29 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Pendongeng Michio Kaku dari Ciheras

Itulah guyon di Ciheras. Para santri itu umumnya dikategorikan mahasiswa jurusan teknik sastra. Mengapa? Karena tidak pernah melakukan pekerjaan teknik. Kesibukan mereka hanya membaca dan menulis. Membaca buku teknik. Dan menulis jawaban. Saat ujian teori teknik.

Di Ciheras mereka harus memegang alat-alat teknik: membuat bilah untuk kincir angin. Membuka motor. Menggulung kumparan…

Sesuai dengan rencana masing-masing. Tidak harus selesai. Boleh saja: baru selesai separo waktu mondok mereka di Ciheras berakhir.

Mereka itu anak-anak cerdas. Penuh inisiatip. Belum sampai satu minggu di Ciheras sudah ada perubahan. Perencanaan mereka umumnya sudah lebih realistis. Lebih sesuai dengan kemampuan. Dan keterbatasan waktu. Tidak ada lagi jam 8 pagi yang isinya perencanaan buih. Yang hanya enak didengar. Yang hanya menimbulkan kesombongan. Yang hanya mengharapkan tepuk tangan.

Perencanaan buih seperti itu hilang sendiri. Di forum jam 8 malam. Tidak perlu dimarahi.  Mereka akan malu sendiri. Tidak bisa mengerjakan apa yang direncanakannya. Perencanaan buih hanya membuat dirinya di booo. Bukan oleh Ricky. Tapi oleh teman mereka sendiri.

Di akhir forum seperti itulah  Ricky berfungsi sebagai pendongeng. Itulah gelar yang ia pakai: pendongeng. Dongeng yang bernas.

Sejak ‘terhempas’ di Ciheras Ricky memang banyak merenung. Renungan seorang yang cerdas. Renungan seorang yang terus berpikir. Renungan yang hasilnya bisa jadi sumber dongengannya. Untuk anak-anak muda Indonesia. Yang nyantri di pondoknya.

Ricky selalu melarang saya minta maaf padanya. Yang menyebabkan ia meninggalkan Jepang. Negeri yang sudah membuatnya pintar. Yang sudah membuatnya memiliki 14 paten di sana. Membuatnya punya tabungan. Membuatnya ahli di bidang motor listrik.

Ricky selalu melarang saya minta maaf padanya: sayalah  yang membuat ia terhempas di Ciheras. Setelah program mobil listrik berujung seperti ini.

Sejak uzlah ke Ciheras Ricky banyak mendalami pemikiran Michio Kaku. Ahli fisika Amerika berdarah Jepang. Yang mengajarkan arti hidup seorang manusia. Atau pemikiran almarhum Richard Feynman. Pencipta bom atom. Yang menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki. Di tahun 1945.

Ricky juga mendalami pemikiran Imam Al Gozhali. Ia menggabungkan filsafat barat itu dengan filsafat Islam. Dalam setiap dongengnya Ricky memberikan optimisme. Memberikan ajaran perlunya anak muda terus berpikir. Terus membuat mimpi. Tapi juga harus terus memikirkan kembali mimpi itu.

Itulah guyon di Ciheras. Para santri itu umumnya dikategorikan mahasiswa jurusan teknik sastra. Mengapa? Karena tidak pernah melakukan pekerjaan teknik. Kesibukan mereka hanya membaca dan menulis. Membaca buku teknik. Dan menulis jawaban. Saat ujian teori teknik.

Di Ciheras mereka harus memegang alat-alat teknik: membuat bilah untuk kincir angin. Membuka motor. Menggulung kumparan…

Sesuai dengan rencana masing-masing. Tidak harus selesai. Boleh saja: baru selesai separo waktu mondok mereka di Ciheras berakhir.

Mereka itu anak-anak cerdas. Penuh inisiatip. Belum sampai satu minggu di Ciheras sudah ada perubahan. Perencanaan mereka umumnya sudah lebih realistis. Lebih sesuai dengan kemampuan. Dan keterbatasan waktu. Tidak ada lagi jam 8 pagi yang isinya perencanaan buih. Yang hanya enak didengar. Yang hanya menimbulkan kesombongan. Yang hanya mengharapkan tepuk tangan.

Perencanaan buih seperti itu hilang sendiri. Di forum jam 8 malam. Tidak perlu dimarahi.  Mereka akan malu sendiri. Tidak bisa mengerjakan apa yang direncanakannya. Perencanaan buih hanya membuat dirinya di booo. Bukan oleh Ricky. Tapi oleh teman mereka sendiri.

Di akhir forum seperti itulah  Ricky berfungsi sebagai pendongeng. Itulah gelar yang ia pakai: pendongeng. Dongeng yang bernas.

Sejak ‘terhempas’ di Ciheras Ricky memang banyak merenung. Renungan seorang yang cerdas. Renungan seorang yang terus berpikir. Renungan yang hasilnya bisa jadi sumber dongengannya. Untuk anak-anak muda Indonesia. Yang nyantri di pondoknya.

Ricky selalu melarang saya minta maaf padanya. Yang menyebabkan ia meninggalkan Jepang. Negeri yang sudah membuatnya pintar. Yang sudah membuatnya memiliki 14 paten di sana. Membuatnya punya tabungan. Membuatnya ahli di bidang motor listrik.

Ricky selalu melarang saya minta maaf padanya: sayalah  yang membuat ia terhempas di Ciheras. Setelah program mobil listrik berujung seperti ini.

Sejak uzlah ke Ciheras Ricky banyak mendalami pemikiran Michio Kaku. Ahli fisika Amerika berdarah Jepang. Yang mengajarkan arti hidup seorang manusia. Atau pemikiran almarhum Richard Feynman. Pencipta bom atom. Yang menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki. Di tahun 1945.

Ricky juga mendalami pemikiran Imam Al Gozhali. Ia menggabungkan filsafat barat itu dengan filsafat Islam. Dalam setiap dongengnya Ricky memberikan optimisme. Memberikan ajaran perlunya anak muda terus berpikir. Terus membuat mimpi. Tapi juga harus terus memikirkan kembali mimpi itu.

Artikel Terkait

Debat

Kisah Ikan Eka

Guo Nian

Sarah’s Bag Itu

Freeport

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/