25.6 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Sistem Profesor untuk Sekolah Baru

Segerombol siswa lagi memperhatikan temannya memandikan sapi. Seorang guru memberi contoh sesuai dengan ilmu memandikan sapi. Dulu pun saya biasa membantu memandikan kerbau. Tapi menungganginya dulu sepanjang jalan menuju sungai. Sambil meniup seruling.

Bastian adalah orang pertama yang mendirikan charter school berbasis pertanian dan peternakan. Relevan dengan situasi lingkungan sekolah. Siswa ternyata suka pelajaran di luar kelas. Ada unsur kegiatan fisik dan luar ruang.

Charter school memang dimaksudkan sebagai koreksi. Terutama terhadap rendahnya mutu sekolah negeri. Pelopornya seorang profesor dari Massachusett. Namanya Ray Budde. Ketua persatuan guru AS. Profesor itu pula yang mengajukan reformasi pendidikan di tahun 1974. Sekolah negeri dia anggap terlalu kaku. Karena bukan berdasar inisiatip masyarakat. Tapi baru tahun 1974 ada satu negara bagian, Minnesota, yang menerima ide charter school Prof Budde.

Sejak itu charter school menggelinding dengan kecepatan star wars. Kini sudah 43 negara bagian yang menerapkan. Jumlah charter school sudah mencapai 5.000 sekolah. Terbukti pula kualitas pendidikannya lebih baik.

Tidak sembarang guru bisa mengajar di charter school. Harus yang bersertifikat. Yang benar-benar terpanggil jiwa keguruannya. Bastian punya 8 guru untuk Roots High School. Tiap guru gajinya US 54.000 dolar pertahun. Sekitar Rp 700 juta.

Keunggulan charter school adalah ini: tidak ada keseragaman. Ada yang mengutamakan matematika. Ada yang berbasis teknologi. Rekayasa mesin. Olahraga. Bebas. Tergantung bunyi charter yang dibuat.

Bastian puas dengan perjuangannya. Dia bekerja mulai jam 6 pagi sampai jam 6 sore. Mengajar dan menyiapkan keperluan sekolah. Dengan semangat.

Ketika saya memperhatikan anjing besar yang keluar masuk kelas, Bastian berhenti. “Ini anjing sekolah,” katanya. “Kalau ada siswa/siswi yang lagi suntuk saya minta keluar untuk main-main dengan anjing ini.” Emosi siswa bisa reda.

Sebenarnya Bastian ingin bisa punya siswa sampai 300 orang. Tidak hanya 150 seperti sekarang. Tapi dia belum bisa cari sumbangan lebih banyak.

“Sulit cari sumbangan. Orang Amerika itu kaya tapi jiwanya rakus,” katanya. Bastian terpanggil mengurusi anak orang miskin sejak umur 19 tahun. Ketika ia jadi misionaris gereja Mormon di Honduras. Begitu miskin negara itu. Dia sudah mendirikan sekolah di sana. Tiap tahun Bastian mengajak 6 orang anaknya liburan ke Honduras. Agar tahu bagaimana bisa membantu orang miskin.

Bahwa Bastian Mormon memang begitulah umumnya orang Utah. Pihak-pihak yang rapat dengan saya di Utah semua aktivis Mormon. Misalnya yang ahli teknokogi thorium itu. Atau yang ahli ekonomi itu. Di sela-sela rapat saya menemui Tylor Bastian. Eh, Mormon juga.

Mayoritas penduduk Utah memang penganut Mormon: aliran Kristen yang membolehkan istri lebih dari satu, melarang makan babi dan mengharamkan minuman keras.

Tentu saya juga mengunjungi Temple Square di Salt Lake City. Pusat gereja Mormon dunia. Yang umatnya kini sudah mencapai 15 juta. Antara lain karena Mormon melarang umatnya ikut KB.

Kembali ke lamanya perjuangan Prof Budde melahirkan charter school tadi, saya jadi merenung: di AS sekalipun memperjuangkan pembaharuan memakan waktu. Untung prof Budde tidak gampang menyerah.(*)

Segerombol siswa lagi memperhatikan temannya memandikan sapi. Seorang guru memberi contoh sesuai dengan ilmu memandikan sapi. Dulu pun saya biasa membantu memandikan kerbau. Tapi menungganginya dulu sepanjang jalan menuju sungai. Sambil meniup seruling.

Bastian adalah orang pertama yang mendirikan charter school berbasis pertanian dan peternakan. Relevan dengan situasi lingkungan sekolah. Siswa ternyata suka pelajaran di luar kelas. Ada unsur kegiatan fisik dan luar ruang.

Charter school memang dimaksudkan sebagai koreksi. Terutama terhadap rendahnya mutu sekolah negeri. Pelopornya seorang profesor dari Massachusett. Namanya Ray Budde. Ketua persatuan guru AS. Profesor itu pula yang mengajukan reformasi pendidikan di tahun 1974. Sekolah negeri dia anggap terlalu kaku. Karena bukan berdasar inisiatip masyarakat. Tapi baru tahun 1974 ada satu negara bagian, Minnesota, yang menerima ide charter school Prof Budde.

Sejak itu charter school menggelinding dengan kecepatan star wars. Kini sudah 43 negara bagian yang menerapkan. Jumlah charter school sudah mencapai 5.000 sekolah. Terbukti pula kualitas pendidikannya lebih baik.

Tidak sembarang guru bisa mengajar di charter school. Harus yang bersertifikat. Yang benar-benar terpanggil jiwa keguruannya. Bastian punya 8 guru untuk Roots High School. Tiap guru gajinya US 54.000 dolar pertahun. Sekitar Rp 700 juta.

Keunggulan charter school adalah ini: tidak ada keseragaman. Ada yang mengutamakan matematika. Ada yang berbasis teknologi. Rekayasa mesin. Olahraga. Bebas. Tergantung bunyi charter yang dibuat.

Bastian puas dengan perjuangannya. Dia bekerja mulai jam 6 pagi sampai jam 6 sore. Mengajar dan menyiapkan keperluan sekolah. Dengan semangat.

Ketika saya memperhatikan anjing besar yang keluar masuk kelas, Bastian berhenti. “Ini anjing sekolah,” katanya. “Kalau ada siswa/siswi yang lagi suntuk saya minta keluar untuk main-main dengan anjing ini.” Emosi siswa bisa reda.

Sebenarnya Bastian ingin bisa punya siswa sampai 300 orang. Tidak hanya 150 seperti sekarang. Tapi dia belum bisa cari sumbangan lebih banyak.

“Sulit cari sumbangan. Orang Amerika itu kaya tapi jiwanya rakus,” katanya. Bastian terpanggil mengurusi anak orang miskin sejak umur 19 tahun. Ketika ia jadi misionaris gereja Mormon di Honduras. Begitu miskin negara itu. Dia sudah mendirikan sekolah di sana. Tiap tahun Bastian mengajak 6 orang anaknya liburan ke Honduras. Agar tahu bagaimana bisa membantu orang miskin.

Bahwa Bastian Mormon memang begitulah umumnya orang Utah. Pihak-pihak yang rapat dengan saya di Utah semua aktivis Mormon. Misalnya yang ahli teknokogi thorium itu. Atau yang ahli ekonomi itu. Di sela-sela rapat saya menemui Tylor Bastian. Eh, Mormon juga.

Mayoritas penduduk Utah memang penganut Mormon: aliran Kristen yang membolehkan istri lebih dari satu, melarang makan babi dan mengharamkan minuman keras.

Tentu saya juga mengunjungi Temple Square di Salt Lake City. Pusat gereja Mormon dunia. Yang umatnya kini sudah mencapai 15 juta. Antara lain karena Mormon melarang umatnya ikut KB.

Kembali ke lamanya perjuangan Prof Budde melahirkan charter school tadi, saya jadi merenung: di AS sekalipun memperjuangkan pembaharuan memakan waktu. Untung prof Budde tidak gampang menyerah.(*)

Artikel Terkait

Debat

Kisah Ikan Eka

Guo Nian

Sarah’s Bag Itu

Freeport

Terpopuler

Artikel Terbaru

/