pula menjadi pendeta penuh. Meski demikian, ia memutuskan untuk berkarir di dunia informasi publik daripada bertugas sebagai pendeta yang melayani jemaat.

Pada 1970, Wakkary menjadi redaktur di harian Sinar Indonesia Baru, bergabung dengan GM Panggabean. “Dari sinilah saya makin dikenal luas di Sumut,” sebutnya tanpa ragu.
Untuk fokus di dunia jurnalis, Wakkary nonaktif dari kegiatan gereja. Karirnya kemudian melejit hingga dipromosikan menjadi wakil pemimpin redaksi/Penanggung jawab harian SIB. Karirnya terus meningkat dan diangkat menjadi Wakil Pemimpin Umum/Pemred harian SIB, pada 1980.

Tetapi rencana Tuhan memang tak bisa dihentikan. Pada 1980, gereja meminta Wakkary kembali aktif melayani. “Orangtua saya sakit keras. Ibu saya yang meggantikan ayah sebagai gembala, terserang stroke. Waktu itu saya benar bergunuk,” urainya.

Setahun kemudian, MD Wakkary member jawaban, bersedia aktif kembalimelayani di gereja. “Perimbangan saya, gereja perlu tenaga muda yang berpengalaman di dunia sekuler. Bisa jadi pembanding antara dunia teolog denfgan dunia sekuler,” ujarnya member alas an mengapa ia menerima permintaan pihak gereja.

Muncul masalah baru. Saat dia aktif di gereja, pihak surat kabar tak rela Wakkary pergi begitu saja karena tenaganya masih sangat dibutuhkan. Akhirnya diperoleh kesepakatan, Wakkary tetap melayani di gereja dan di surat kabar dia dibebaskan dari tugas-tugas keredaksian. Pendeta Wakkary baru benar-benar dilepas dari perusahaan surat kabar itu pada 1992.

Di sisi lain, dia kerap dipercaya menjadi ketua di berbagai organisasi gereja dan kerohanian. “Saya memang sering dipercaya sebagai ketua karena dianggap punya sedikit kelebihan,” ujar Pdt Wakkary.
Pria yang karena kesibukannya ini baru menikah pada usia 42 tahun ini yakin, kelebihan itu tak lepas dari pengalamannya semasa aktif di organisasi sekuler.

Prestasinya sebagai pemimpin organisasi gereja memang mentereng. Ayah tiga puti ini sudah empat kali terpilih sebagai ketua umum Persekutuan Gereja-gereja Pentakosta Indonesia (PGPI). Beberapa bulan lalu, Musyawarah Besar GPdI di Manado memberinya mandat sebagai ketua umum. Selain itu, Pdt Wakkary juga menjadi kepala sekolah di sejumlah sekolah alkitab dan menjadi ketua umum di beberapa STT.(tms)

HIDUP DAN PELAYANAN

Nama Markus Daniel Wakkary
Tempat/Tgl Lahir Bogor / 22 Juni 1943
Alamat Pelayanan Jalan Letjen. S. Parman No. 63 Medan 20153
Istri Lenny Ariantje Tampi
Anak-anak 1.Klaudia Debora Wakkary
2. Kezia Tabita Wakkary
3. Kerenhapukh Lois Wakkary

RIWAYAT PENDIDIKAN SEKULER & TEOLOGI

1955 SD di Bandung, 1955
1958 SMP di Bandung dan Medan,
1958-1959 SMKA di Medan.
1959 dan 1960 Sekolah Alkitab di Batu Malang Angkatan V dan VI
1962–1964 Cambridge English Course di Medan 1971 On the Job Training Straits Times Group Kuala Lumpur
1981 ACMA, Melbourne
1987–1996 Peserta tetap Pastor’s Conference Church on the Way, di Los Angeles
1993 Meraih GelaLr of Ministry ISTTI El-Shaddai.
1995 Meraih Gelar Doctor of Litterature Evangel Christian University of America.

PELAYANAN KEMASYARAKATAN

1965-1967 Ketua DPC GAMKI Kota Medan / Sekretaris DPD GAMKI Sumut
1980-1990 Ketua DPP GAMKI Sumut
1966-1967 Redaktur Harian Sinar Harapan Medan
1970-1972 Redaktur Harian Sinar Indonesia Baru (SIB) Medan
1972-1980 Wakil Pem. Redaksi Penanggungjawab Harian “SIB”
1980-1991 Wakil Pemimpin Umum/Pem. Redaksi Harian “SIB”
1980-1985 Wakil Ketua Serikat Penerbitan Suratkabar (SPS) Sumut

RIWAYAT PELAYANAN

1960 – 1961 Pengerja di GPdI Garut
1961 – 1962 Pengerja di Medan
1962 – 1969 Pendeta Muda di Medan
1969 Dilantik menjadi Pendeta di Mubes GPdI Surabaya
1971 Non-aktif dari fungsi Kependetaan, karena dicalonkan anggota DPRD/DPR oleh Parkindo
1972 – 1991 Membantu pelayanan GPdI di Medan merangkap Wk. Pemimpin Umum/Pem. Redaksi di SIB.
1981 Gembala Sidang GPdI Jalan S. Parman Medan menggantikan Pdt. R.N. Wakkary-Sorongan yang mengundurkan diri karena sakit.
1981 Ketua BPP Pemuda Pantekosta oleh Majelis Pusat GPdI
1981 Sekretaris MD I GPdI Sumut-Aceh dalam Musda GPdI Sumut-Aceh di Medan
1983 Sekjen Pengurus Pusat Dewan Pantekosta Indonesia (DPI) dalam Mubes DPI di Jakarta.
1984 Wakil Sekretaris Umum Majelis Pusat GPdI dalam Mubes GPdI di Senayan Jakarta.
1985 Ketua Majelis Daerah GPdI Sumut-Aceh dalam Musda GPdI Sumut-Aceh di Purbasari.
1988 Sekretaris Umum Majelis Pusat GPdI dalam Mubes GPdI di Jakarta.
1988 Terpilih menjadi Ketua Umum DPI dalam Mubes DPI di Bandung.
1991 Sekretaris Umum MP GPdI dalam Mubes di Batu.
1993 Menjadi Ketua II Majelis Pusat GPdI berhubung meninggalnya Pdt. E.N. Soriton.
1993 Terpilih kembali sebagai Ketua Umum PP-DPI dalam Mubes DPI di Wisma Kinasih Ciawi Bogor.
1995 Terpilih menjadi Ketua I Majelis Pusat GPdI dalam Mubes GPdI di Batu Malang.
1995 Terpilih kembali sebagai Ketua Majelis Daerah GPdI Sumut-Aceh di Musda Kabanjahe.
1998 Terpilih kembali untuk ketiga kalinya sebagai Ketua Umum PGPI (dulu DPI) dalam Mubes DPI/PGPI di Jakarta.
1999 Anggota MPR-RI dari Fraksi Utusan Golongan mewakili PGPI dan bukan mewakili Parpol.
1999 Ketua Majelis Daerah GPdI Sumut-Aceh dalam Musda GPdI Parapat.
2000 Menjadi Ketua MP GPdI dalam Mubes di Jakarta.
2003 Ketua Majelis Daerah GPdI Sumut-Aceh di Musda Medan.
2004 Ketua I MP GPdI dalam Mubes GPdI di Bali.
2008 Ketua Umum PGPI dalam Mubes PGPI di Jakarta
2012 Ketum GPdI dalam Mubes GPdI di Manado
1993-sekarang Kepala Sekolah Alkitab Purbasari menggantikan Pdt. M.E. Lambert yang pulang ke Amerika.
1996-2011 Ketua STT El-Shaddai menggantikan Almarhum Pdt. DR. Nicky J. Sumual.
2000-sekarang Kepala Sekolah Alkitab Nias.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/