25.6 C
Medan
Sunday, May 19, 2024

Ingin Semua Orang Nikmati Politik

H. Irsal Fikri S.Sos, Politisi Muda Kota Medan

Status politisi muda yang disandang Irsal Fikri menjadi modal awal menatap masa depan. Ingin menjadi orang besar. Anak politisi Senayan, Hazrul Azwar, ini bertekad membuktikan keberhasilannya bukan semata warisan orangtua. Berikut wawancaranya dengan wartawan Sumut Pos, Kamis (14/6) lalu:

Apakah menjadi seorang politisi memang sudah cita-cita sejak awal?

Bukan. Dulunya saya berkeinginan masuk Akpol. Mengapa saya banting stir? Seperti pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Kami tiga bersaudara, kakak dan adik saya menjadi PNS. Kayaknya, darah politik ayah turun ke saya.

Saya sempat ditawari jadi humas di perusahaan teman orangtua, tetapi saya tolak. Saya lebih bebas, jadi pengusaha.
Selesai kuliah saya ditanya orangtua, “Sal, tamat kuliah mau jadi apa?”. Saya jawab mau jadi pengusaha. Ibu saya menimpali, “Kamu yakin mau jadi pengusaha?”, dan saya iyakan.

Saya yakin karena untuk memutuskan menolak tawaran orangtua, saya terlebih dahulu Salat Tahajud

Kapan tepatnya mulai terjun ke dunia politik?

Sejak tahun 1999. Waktu itu diajak orangtua kampanye. Tahun 2001 kemudian saya masuk Fisipol USU. Makin bertambah lah keinginan saya terjun ke dunia politik menjadi jalan hidup saya di masa depan.

Ada anggapan, anak seorang politisi biasanya dapat fasilitas orangtuanya saat ikut terjun berpolitik. Tanggapan Anda?

Itu sah-sah saja. Seorang anak dokter yang juga menekuni dunia kedokteran wajar mendapat bantuan  dari rangtuanya. Mulai dari disekolahkan, disiapkan lokasi praktek dan lainnya. Demikian juga di politik.

Di politik, lihat saja Edhie Baskoro Yudhoyono, fasilitas apa saja yang diperolehnya dari orangtuanya? Pasti ada kan? Pastilah ada dukungan materil dan moril dari orangtuanya. Sah-sah saja.

Bagaimana kesiapan Anda?

Sekali terjun ke politik, saya harus siap lahir batin. Pertama, saya harus siap dengan kenyataan, waktu saya akan banyak tersita. Mungkin waktu 24 jam sehari tidak cukup. Terutama untuk bertemu banyak orang. Jadi, dengan segala macam risiko, kita harus siap. Kalau enggak mau terganggu karena harus bertemu banyak orang, ya jangan berpolitik.

Saya yakin, untuk menjadi orang besar di politik dibutuhkan tiga tangan. Pertama, tanda tangan, rekomendasi dari orang yang kapabel. Kedua, buah tangan, ini butuh biaya. Terjun ke politik itu butuh cost yang tidak sedikit. Ketiga, garis tangan. Ketiganya harus sejalan. Dua poin pertama sudah saya miliki.

Kalau biaya untuk berpolitik itu tinggi, apa persiapa Anda?

Ya, berpolitik itu mahal. Kita harus berani berinvestasi terlebih dahulu. Itulah sebabnya saya terjun ke dunia bisnis.

Bidang bisnis Anda?

Bisnis 66, enam bulan bekerja, enam bulan nganggur. Ha… ha … ha… (tertawa lepas). Saya punya CV Fikry Indo Mandiri, disingkat FIM. Saya sekaligus sebagai direktur utama. Bergerak di bidang kontraktor. Nama CV itu punya makna. Fikri itu nama saya, Indo bermakna Indonesia dan mandiri, yah, karena saya harus mandiri.

Bagaimana bisa berkonsentrasi di dunia politk dan usaha?

Awalnya sulit. Saat saya harus terjun berpolitik, pas ada rezeki di bisnis, saya ajak kawan-kawan yang punya keinginan untuk. Diperbantukan. Saya bahkan juga menjadi pengawas di Yayasan Pendidikan Khairul Imam. Sampai sekarang, baik-baik saja, saya bisa membagi waktu.

Sebenarnya, apa yang diharapkan dari dunia politik untuk masa depan?

Saya membayangkan, mengenal banyak orang dan bisa dapat informasi tentang apa saja. Kita juga tahu, pengaruh politik itu sangat besar dalam setiap sendi kehidupan. Perputaran ekonomi saja sangat dipengaruhi politik. Demikian besarnya pengaruh politik itu.

Target Anda?

Bagi saya, yang perlu ditekankan, niat menjadi legislatif itu bukan tujuan akhir politisi. Kalau itu yang terjadi, bisa stres. Saya pernah gagal menjadi anggota dewan tingkat satu dari pemilihan Siantar-Simalungun di Pemilu 2009. Saya jalani saja dengan usaha dan berdoa. Usaha tanpa doa itu namanya sombong. Doa tanpa usaha namanya pesong. Jadi politisi itu, yang penting berbuat untuk masyarakat. Berbuat apa saja, sesuai dengan kemampuan dan keahlian kita.

Kalau dulu duduk menang di legislatif, komisi apa yang Anda pilih?

Komisi yang membidangi Kesos (kesejahteraan sosial) sesuai basic saya.

Ada saran untuk para pemula yang ingin terjun ke dunia politik tetapi tidak kuat finansial?
Perluas jaringan. Idealnya jadi politisi itu memang punya uang. Tapi itu bisa disiasati kalau kita punya jaringan yang bagus. Sahabat akan selalu membantu, dalam bentuk apa pun. Itulah gunanya jaringan.

Sebagai orang muda, apa tanggapan Anda tentang sangat tingginya minat generasi muda menjadi PNS?

Saya lihat, banyak yang berlomba menjadi PNS itu karena mereka tidak mau ribet memikirkan kehidupan masa depan. Pertimbangannya mungkin, kalau menjadi PNS, mereka dapat Askes, tunjangan hari tua dan kemudahan lain.

Atau mungkin menjadi PNS sudah jadi cita-cita mereka. Tetapi banyak juga tamatan sarjana yang mencoba mengikuti seleksi CPNS karena tidak yakin dengan kemampuan mereka. Saya juga pernah ditawari orangtua untuk menjadi PNS. Saya tolak karena yakin dengan kemampuan saya di luar PNS. Prinsip hidup saya, jalani hidup dengan sebuah kyakinan. Kiatnya usaha dan doa.

Cita-cita yang ingin dan belum tercapai hingga saat ini?

Meneruskan apa yang sudah dilakukan orangtua. Saya juga ingin semua orang menikmati politik. Banyak orang yang malas bertemu politikus. Politik itu bukan sesuatu yang tabu tetapi mungkin karena dipertontonkan, membuat orang muak. Cita-cita lainnya, saya ingin tunjukkan dan buktikan, ke orang-orang, saya bisa besar bukan karena faktor dan dukungan orangtua semata. (rud/tms)

Bang Haji yang Suka Bola

Selain berpolitik dan menjadi pengusaha, Irsal Fikri SSos aktif di dunia pendidikan, dunia olahraga dan kegiatankemasyarakatan. Semasih muda, Fikri aktif di dunia balap, drag race. “Itu beberapa tahun lalu, sekadar menjalankan hobi,” ujarnya.

Kecintaannya pada dunia balap dilampiaskan dengan menjadi pengurus di Ikatan Motor Indonesia (IMI) Sumatera Utara pimpinan Muhammad Rajeckshah atau Ijek. “Di IMI saya di bidang Komisi Mobil,” sebutnya.

Sementara olahraga sepakbola sudah mendarah daging baginya. Selain dulu pernah aktif bermain, saat ini tetap bermain futsal bersama rekan-rekannya. Kalau sedang bermain, biasanya dia diminta rekan-rekannya bermain di posisi striker. Padahal, posisi kesenangannya, gelandang kanan. “Saya suka jadi gelandang karena sesuai dengan keyakinan saya. Seperti kehidupan, kita harus terus berlari, jadi gelandangjuga demikian,” ujarnya tersenyum.

Di lingkungan tempat tinggalnya, Fikri menjadi wakil ketua klub Bintang Johor. “Sekarang lagi ikut kompetisi Yon Armed di Delitua. Saya jadi manajer tim,” sebut saat wawancara mengenakan kostum kesebelasan Spanyol ini.

“Kalau di piala Eropa ini, saya suka Spanyol, tapi jagokan saya Jerman. Semoga Spanyol dan Jerman bertemu di final,” ujar pria yang akrab disapa Bang Haji ini, menanggapi pertanyaan soal pakaian yang ia kenakan.

Sebagai kader dengan flatform keagamaan, Fikri juga tak pernah melupakan bidang kerohanian. Selain aktif di dunia keagamaan, dia pernah aktif di organisasi kepemudaan di partainya.

Fikri pun punya pengalaman rohani mengesankan saat menunaikan rukun Islam ke lima. Saat berhaji pada tahun 2000 lalu, dia merasa sangat dekat dengan pencipta. “Waktu lontar jumroh, saya dilindungi Allah SWT. Saat mencium hazar aswad, saya bisa berada di depan meski sempat terdorong kesana kemari,” paparnya.

Pada musim Haji 2005, dompet dan seisinya pernah hilang saat masuk Masjidil Haram. “Bagi saya, itu pringatan. Kalau ada barang kita yang hilang, saya yakin kita sedang diingatkan Tuhan, ada sesuatu yang salah pada diri kita. Saya disadarkan, bukannya malah marah-marah,” katanya meyakinkan. (tms)

[table caption=”Tentang H. Irsal Fikri S.Sos”]

Kelahiran, “Medan, 08 April 1981″
Alamat ,”Jl Suka Amal No 8 Kelurahan Suka Maju, Kecamatan Medan Johor”
Partai Politik ,Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
Jabatan ,Sekretaris DPC PPP Kota Medan
Istri, Hj Dian Harryanti SE
Olahraga ,Sepak bola dan Futsal
[attr colspan=”2″]Riwayat Pendidikan
2006  ,  : FISIP USU Jurusan ilmu komunikasi
2001   ,  : SMU Al Azhar Medan
1997 ,   : SMP Eria Medan
1994    ,: SD Muhammadiyah 10 Medan
[attr colspan=”2″]Karier
2003-2006,    : Pengurus GPK PPP Kota Medan
2006-sekarang  ,  : Direktur utama CV Fikry Indo Mandiri (FIM)
2006-sekarang   , : Pengawas di Yayasan Pendidikan Khairul Imam
2007-sekarang ,   : Sekretaris PW AMK PPP Sumut
2008-sekarang    ,”: Pengurus IMI Sumut, Komisi Mobil”
2008-sekarang    ,: Pengurus KNPI Sumut
2009       , : Caleg PPP Dapil IX Siantar-Simalungun
2009-sekarang   , : Penasehat/Pembina RM HARMA  Mesjid Al Muslimin
2010-sekarang  ,  : Sekretaris DPC PPP Kota Medan
2012-sekarang ,   : Wakil Ketua FC Bintang Johor

[/table]

H. Irsal Fikri S.Sos, Politisi Muda Kota Medan

Status politisi muda yang disandang Irsal Fikri menjadi modal awal menatap masa depan. Ingin menjadi orang besar. Anak politisi Senayan, Hazrul Azwar, ini bertekad membuktikan keberhasilannya bukan semata warisan orangtua. Berikut wawancaranya dengan wartawan Sumut Pos, Kamis (14/6) lalu:

Apakah menjadi seorang politisi memang sudah cita-cita sejak awal?

Bukan. Dulunya saya berkeinginan masuk Akpol. Mengapa saya banting stir? Seperti pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Kami tiga bersaudara, kakak dan adik saya menjadi PNS. Kayaknya, darah politik ayah turun ke saya.

Saya sempat ditawari jadi humas di perusahaan teman orangtua, tetapi saya tolak. Saya lebih bebas, jadi pengusaha.
Selesai kuliah saya ditanya orangtua, “Sal, tamat kuliah mau jadi apa?”. Saya jawab mau jadi pengusaha. Ibu saya menimpali, “Kamu yakin mau jadi pengusaha?”, dan saya iyakan.

Saya yakin karena untuk memutuskan menolak tawaran orangtua, saya terlebih dahulu Salat Tahajud

Kapan tepatnya mulai terjun ke dunia politik?

Sejak tahun 1999. Waktu itu diajak orangtua kampanye. Tahun 2001 kemudian saya masuk Fisipol USU. Makin bertambah lah keinginan saya terjun ke dunia politik menjadi jalan hidup saya di masa depan.

Ada anggapan, anak seorang politisi biasanya dapat fasilitas orangtuanya saat ikut terjun berpolitik. Tanggapan Anda?

Itu sah-sah saja. Seorang anak dokter yang juga menekuni dunia kedokteran wajar mendapat bantuan  dari rangtuanya. Mulai dari disekolahkan, disiapkan lokasi praktek dan lainnya. Demikian juga di politik.

Di politik, lihat saja Edhie Baskoro Yudhoyono, fasilitas apa saja yang diperolehnya dari orangtuanya? Pasti ada kan? Pastilah ada dukungan materil dan moril dari orangtuanya. Sah-sah saja.

Bagaimana kesiapan Anda?

Sekali terjun ke politik, saya harus siap lahir batin. Pertama, saya harus siap dengan kenyataan, waktu saya akan banyak tersita. Mungkin waktu 24 jam sehari tidak cukup. Terutama untuk bertemu banyak orang. Jadi, dengan segala macam risiko, kita harus siap. Kalau enggak mau terganggu karena harus bertemu banyak orang, ya jangan berpolitik.

Saya yakin, untuk menjadi orang besar di politik dibutuhkan tiga tangan. Pertama, tanda tangan, rekomendasi dari orang yang kapabel. Kedua, buah tangan, ini butuh biaya. Terjun ke politik itu butuh cost yang tidak sedikit. Ketiga, garis tangan. Ketiganya harus sejalan. Dua poin pertama sudah saya miliki.

Kalau biaya untuk berpolitik itu tinggi, apa persiapa Anda?

Ya, berpolitik itu mahal. Kita harus berani berinvestasi terlebih dahulu. Itulah sebabnya saya terjun ke dunia bisnis.

Bidang bisnis Anda?

Bisnis 66, enam bulan bekerja, enam bulan nganggur. Ha… ha … ha… (tertawa lepas). Saya punya CV Fikry Indo Mandiri, disingkat FIM. Saya sekaligus sebagai direktur utama. Bergerak di bidang kontraktor. Nama CV itu punya makna. Fikri itu nama saya, Indo bermakna Indonesia dan mandiri, yah, karena saya harus mandiri.

Bagaimana bisa berkonsentrasi di dunia politk dan usaha?

Awalnya sulit. Saat saya harus terjun berpolitik, pas ada rezeki di bisnis, saya ajak kawan-kawan yang punya keinginan untuk. Diperbantukan. Saya bahkan juga menjadi pengawas di Yayasan Pendidikan Khairul Imam. Sampai sekarang, baik-baik saja, saya bisa membagi waktu.

Sebenarnya, apa yang diharapkan dari dunia politik untuk masa depan?

Saya membayangkan, mengenal banyak orang dan bisa dapat informasi tentang apa saja. Kita juga tahu, pengaruh politik itu sangat besar dalam setiap sendi kehidupan. Perputaran ekonomi saja sangat dipengaruhi politik. Demikian besarnya pengaruh politik itu.

Target Anda?

Bagi saya, yang perlu ditekankan, niat menjadi legislatif itu bukan tujuan akhir politisi. Kalau itu yang terjadi, bisa stres. Saya pernah gagal menjadi anggota dewan tingkat satu dari pemilihan Siantar-Simalungun di Pemilu 2009. Saya jalani saja dengan usaha dan berdoa. Usaha tanpa doa itu namanya sombong. Doa tanpa usaha namanya pesong. Jadi politisi itu, yang penting berbuat untuk masyarakat. Berbuat apa saja, sesuai dengan kemampuan dan keahlian kita.

Kalau dulu duduk menang di legislatif, komisi apa yang Anda pilih?

Komisi yang membidangi Kesos (kesejahteraan sosial) sesuai basic saya.

Ada saran untuk para pemula yang ingin terjun ke dunia politik tetapi tidak kuat finansial?
Perluas jaringan. Idealnya jadi politisi itu memang punya uang. Tapi itu bisa disiasati kalau kita punya jaringan yang bagus. Sahabat akan selalu membantu, dalam bentuk apa pun. Itulah gunanya jaringan.

Sebagai orang muda, apa tanggapan Anda tentang sangat tingginya minat generasi muda menjadi PNS?

Saya lihat, banyak yang berlomba menjadi PNS itu karena mereka tidak mau ribet memikirkan kehidupan masa depan. Pertimbangannya mungkin, kalau menjadi PNS, mereka dapat Askes, tunjangan hari tua dan kemudahan lain.

Atau mungkin menjadi PNS sudah jadi cita-cita mereka. Tetapi banyak juga tamatan sarjana yang mencoba mengikuti seleksi CPNS karena tidak yakin dengan kemampuan mereka. Saya juga pernah ditawari orangtua untuk menjadi PNS. Saya tolak karena yakin dengan kemampuan saya di luar PNS. Prinsip hidup saya, jalani hidup dengan sebuah kyakinan. Kiatnya usaha dan doa.

Cita-cita yang ingin dan belum tercapai hingga saat ini?

Meneruskan apa yang sudah dilakukan orangtua. Saya juga ingin semua orang menikmati politik. Banyak orang yang malas bertemu politikus. Politik itu bukan sesuatu yang tabu tetapi mungkin karena dipertontonkan, membuat orang muak. Cita-cita lainnya, saya ingin tunjukkan dan buktikan, ke orang-orang, saya bisa besar bukan karena faktor dan dukungan orangtua semata. (rud/tms)

Bang Haji yang Suka Bola

Selain berpolitik dan menjadi pengusaha, Irsal Fikri SSos aktif di dunia pendidikan, dunia olahraga dan kegiatankemasyarakatan. Semasih muda, Fikri aktif di dunia balap, drag race. “Itu beberapa tahun lalu, sekadar menjalankan hobi,” ujarnya.

Kecintaannya pada dunia balap dilampiaskan dengan menjadi pengurus di Ikatan Motor Indonesia (IMI) Sumatera Utara pimpinan Muhammad Rajeckshah atau Ijek. “Di IMI saya di bidang Komisi Mobil,” sebutnya.

Sementara olahraga sepakbola sudah mendarah daging baginya. Selain dulu pernah aktif bermain, saat ini tetap bermain futsal bersama rekan-rekannya. Kalau sedang bermain, biasanya dia diminta rekan-rekannya bermain di posisi striker. Padahal, posisi kesenangannya, gelandang kanan. “Saya suka jadi gelandang karena sesuai dengan keyakinan saya. Seperti kehidupan, kita harus terus berlari, jadi gelandangjuga demikian,” ujarnya tersenyum.

Di lingkungan tempat tinggalnya, Fikri menjadi wakil ketua klub Bintang Johor. “Sekarang lagi ikut kompetisi Yon Armed di Delitua. Saya jadi manajer tim,” sebut saat wawancara mengenakan kostum kesebelasan Spanyol ini.

“Kalau di piala Eropa ini, saya suka Spanyol, tapi jagokan saya Jerman. Semoga Spanyol dan Jerman bertemu di final,” ujar pria yang akrab disapa Bang Haji ini, menanggapi pertanyaan soal pakaian yang ia kenakan.

Sebagai kader dengan flatform keagamaan, Fikri juga tak pernah melupakan bidang kerohanian. Selain aktif di dunia keagamaan, dia pernah aktif di organisasi kepemudaan di partainya.

Fikri pun punya pengalaman rohani mengesankan saat menunaikan rukun Islam ke lima. Saat berhaji pada tahun 2000 lalu, dia merasa sangat dekat dengan pencipta. “Waktu lontar jumroh, saya dilindungi Allah SWT. Saat mencium hazar aswad, saya bisa berada di depan meski sempat terdorong kesana kemari,” paparnya.

Pada musim Haji 2005, dompet dan seisinya pernah hilang saat masuk Masjidil Haram. “Bagi saya, itu pringatan. Kalau ada barang kita yang hilang, saya yakin kita sedang diingatkan Tuhan, ada sesuatu yang salah pada diri kita. Saya disadarkan, bukannya malah marah-marah,” katanya meyakinkan. (tms)

[table caption=”Tentang H. Irsal Fikri S.Sos”]

Kelahiran, “Medan, 08 April 1981″
Alamat ,”Jl Suka Amal No 8 Kelurahan Suka Maju, Kecamatan Medan Johor”
Partai Politik ,Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
Jabatan ,Sekretaris DPC PPP Kota Medan
Istri, Hj Dian Harryanti SE
Olahraga ,Sepak bola dan Futsal
[attr colspan=”2″]Riwayat Pendidikan
2006  ,  : FISIP USU Jurusan ilmu komunikasi
2001   ,  : SMU Al Azhar Medan
1997 ,   : SMP Eria Medan
1994    ,: SD Muhammadiyah 10 Medan
[attr colspan=”2″]Karier
2003-2006,    : Pengurus GPK PPP Kota Medan
2006-sekarang  ,  : Direktur utama CV Fikry Indo Mandiri (FIM)
2006-sekarang   , : Pengawas di Yayasan Pendidikan Khairul Imam
2007-sekarang ,   : Sekretaris PW AMK PPP Sumut
2008-sekarang    ,”: Pengurus IMI Sumut, Komisi Mobil”
2008-sekarang    ,: Pengurus KNPI Sumut
2009       , : Caleg PPP Dapil IX Siantar-Simalungun
2009-sekarang   , : Penasehat/Pembina RM HARMA  Mesjid Al Muslimin
2010-sekarang  ,  : Sekretaris DPC PPP Kota Medan
2012-sekarang ,   : Wakil Ketua FC Bintang Johor

[/table]

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/