30 C
Medan
Monday, May 6, 2024

Pendongeng Michio Kaku dari Ciheras

Oleh: Dahlan Iskan

Saya ingin ke Ciheras lagi. Kangen Ricky Elson. Yang kini punya gelar baru: angoneering.  Kemampuan engeneeringnya telah dia plesetkan menjadi angoneering. Ricky kini sangat ahli angon. Memelihara kambing.

Anak muda yang pernah 14 tahun di Jepang itu menetap di satu desa pinggir laut selatan. Di pelosok Tasikmalaya. Di situ ia bikin pondok pesantren teknologi.

Mengapa pantas disebut pondok pesantren?  Di situ Ricky tidak hanya mendidik teknologi. Tapi juga membentuk karakter. Dan mengajarkan filsafat hidup.

Kepada santri-santrinya Ricky sangat longgar. Boleh ke cafe. Boleh begadang. Mereka anak muda. Mahasiswa tehnik. Semester tujuh. Ada juga yang sudah S1. Atau mahasiswa S2. Hanya saja jam 8 pagi mereka wajib kumpul. Demikian juga jam 8 malam. Duduk lesehan. Melingkar. Di atas tikar. Di atas lantai kayu. Di pondoknya yang amat sederhana. Di dekat kolam lele. Tidak jauh dari kandang kambing.

Pada jam 8 pagi itu mereka harus bercerita ke forum. Satu persatu. Apa saja yang akan dilakukan hari itu. Tidak ada tugas dari Ricky. Tidak ada arahan. Mereka membuat rencana sesuka mereka.

Rencana tidur pun boleh. Ngelayap boleh. Asal diceritakan. Dicatat.

Kenyataannya tidak ada yang merencanakan tidur sehari penuh. Bahkan kecenderungannya: merencanakan yang muluk-muluk. Yang ambisius.

Tidak apa-apa asal dicatat.

Jam 8 malam mereka berkumpul lagi. Masing-masing menceritakan apa yang sudah dikerjakan. Hari itu. Boleh sesuai rencana. Boleh juga tidak. Asal semua ditatat. Dan dilaporkan.

Saat mendengar proses itu saya langsung ingat: itulah prinsip dasar seorang engeneer. Mencatat apa yang dilakukan dan melakukan apa yang dicatat. Di situ Ricky meletakkan dasar-dasar karakter seorang engeneer yang baik.

Pendidikan itu sebagai koreksi atas kelemahan mendasar bangsa kita: tidak mencatat apa yang dikerjakan. Bahkan lebih parah lagi: tidak mengerjakan apa yang dicatat.

Begitulah. Berhari-hari proses itu dilakukan. Dibiasakan. Biasanya mereka berada di Ciheras selama dua bulan. Atau maksimal tiga bulan. Sesuai dengan ijin yang diberikan kampus masing-masing.

Saat ini, saat tulisan ini dibuat tadi malam, ada 70 santri di Ciheras. Dari berbagai perguruan tinggi. Dari seluruh Indonesia. Jurusan teknik apa saja: elektro, mesin, sipil, arsitek, tambang…. asal bukan teknik sastra.

Teknik sastra?

Oleh: Dahlan Iskan

Saya ingin ke Ciheras lagi. Kangen Ricky Elson. Yang kini punya gelar baru: angoneering.  Kemampuan engeneeringnya telah dia plesetkan menjadi angoneering. Ricky kini sangat ahli angon. Memelihara kambing.

Anak muda yang pernah 14 tahun di Jepang itu menetap di satu desa pinggir laut selatan. Di pelosok Tasikmalaya. Di situ ia bikin pondok pesantren teknologi.

Mengapa pantas disebut pondok pesantren?  Di situ Ricky tidak hanya mendidik teknologi. Tapi juga membentuk karakter. Dan mengajarkan filsafat hidup.

Kepada santri-santrinya Ricky sangat longgar. Boleh ke cafe. Boleh begadang. Mereka anak muda. Mahasiswa tehnik. Semester tujuh. Ada juga yang sudah S1. Atau mahasiswa S2. Hanya saja jam 8 pagi mereka wajib kumpul. Demikian juga jam 8 malam. Duduk lesehan. Melingkar. Di atas tikar. Di atas lantai kayu. Di pondoknya yang amat sederhana. Di dekat kolam lele. Tidak jauh dari kandang kambing.

Pada jam 8 pagi itu mereka harus bercerita ke forum. Satu persatu. Apa saja yang akan dilakukan hari itu. Tidak ada tugas dari Ricky. Tidak ada arahan. Mereka membuat rencana sesuka mereka.

Rencana tidur pun boleh. Ngelayap boleh. Asal diceritakan. Dicatat.

Kenyataannya tidak ada yang merencanakan tidur sehari penuh. Bahkan kecenderungannya: merencanakan yang muluk-muluk. Yang ambisius.

Tidak apa-apa asal dicatat.

Jam 8 malam mereka berkumpul lagi. Masing-masing menceritakan apa yang sudah dikerjakan. Hari itu. Boleh sesuai rencana. Boleh juga tidak. Asal semua ditatat. Dan dilaporkan.

Saat mendengar proses itu saya langsung ingat: itulah prinsip dasar seorang engeneer. Mencatat apa yang dilakukan dan melakukan apa yang dicatat. Di situ Ricky meletakkan dasar-dasar karakter seorang engeneer yang baik.

Pendidikan itu sebagai koreksi atas kelemahan mendasar bangsa kita: tidak mencatat apa yang dikerjakan. Bahkan lebih parah lagi: tidak mengerjakan apa yang dicatat.

Begitulah. Berhari-hari proses itu dilakukan. Dibiasakan. Biasanya mereka berada di Ciheras selama dua bulan. Atau maksimal tiga bulan. Sesuai dengan ijin yang diberikan kampus masing-masing.

Saat ini, saat tulisan ini dibuat tadi malam, ada 70 santri di Ciheras. Dari berbagai perguruan tinggi. Dari seluruh Indonesia. Jurusan teknik apa saja: elektro, mesin, sipil, arsitek, tambang…. asal bukan teknik sastra.

Teknik sastra?

Artikel Terkait

Debat

Kisah Ikan Eka

Guo Nian

Sarah’s Bag Itu

Freeport

Terpopuler

Artikel Terbaru

/