Tiba di Tianjin pekan lalu saya tersenyum: jumlah sepeda yang bisa disewa bertambah dua kali lipat. Begitu pesat perkembangan enam bulan terakhir. Di rumah sakit tempat saya checkup pun begitu banyak sepeda sewaan. Sebelah gerbang selatan. Sebelah gerbang timur. Sebelah gerbang utara. Penuh dengan sepeda sewaan diparkir.
Enam bulan yang lalu hanya satu perusahaan yang menyediakan sepeda sewaan. Mobike. Warnanya kuning hitam. Kini ada empat perusahaan yang bergerak di sektor itu. Dengan warna sepeda yang berbeda. Sistemnya saja yang sama. Gunakan handphone. Untuk memotret barcode di sepeda itu.
Sedetik kemudian muncul empat angka di layar handphone. Anda tinggal memencet tombol empat angka yang ada di kunci sepeda. Jlek. Kunci membuka. Anda sudah bisa menaiki sepeda itu ke mana pun.
Tidak perlu mengembalikannya ke tempat asal. Anda taruh saja di mana pun tujuan Anda. Tidak harus di tempat khusus. Di bawah pohon pun boleh. Yang penting Anda kunci lagi. Sebagai tanda Anda sudah selesai memakainya. Untuk menentukan tagihan di handphone Anda. Nanti pasti ada orang yang memerlukan sepeda itu lagi. Biayanya pun murah. Hanya 1 yuan. Atau setara Rp 2.000 satu jam.
Rumah sakit yang merawat saya ini tidak menyediakan makan untuk pasien. Waktu makan siang, setelah pemeriksaan lab yang pertama, saya menuju gerbang belakang. Di kanan-kiri banyak sepeda sewaan parkir. Saya praktikkan sewa sepeda itu. Gampang sekali. Untuk jarak dekat betul-betul lebih praktis. Dan lebih cepat. Katakanlah sampai jarak 5 kilometer. Daripada naik taksi. Apalagi jalanan macet. Tarif taksi adalah 8 yuan. Untuk 5 kilometer pertama.
Bahkan, barusan saya naik sepeda sewaan yang terbaru: tidak perlu pencet empat nomor. Begitu memotret barcode dengan handphone langsung jlek…kuncinya membuka sendiri.
Saya pun menikmati bersepeda sewaan. Di udara akhir September yang sejuk. Bisa melawan arus, kalau terpaksa. Asal di pinggir. Tidak dianggap melanggar. Setidaknya tidak disalahkan. Saya lihat sudah begitu banyak orang lalu-lalang dengan sepeda sewaan. Teknologi informasi begitu mendarah daging sudah.
Tidak hanya bayar sepeda sewaan yang pakai handphone. Kini toko-toko sudah jarang menerima pembayaran dengan kartu debit atau kartu kredit atau uang cash. Sudah lebih banyak dengan handphone. Menggunakan Alipay (grup Alibaba) atau WeChat. Maka seseorang yang sudah mengambil barang di toko langsung datang ke kasir untuk menyodorkan handphone.
Saya sempatkan berdiri di depan toko untuk melakukan pengamatan. Dari sepuluh pembeli yang saya lihat, hanya satu yang membayar dengan uang. Yang sembilan cukup menyodorkan handphone.
”Di pasar pun ibu-ibu beli sayur sudah dengan handphone,” ujar teman saya yang asli Tianjin. ”Praktis sekarang ini di Tiongkok tidak perlu mengantongi uang,” tambahnya. Juga tidak perlu punya dompet. Tidak ada kartu yang perlu dimasukkan dompet.
Dan yang lucu, mulai Imlek tahun lalu angpao pun sudah dikirim dengan WeChat. Teman saya, seorang bos perusahaan di Beijing, bercerita: tahun ini tadi semua angpao untuk anak-anak sudah 100 persen dia kirim via WeChat. Tahun lalu hanya untuk anak-anak yang jauh yang dikirim via WeChat. Tahun ini tadi untuk anak-anak yang bertetangga pun angpaonya dikirim via WeChat.