25 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Tinggalkan Dosen, Pilih Jadi Pengusaha

Suwito Sudarmo, Pemilik dan Pendiri Yayasan Srikandi

Sebelum menjadi pengusaha, pria yang akrab disapa pak Suwito ini tamatan dari salah satu universitas terkemuka di Medan Jurusan Teknik Sipil. Untuk menghidupi keluarga kecilnya, pria kelahiran Medan, 16 Maret 1957 ini bekerja sebagai dosen dan ahli konstruksi di berbagai perusahaan.

BERDUA: Suwito Sudarmo bersama istri  kantor Yayasan Srikandi.
BERDUA: Suwito Sudarmo bersama istri di kantor Yayasan Srikandi.

Walaupun sudah puluhan tahun menggajar pekerjaan tersebut pun ditinggalkannya, dan beralih menjadi seorang pengusaha. Bukan hal yang mudah baginya untuk mendirikan yayasan tersebut. Berbagai kendala dihadapinya. Apa saja kendala yang dihadapi ayah satu putri ini?. Berikut wawancaranya dengan wartawan Sumut Pos, Juli Ramadhani Rambe.

Kendala apa yang Anda hadapi saat membangun yayasan ini?

Banyak sekali kendala yang saya hadapi. Tetapi yang paling mendasar adalah keuangan. Untuk membangun sebuah usaha itu kan dibutuhkan dana yang tidak kecil. Kendala lain adalah cibiran keluarga. Yang mereka menganggap bahwa saya bodoh meninggalkan pekerjaan saya. Keluarga kan tahunya pekerjaan saya banyak gaji, kenapa harus ditinggalkan dan lainnya. Saya harus mencari biaya sendiri untuk usaha.

Sindiran seperti apa yang Anda terima?

Begini, keluarga tahunya gaji saya sebagai ahli konstruksi jalan dan jembatan itu besar. Gaji harimau. Ditunjang lagi ada gaji dosen. Begitu saya pilih untuk berhenti kerja, dan mulai usaha baru. Dengan penghasilan yang tidak jelas, dan harus mengeluarkan uang untuk modal pula. Keluargakan tidak tahu, bahwa saya sudah pening, harus keluar kota untuk kerja dan lainnya.

Jadi, kenapa Anda meninggalkan pekerjaan itu?

Saya meninggalkan pekerjaam sejak tahun 1997. Saat Srikandi sudah mulai berdiri. Banyak alasan saat itu, saya memilih berhenti. Pertama, karena pada saat itu terjadi krismon (krisis moneter) sehingga proyek yang berjalan sangat sedikit. Sehingga saya merasa sudah tidak ada perkembangan. Hal lainnya, saya sudah capek, mengingat kerja di kontruksi sudah saya lakonin sejak masih di bangku kuliah.

Kenapa Anda memilih usaha keterampilan wanita?

Begini, pada tahun 1980-an, istri saya mengikuti berbagai pelatihan keterampilan. Tetapi, berbulan-bulan hingga masa ditentukan, istri saya tidak lulus-lulus juga.

Saya bigung, kenapa sulit sekali?. Akhirnya, saya sadari, masalahnya ada dicara pendidikan. Dimana, 10 persen praktek, dan 90 persen teori. Jelas ini akan membuat masyarakat yang belajar kesulitan. Karena itu, saya berpikiran untuk membuat sebuah lembaga pelatihan, dengan menerapkan sistem lebih banyak pelatihan. Dan Alhamdulillah, diterima sama murid pelatihan.

Kapan Anda belajar tentang manajemen perusahaan?

Saat saya bekerja di berbagai perusahaan konstruksi. Saya pelajari bagaimana cara untuk mengelola perusahaan. Lagian kan, tidak cepat saya langsung sukses mendirikan yayasan ini. Hampir 10 tahun saya memantau dan membangun usaha ini. Benar-benar mulai dari 0. Hingga menjadi seperti saat ini. Memiliki berbagai fasilitas, dan gedung sendiri.

Bagaimana Anda menghadapi perubahan bisnis yang Anda kelutin?

Awalnya agak canggung. Karena saat menjadi ahli konstruksi, saya berhadapan dengan kantor PU, menteri perdagangan, jasa bina marga, dan lainnya. Tetapi, melalui yayasan Srikandi, saya menghadapi yang bertolak belakang. Yang saya hadapi adalah UMKM, dan sejenisnya.

Apa harapan Anda kedepannya?
Tidak muluk-muluk. Saya berharap, usaha ini dapat dikembangkan anak semata wayang saya. Saya juga berharap, agar tidak ada lagi yang merasa kesulitan ekonomi karena pekerjaan. Karena, bila kita memiliki keterampilan, akan mudah bagi kita untuk berkembang.(*)

Kembangkan Bisnis ke Daerah

Suwito Sudarmo, pemilik dan pendiri Yayasan Srikandi Jalan Pintu Air IV Gang Keluarga No 16 Kuala Bekala Medan ini bercita-cita untuk mengurangi pengangguran. Salah satu yang dilakukan pria tamatan Teknik Sipil ini adalah dengan mendirikan yayasan pendidikan luar sekolah, keterampilan.
Dengan harapan, keterampilan yang dipelajari di yayasan ini dapat diterapkan di masyarakat. Hingga, jadinya bisa menghasilkan uang untuk dirinya sendiri dan keluarga. Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Yayasan Srikandi Medan ini merupakan kejuruan bidang Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan Kejuruan Menjahit Busana Wanita.

Harapan yang dipupuknya tersebut membuat dirinya terus membimbing mahasiswa hingga alumni untuk benar-benar mandiri. Disadarinya, berbagai alat keterampilan tersebut termasuk mahal. Karena itu, salah satu usaha yang dilakukannya adalah dengan mendirikan berbagai sentra produksi di daerah.

Saat ini, sudah ada sekitar 6 unit sentra produksi yang dikembangkan Yayasan Srikandi di daerah. Seperti di Lubukpakam, Langkat, Binjai, dan lain-lainnya. Di sentra ini, yayasan memberikan pinjaman beberapa peralatan untuk usaha. Seperti mesin bordir, mesin payet, dan lainnya untuk mengembangkan usaha para alumni tersebut. Bukan hanya itu, sentra usaha tersebut dijadikan mitra yayasan.

Setelah memberikan bantuan pinjaman berupa peralatan mesin tersebut, yayasan juga membantu memasarkan hasil keterampilan tersebut.
“Pemberdayaan ini akan terus kita lakukan untuk meningkatkan kesejahteraan alumni. Sepanjang alumni masih membutuhkan apa yang dimiliki Yayasan Srikandi dapat diberikan sepanjang mengikuti mengikuti aturan. Jika alumni mau maju dan mengembangkan bisnis yang saling menguntungkan, pasti akan tetap dibantu,” tuturnya.

Sentra yang dibuka inipun hasil kerjasama yayasan dengan para alumni. Sinergi yang diciptakan ynmembuat yayasan yang berdiri sejak tahun 1997 ini lebih mementingkan rasa kekeluarga dibandingkan bisnis. Tidak heran, saat ini sudah ratusan alumni yang berasal dari yayasan yang dulunya memiliki bangunan berupa ruko 1 gedung saja.

Niatan untuk meningkatkan kesejahteraan wanita inipun didukung oleh sang istri. Yang juga turut berperan serta dalam pembangunan pusat pelatihan ini. Walaupun pada awalnya, hal tersebut bukanlah hal yang mudah bagi pasangan suami isteri ini. Saat ini, selain memberikan pelatihan bagi para siswanya. Yayasan Srikandi juga sering memberikan berbagai pelatihan keterampilan kepada para wanita diberbagai daerah. Kadang, beberapa lembaga pemerintahan maupun swasta sering menggandeng yayasan ini untuk memberikan pelatihan.

Sebelum menjadi pengusaha, pria yang senang berpenampilan santai ini adalah seorang yang termasuk mapan. Pekerjaannya sebagai dosen dan tenaga ahli di perusahaan membuat dirinya mampu menghidupi keluarga kecilnya dengan maksimal. Tetapi, keinginanya untuk mencoba membuat dirinya banting stir dan meninggalkan pekerjaannya yang nyaman.(ram)

Suwito Sudarmo, Pemilik dan Pendiri Yayasan Srikandi

Sebelum menjadi pengusaha, pria yang akrab disapa pak Suwito ini tamatan dari salah satu universitas terkemuka di Medan Jurusan Teknik Sipil. Untuk menghidupi keluarga kecilnya, pria kelahiran Medan, 16 Maret 1957 ini bekerja sebagai dosen dan ahli konstruksi di berbagai perusahaan.

BERDUA: Suwito Sudarmo bersama istri  kantor Yayasan Srikandi.
BERDUA: Suwito Sudarmo bersama istri di kantor Yayasan Srikandi.

Walaupun sudah puluhan tahun menggajar pekerjaan tersebut pun ditinggalkannya, dan beralih menjadi seorang pengusaha. Bukan hal yang mudah baginya untuk mendirikan yayasan tersebut. Berbagai kendala dihadapinya. Apa saja kendala yang dihadapi ayah satu putri ini?. Berikut wawancaranya dengan wartawan Sumut Pos, Juli Ramadhani Rambe.

Kendala apa yang Anda hadapi saat membangun yayasan ini?

Banyak sekali kendala yang saya hadapi. Tetapi yang paling mendasar adalah keuangan. Untuk membangun sebuah usaha itu kan dibutuhkan dana yang tidak kecil. Kendala lain adalah cibiran keluarga. Yang mereka menganggap bahwa saya bodoh meninggalkan pekerjaan saya. Keluarga kan tahunya pekerjaan saya banyak gaji, kenapa harus ditinggalkan dan lainnya. Saya harus mencari biaya sendiri untuk usaha.

Sindiran seperti apa yang Anda terima?

Begini, keluarga tahunya gaji saya sebagai ahli konstruksi jalan dan jembatan itu besar. Gaji harimau. Ditunjang lagi ada gaji dosen. Begitu saya pilih untuk berhenti kerja, dan mulai usaha baru. Dengan penghasilan yang tidak jelas, dan harus mengeluarkan uang untuk modal pula. Keluargakan tidak tahu, bahwa saya sudah pening, harus keluar kota untuk kerja dan lainnya.

Jadi, kenapa Anda meninggalkan pekerjaan itu?

Saya meninggalkan pekerjaam sejak tahun 1997. Saat Srikandi sudah mulai berdiri. Banyak alasan saat itu, saya memilih berhenti. Pertama, karena pada saat itu terjadi krismon (krisis moneter) sehingga proyek yang berjalan sangat sedikit. Sehingga saya merasa sudah tidak ada perkembangan. Hal lainnya, saya sudah capek, mengingat kerja di kontruksi sudah saya lakonin sejak masih di bangku kuliah.

Kenapa Anda memilih usaha keterampilan wanita?

Begini, pada tahun 1980-an, istri saya mengikuti berbagai pelatihan keterampilan. Tetapi, berbulan-bulan hingga masa ditentukan, istri saya tidak lulus-lulus juga.

Saya bigung, kenapa sulit sekali?. Akhirnya, saya sadari, masalahnya ada dicara pendidikan. Dimana, 10 persen praktek, dan 90 persen teori. Jelas ini akan membuat masyarakat yang belajar kesulitan. Karena itu, saya berpikiran untuk membuat sebuah lembaga pelatihan, dengan menerapkan sistem lebih banyak pelatihan. Dan Alhamdulillah, diterima sama murid pelatihan.

Kapan Anda belajar tentang manajemen perusahaan?

Saat saya bekerja di berbagai perusahaan konstruksi. Saya pelajari bagaimana cara untuk mengelola perusahaan. Lagian kan, tidak cepat saya langsung sukses mendirikan yayasan ini. Hampir 10 tahun saya memantau dan membangun usaha ini. Benar-benar mulai dari 0. Hingga menjadi seperti saat ini. Memiliki berbagai fasilitas, dan gedung sendiri.

Bagaimana Anda menghadapi perubahan bisnis yang Anda kelutin?

Awalnya agak canggung. Karena saat menjadi ahli konstruksi, saya berhadapan dengan kantor PU, menteri perdagangan, jasa bina marga, dan lainnya. Tetapi, melalui yayasan Srikandi, saya menghadapi yang bertolak belakang. Yang saya hadapi adalah UMKM, dan sejenisnya.

Apa harapan Anda kedepannya?
Tidak muluk-muluk. Saya berharap, usaha ini dapat dikembangkan anak semata wayang saya. Saya juga berharap, agar tidak ada lagi yang merasa kesulitan ekonomi karena pekerjaan. Karena, bila kita memiliki keterampilan, akan mudah bagi kita untuk berkembang.(*)

Kembangkan Bisnis ke Daerah

Suwito Sudarmo, pemilik dan pendiri Yayasan Srikandi Jalan Pintu Air IV Gang Keluarga No 16 Kuala Bekala Medan ini bercita-cita untuk mengurangi pengangguran. Salah satu yang dilakukan pria tamatan Teknik Sipil ini adalah dengan mendirikan yayasan pendidikan luar sekolah, keterampilan.
Dengan harapan, keterampilan yang dipelajari di yayasan ini dapat diterapkan di masyarakat. Hingga, jadinya bisa menghasilkan uang untuk dirinya sendiri dan keluarga. Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Yayasan Srikandi Medan ini merupakan kejuruan bidang Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan Kejuruan Menjahit Busana Wanita.

Harapan yang dipupuknya tersebut membuat dirinya terus membimbing mahasiswa hingga alumni untuk benar-benar mandiri. Disadarinya, berbagai alat keterampilan tersebut termasuk mahal. Karena itu, salah satu usaha yang dilakukannya adalah dengan mendirikan berbagai sentra produksi di daerah.

Saat ini, sudah ada sekitar 6 unit sentra produksi yang dikembangkan Yayasan Srikandi di daerah. Seperti di Lubukpakam, Langkat, Binjai, dan lain-lainnya. Di sentra ini, yayasan memberikan pinjaman beberapa peralatan untuk usaha. Seperti mesin bordir, mesin payet, dan lainnya untuk mengembangkan usaha para alumni tersebut. Bukan hanya itu, sentra usaha tersebut dijadikan mitra yayasan.

Setelah memberikan bantuan pinjaman berupa peralatan mesin tersebut, yayasan juga membantu memasarkan hasil keterampilan tersebut.
“Pemberdayaan ini akan terus kita lakukan untuk meningkatkan kesejahteraan alumni. Sepanjang alumni masih membutuhkan apa yang dimiliki Yayasan Srikandi dapat diberikan sepanjang mengikuti mengikuti aturan. Jika alumni mau maju dan mengembangkan bisnis yang saling menguntungkan, pasti akan tetap dibantu,” tuturnya.

Sentra yang dibuka inipun hasil kerjasama yayasan dengan para alumni. Sinergi yang diciptakan ynmembuat yayasan yang berdiri sejak tahun 1997 ini lebih mementingkan rasa kekeluarga dibandingkan bisnis. Tidak heran, saat ini sudah ratusan alumni yang berasal dari yayasan yang dulunya memiliki bangunan berupa ruko 1 gedung saja.

Niatan untuk meningkatkan kesejahteraan wanita inipun didukung oleh sang istri. Yang juga turut berperan serta dalam pembangunan pusat pelatihan ini. Walaupun pada awalnya, hal tersebut bukanlah hal yang mudah bagi pasangan suami isteri ini. Saat ini, selain memberikan pelatihan bagi para siswanya. Yayasan Srikandi juga sering memberikan berbagai pelatihan keterampilan kepada para wanita diberbagai daerah. Kadang, beberapa lembaga pemerintahan maupun swasta sering menggandeng yayasan ini untuk memberikan pelatihan.

Sebelum menjadi pengusaha, pria yang senang berpenampilan santai ini adalah seorang yang termasuk mapan. Pekerjaannya sebagai dosen dan tenaga ahli di perusahaan membuat dirinya mampu menghidupi keluarga kecilnya dengan maksimal. Tetapi, keinginanya untuk mencoba membuat dirinya banting stir dan meninggalkan pekerjaannya yang nyaman.(ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/