29 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Penari Langit di Lokasi Steak Tujuh Ons

Itulah salah satu perkebunan kincir terbesar di dunia: 600 km2. Inilah wind power yang ingin saya lihat. Menghasilkan 670 MW listrik. Hampir sama dengan pasokan listrik di seluruh Kalimantan.

Itulah tujuan yang sebenarnya saya ke Amarillo. Melihat wind power yang dikerjakan dengan penuh antusias.

Steak daging Texas memang terbukti mengenyangkan. Sayangnya saya tidak berani memesan steak seperti di meja-meja orang Texas: ukuran 7 ons. Saya hanya berani memesan 2,5 ons rib. Lalu pesan lagi 2,5 ons yang tenderloin.

Kincir anginnya terbukti juga mengenyangkan. Memuaskan emosi spiritual saya.

Saya terus memandang ke perkebunan kincir itu. Tak ada hentinya. Saya bandingkan dengan yang pernah saya lihat di Spanyol. Atau di Tiongkok. Di gurun Gobi. Di wilayah barat Tiongkok. Waktu itu saya sampai ke gurun Gobi khusus untuk melihat ini: pembangkit listrik tenaga angin yang dibangun secara masif di atas gurun pasir itu.

Tapi yang di Texas ini jauh lebih masif. Pun masih akan lebih luas lagi. Saya lihat masih banyak pekerja yang mendirikan tiang-tiang baru.

Maka saya terus memandangi baling-baling besar yang berputar di langit Texas itu. Kadang muncul kekaguman saya. Kadang muncul wajah tertentu di balik putaran kincir itu: wajah Ricky Elson.

Benar saya lagi di Texas. Tapi sebagian perasaan saya seperti sedang di Sumba. Atau di Ciheras. Tempat para penari langit ciptaan Ricky menghibur langit nusantara yang lagi kelabu.

Saya pun kian ngiri pada Texas ini. Juga pada perkebunan kincir terbesar lainnya di California. Tapi terselip juga perasaan bangga: ciptaan Ricky Elson tidak akan kalah sebenarnya.

Saya sudah minta pada Ricky untuk membuat proyek penari langit seluas 5 MW. Tahun lalu.

“Mau ditaruh di mana?” tanya Ricky.

“Saya belum tahu,” jawab saya.

Terlalu banyak lokasi di Indonesia yang menunggu kehadiran para penari langit. Khususnya di wilayah timur.

Hanya saja saya juga belum tahu: apakah akan mendapat ijin. Terutama ijin penyerapan listriknya. Saya hanya ingin Ricky segera bersaing pada tingkat dunia.

Saya yakin penemuan teknologi Ricky yang sudah dipatenkan di Jepang itu punya kelebihannya sendiri.

Ricky memang menjawab permintaan saya itu dengan hati-hati. Khas teknolog Jepang. Ia mengatakan masih harus menyusun kekuatan. Kekuatan ratusan mahasiswa yang kini magang di Ciheras, pantai selatan Tasikmalaya.

Kekuatan itu mungkin tidak mudah disusun. Ciheras tidaklah berada di Texas. Yang bisa dapat dukungan dari mana-mana. (*)

Itulah salah satu perkebunan kincir terbesar di dunia: 600 km2. Inilah wind power yang ingin saya lihat. Menghasilkan 670 MW listrik. Hampir sama dengan pasokan listrik di seluruh Kalimantan.

Itulah tujuan yang sebenarnya saya ke Amarillo. Melihat wind power yang dikerjakan dengan penuh antusias.

Steak daging Texas memang terbukti mengenyangkan. Sayangnya saya tidak berani memesan steak seperti di meja-meja orang Texas: ukuran 7 ons. Saya hanya berani memesan 2,5 ons rib. Lalu pesan lagi 2,5 ons yang tenderloin.

Kincir anginnya terbukti juga mengenyangkan. Memuaskan emosi spiritual saya.

Saya terus memandang ke perkebunan kincir itu. Tak ada hentinya. Saya bandingkan dengan yang pernah saya lihat di Spanyol. Atau di Tiongkok. Di gurun Gobi. Di wilayah barat Tiongkok. Waktu itu saya sampai ke gurun Gobi khusus untuk melihat ini: pembangkit listrik tenaga angin yang dibangun secara masif di atas gurun pasir itu.

Tapi yang di Texas ini jauh lebih masif. Pun masih akan lebih luas lagi. Saya lihat masih banyak pekerja yang mendirikan tiang-tiang baru.

Maka saya terus memandangi baling-baling besar yang berputar di langit Texas itu. Kadang muncul kekaguman saya. Kadang muncul wajah tertentu di balik putaran kincir itu: wajah Ricky Elson.

Benar saya lagi di Texas. Tapi sebagian perasaan saya seperti sedang di Sumba. Atau di Ciheras. Tempat para penari langit ciptaan Ricky menghibur langit nusantara yang lagi kelabu.

Saya pun kian ngiri pada Texas ini. Juga pada perkebunan kincir terbesar lainnya di California. Tapi terselip juga perasaan bangga: ciptaan Ricky Elson tidak akan kalah sebenarnya.

Saya sudah minta pada Ricky untuk membuat proyek penari langit seluas 5 MW. Tahun lalu.

“Mau ditaruh di mana?” tanya Ricky.

“Saya belum tahu,” jawab saya.

Terlalu banyak lokasi di Indonesia yang menunggu kehadiran para penari langit. Khususnya di wilayah timur.

Hanya saja saya juga belum tahu: apakah akan mendapat ijin. Terutama ijin penyerapan listriknya. Saya hanya ingin Ricky segera bersaing pada tingkat dunia.

Saya yakin penemuan teknologi Ricky yang sudah dipatenkan di Jepang itu punya kelebihannya sendiri.

Ricky memang menjawab permintaan saya itu dengan hati-hati. Khas teknolog Jepang. Ia mengatakan masih harus menyusun kekuatan. Kekuatan ratusan mahasiswa yang kini magang di Ciheras, pantai selatan Tasikmalaya.

Kekuatan itu mungkin tidak mudah disusun. Ciheras tidaklah berada di Texas. Yang bisa dapat dukungan dari mana-mana. (*)

Artikel Terkait

Debat

Kisah Ikan Eka

Guo Nian

Sarah’s Bag Itu

Freeport

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/