Ny Abe, ibu muda ini, adalah aktivis yang mengurus pengungsian penduduk sekitarnya. Juga seorang pengusaha gigih.
Menurut Abe masih belum ada yang berani menangkap salmon itu lagi. Takut tidak laku dijual. Tidak berani memakannya.
Belum ada juga yang berani cocok tanam. Kecuali satu dua petani. Petani tua. Yang nekat. Mereka merasa itulah pekerjaannya turun-temurun.
Meski sudah lima tahun tidak berpenghuni kampung-kampung itu tidak terasa berantakan. Rumah-rumah masih terlihat bagus. Mungkin karena kualitasnya bagus. Khas rumah Jepang.
Saya minta berhenti di beberapa tempat. Ingin melihat kegiatan pembersihan radiasi itu. Saya juga turun dari mobil. Di titik terdekat dari PLTN. Agak lama saya menatap pembangkit itu. Sambil berkhayal: seandainya genset cadangan dulu ditempatkan di atas bukit…
Sebenarnya sepanjang pantai timur Fukushima ini kondisinya juga berbukit. Ada lembah di setiap sela bukit-bukit itu. Kampung-kampung yang disapu tsunami adalah kampung-kampung yang berada di ngarai di sela-sela bukit. Sapuan tsunami kian dahsyat karena gelombang yang terhalang gunung menambah gelontoran ke ngarainya.
PLTN itu di bangun di bagian salah satu ngarainya. Bukan di bukitnya. Satu ngarai untuk PLTN ini tidak ada kampungnya. Hanya khusus untuk PLTN. Kampung terdekat adalah 2 km dari situ. Dipisahkan oleh bukit-bukitnya.
Tsunami sebenarnya terbukti tidak mampu merusak reaktor nuklirnya. Yang dibangun dengan kekuatan khusus. Bahkan PLTN yang dibangun belakangan tahan terhadap bom. Seandainya pesawat sebesar Boeing 747 menabraknya sekalipun tidak akan rusak.
Yang terjadi di Fukushima adalah ini: jaringan listrik “PLN” yang menuju ke situ terputus diterjang tsunami. Akibatnya: sistem pendingin reaktornya tidak bekerja. Memanas. Terus memanas. Hari kedua tidak terkendali. Reaktor meleleh. Radiasi pun bocor ke luar.
Apakah tidak ada genset cadangan?
Ada. Genset cadangan inilah yang terkena tsunami.
Seandainya genset cadangan itu diletakkan di bagian bukitnya. Dan kabel menuju reaktor ditanam dalam. Mungkin bisa lain ceritanya. Wallahualam.