28.9 C
Medan
Sunday, June 23, 2024

Tak Pernah Beli Gas Eceran

Hasim bukanlah satu-satunya peternak sapi di Kabupaten Langkat. Tapi, dia adalah salah satu peternak sapi yang sukses mengembangkan kotoran ternak menjadi biogas atau gas metan yang dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari.

DIALOG: Hasim bersama staf  Kementrian Pertanian  sebuah kegiatan dialog interaktif  Bogor, Jawa Barat. //affandi/sumut pos
DIALOG: Hasim bersama staf Kementrian Pertanian dalam sebuah kegiatan dialog interaktif di Bogor, Jawa Barat. //affandi/sumut pos

Bagaimana Hasim menemukan ide cemerlang itu, berikut petikan wawancara Hasim bersama wartawan Sumut Pos M Affandi, kemarin (21/6).

Sejak kapan Bapak mengoprasikan biogas ini?

Sejak 2009 lalu. Mulai saat itu, saya sudah tidak lagi membeli gas eceran untuk memasak dan menerangi satu unit lampu patromak di rumah. Lumayanlah buat mengurangi pengeluaran belanja rumah tangga.

Inspirasinya dari mana Pak?

Begini, waktu itu ada mahasiswa USU mengadakan praktik kerja lapangan (PKL) di tempat ternak saya. Setelah beberapa hari melakukan PKL, saya kenal dan akrab dengan salah seorang dari mereka. Suatu waktu saya mengikuti bimbingan soal peternakan di kampusUSU dan bertemu dengan mahasiswa tadi. Kemudian dia membawa saya di bagian peternakan dan menunjukkan kepada saya pengelolaan kotoran sapi di sana. Lantas munculah ide saya untuk membuat pengelolaan kotoran sapi di rumah saya.

Pakai biaya sendiri membangun tempat pengelolaan kotoran sapi itu?

Wah, mana ada uang saya membangunnya. Setelah mendapatkan ide itu, saya mencoba menggandeng tetangga-tetangga saya yang mempunyai ternak sapi, tapi mereka kurang tertarik sehingga usaha pertama saya untuk mencari partner gagal. Tapi saya tidak kehabisan akal.Untuk memenuhi ambisi itu, kemudian saya membuat proposal bantuan kepada Pemerintah Kabupaten Langkat melalui Dinas Peternakan. Alhamdulillah, saya berhasil dan terbangunlah tabung biogas dari kotoran sapi tersebut.

Setelah berhasil memanfaatkan kotoran sapi, apa yang kemudian Bapak rasakan?

Banyak hal yang saya dapatkan. Pertama sekali tentunya membantu meringankan beban belanja rumah tangga saya. Kemudian saya bisa memanfaatkan kompos dari sisa kotoran sapi untuk dijadikan pupuk dan semenjak biogas ini berhasil dioprasikan, banyak mahasiswa yang datang untuk mengetahui proses pengelolaan kotoran sapi menjadigas metan ini. Jadi pusat studi mahasiswa rumah saya, mulai dari mahasiswa Nias, Labusel, Tapsel dan bahkan mahasiswa Aceh juga belajar kemari.

Inikan masih berskala rumah tangga, apa tidak ada rencana buat skala besar?

Bukan tidak ada, tapi biaya pembutannya cukup besar. Selain biaya pembuatan tempat pengolahan kotoran, kita juga harus memiliki sapi yang banyak. Seperti saya saja, biaya pembangunannya menghabiskan Rp16 juta dengan tiga ekor sapi. Memang, bila kita mempunyai 100 ekor sapi, kotorannya bisa dimanfaatkan untuk menerangi 10 rumah, tapi dari mana saya dapat modalnya?

Jadi ke depannya bagaimana?

Sekarang ini saya hanya berupaya untuk tetap menjaga dan merawat tabung biogas itu sebaik mungkin.Apalagi saat ini kondisinya sudah mulai rusak, sehingga butuh perbaikan. Bisa tetap bertahan dan terus dimanfaatkan saja, saya sangat bersyukur, apalagi bisa membuatnya lebih besar.

Jadi harapan Bapak?

Ya, dengan adanya penemuan pengolahan kotoran ternak menjadi biogas ini, saya berharap pemerintah lebih memperhatikan para peternak khususnya di Kabupaten Langkat, agar bisa mengembangkan program penghematan energi ini. Terlebih saat ini, banyak peternak di Kabupaten Langkat belum mampu mengelola kotoran sapi mereka, padahal jumlah ternak yang dipelihara cukup banyak. Inilah harapan saya, pemerintah bisa memfasilitasi pemanfaatan kotoran sapi menjadi sumber energi.

Selain itu, apa lagi keinginan Bapak dalam pengembangan biogas ini?

Terus terang saya katakan, sejak beroprasinya biogas di tempat saya ini, sejumlah pameran baik di Sumut, Pulau Jawa dan Sulawesi sudah saya datangi. Tujuan saya hanya satu, mencari tahu cara menyuntikkan biogas ke dalam tabung. Sampai sekarang, tidak ada satupun peserta pameran atau ahli yang menunjukkan atau memberitahukan tentang pemindahan gas kotoran sapi itu ke dalam tabung. Saya masih heran, apa memang tidak bisa dimasukkan ke tabung atau memang belum ada ahli yang mebahas soal itu? Selama ini, setiap kali ada pameran atau ada permintaan, saya selalu memasukkan gas kotoran sapi itu ke dalam plastik tebal. Makanya saya ingin cari tahu cara memasukkan biogas itu ke dalam tabung. Itulah ilmu yang ingin saya cari. (*)

[table caption=”Daftar Riwayat Hidup” delimiter=”:”]

Nama    :     Hasim
Kelahiran    :     Lampung, 22 Juli 1956
Alamat    :     Jalan Utama Dusun V  Desa Suka Jadi, Kecamatan Hinai, Langkat
Pendidikan    :    Sekolah Menengah  Pertama (SMP)
Istri     :     Wagini
Anak     :     Siti Hariati
:Tuti Komalasari
: Tri Susilowati
: Siti Fatmawati[/table]

Prestasi:

  1. Penerima penghargaan pengelolaan  lingkungan hidup Tahun 2008 dari  Bupati Langkat Syamsul Arifin
  2. Petani berprestasi Tahun 2007 dari Menteri Pertanian Dr. Ir. Anton Apriyantono

Hasim bukanlah satu-satunya peternak sapi di Kabupaten Langkat. Tapi, dia adalah salah satu peternak sapi yang sukses mengembangkan kotoran ternak menjadi biogas atau gas metan yang dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari.

DIALOG: Hasim bersama staf  Kementrian Pertanian  sebuah kegiatan dialog interaktif  Bogor, Jawa Barat. //affandi/sumut pos
DIALOG: Hasim bersama staf Kementrian Pertanian dalam sebuah kegiatan dialog interaktif di Bogor, Jawa Barat. //affandi/sumut pos

Bagaimana Hasim menemukan ide cemerlang itu, berikut petikan wawancara Hasim bersama wartawan Sumut Pos M Affandi, kemarin (21/6).

Sejak kapan Bapak mengoprasikan biogas ini?

Sejak 2009 lalu. Mulai saat itu, saya sudah tidak lagi membeli gas eceran untuk memasak dan menerangi satu unit lampu patromak di rumah. Lumayanlah buat mengurangi pengeluaran belanja rumah tangga.

Inspirasinya dari mana Pak?

Begini, waktu itu ada mahasiswa USU mengadakan praktik kerja lapangan (PKL) di tempat ternak saya. Setelah beberapa hari melakukan PKL, saya kenal dan akrab dengan salah seorang dari mereka. Suatu waktu saya mengikuti bimbingan soal peternakan di kampusUSU dan bertemu dengan mahasiswa tadi. Kemudian dia membawa saya di bagian peternakan dan menunjukkan kepada saya pengelolaan kotoran sapi di sana. Lantas munculah ide saya untuk membuat pengelolaan kotoran sapi di rumah saya.

Pakai biaya sendiri membangun tempat pengelolaan kotoran sapi itu?

Wah, mana ada uang saya membangunnya. Setelah mendapatkan ide itu, saya mencoba menggandeng tetangga-tetangga saya yang mempunyai ternak sapi, tapi mereka kurang tertarik sehingga usaha pertama saya untuk mencari partner gagal. Tapi saya tidak kehabisan akal.Untuk memenuhi ambisi itu, kemudian saya membuat proposal bantuan kepada Pemerintah Kabupaten Langkat melalui Dinas Peternakan. Alhamdulillah, saya berhasil dan terbangunlah tabung biogas dari kotoran sapi tersebut.

Setelah berhasil memanfaatkan kotoran sapi, apa yang kemudian Bapak rasakan?

Banyak hal yang saya dapatkan. Pertama sekali tentunya membantu meringankan beban belanja rumah tangga saya. Kemudian saya bisa memanfaatkan kompos dari sisa kotoran sapi untuk dijadikan pupuk dan semenjak biogas ini berhasil dioprasikan, banyak mahasiswa yang datang untuk mengetahui proses pengelolaan kotoran sapi menjadigas metan ini. Jadi pusat studi mahasiswa rumah saya, mulai dari mahasiswa Nias, Labusel, Tapsel dan bahkan mahasiswa Aceh juga belajar kemari.

Inikan masih berskala rumah tangga, apa tidak ada rencana buat skala besar?

Bukan tidak ada, tapi biaya pembutannya cukup besar. Selain biaya pembuatan tempat pengolahan kotoran, kita juga harus memiliki sapi yang banyak. Seperti saya saja, biaya pembangunannya menghabiskan Rp16 juta dengan tiga ekor sapi. Memang, bila kita mempunyai 100 ekor sapi, kotorannya bisa dimanfaatkan untuk menerangi 10 rumah, tapi dari mana saya dapat modalnya?

Jadi ke depannya bagaimana?

Sekarang ini saya hanya berupaya untuk tetap menjaga dan merawat tabung biogas itu sebaik mungkin.Apalagi saat ini kondisinya sudah mulai rusak, sehingga butuh perbaikan. Bisa tetap bertahan dan terus dimanfaatkan saja, saya sangat bersyukur, apalagi bisa membuatnya lebih besar.

Jadi harapan Bapak?

Ya, dengan adanya penemuan pengolahan kotoran ternak menjadi biogas ini, saya berharap pemerintah lebih memperhatikan para peternak khususnya di Kabupaten Langkat, agar bisa mengembangkan program penghematan energi ini. Terlebih saat ini, banyak peternak di Kabupaten Langkat belum mampu mengelola kotoran sapi mereka, padahal jumlah ternak yang dipelihara cukup banyak. Inilah harapan saya, pemerintah bisa memfasilitasi pemanfaatan kotoran sapi menjadi sumber energi.

Selain itu, apa lagi keinginan Bapak dalam pengembangan biogas ini?

Terus terang saya katakan, sejak beroprasinya biogas di tempat saya ini, sejumlah pameran baik di Sumut, Pulau Jawa dan Sulawesi sudah saya datangi. Tujuan saya hanya satu, mencari tahu cara menyuntikkan biogas ke dalam tabung. Sampai sekarang, tidak ada satupun peserta pameran atau ahli yang menunjukkan atau memberitahukan tentang pemindahan gas kotoran sapi itu ke dalam tabung. Saya masih heran, apa memang tidak bisa dimasukkan ke tabung atau memang belum ada ahli yang mebahas soal itu? Selama ini, setiap kali ada pameran atau ada permintaan, saya selalu memasukkan gas kotoran sapi itu ke dalam plastik tebal. Makanya saya ingin cari tahu cara memasukkan biogas itu ke dalam tabung. Itulah ilmu yang ingin saya cari. (*)

[table caption=”Daftar Riwayat Hidup” delimiter=”:”]

Nama    :     Hasim
Kelahiran    :     Lampung, 22 Juli 1956
Alamat    :     Jalan Utama Dusun V  Desa Suka Jadi, Kecamatan Hinai, Langkat
Pendidikan    :    Sekolah Menengah  Pertama (SMP)
Istri     :     Wagini
Anak     :     Siti Hariati
:Tuti Komalasari
: Tri Susilowati
: Siti Fatmawati[/table]

Prestasi:

  1. Penerima penghargaan pengelolaan  lingkungan hidup Tahun 2008 dari  Bupati Langkat Syamsul Arifin
  2. Petani berprestasi Tahun 2007 dari Menteri Pertanian Dr. Ir. Anton Apriyantono

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/