30 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Ayah Bawa Anak ke Zona Perang

Carl-Magnus Helgegren bawa anak ke zona perang.
Carl-Magnus Helgegren bawa anak ke zona perang.

SUMUTPOS.CO – Banyak orangtua yang kewalahan membujuk anaknya berhenti main game perang-perangan. Tapi seorang ayah di Swedia memiliki cara ampuh membuat anaknya berhenti main game tersebut. Simpel tapi berbahaya yaitu membuat si anak merasakan zona perang.

Carl-Magnus Helgegren mengajak kedua putranya, Leo (11) dan Frank (10), yang keranjingan game perang mengunjungi Israel dan Syria. Perjalanan selama 10 hari itu menunjukkan realita kejam hasil peperangan dan bagaimana senapan digunakan di zona konflik. Syukurlah, keduanya langsung berubah total usai pulang dari wilayah konflik tersebut.

Ide kontroversial ini tercetus pada suatu malam tahun lalu saat keluarga mereka makan malam. Saat itu Frank dan Leo memohon-mohon dibelikan game ‘Call of Duty’. Helgegren pun khawatir dengan obsesi kedua anaknya itu dan menyadari apakah mereka mengetahui buruknya dampak peperangan terhadap korban.

Akhirnya Helgegren berjanji akan membeli game apapun yang diinginkan tapi dengan syarat kedua anaknya itu harus mau pergi bersamanya ke zona perang. Awalnya Frank dan Leo tidak percaya ketika bilang bersedia yang ternyata serius. Sang ibu, Elisa, juga sempat menentang ide itu karena khawatir keselamatan mereka namun Helgegren berhasil meyakinkan.

“Ketika aku mengutarakan ide ini, dia ragu-ragu dan bertanya apakah aman. Tapi akhirnya dia mau dengan ikut bersama kami. Jadi kami melakukannya bersama demi anak-anak kami,” ucap pria yang bekerja sebagai jurnalis ini. “Aku ingin menunjukkan dampak perang pada mereka.”

Helgegren sendiri bekerja sebagai wartawan freelance di Timur Tengah. Semula ia merencanakan perjalanan ke Irak atau Afghanistan bersama anaknya tapi tidak jadi karena terlalu berbahaya. Akhirnya pada April mereka berangkat ke Israel dan menjalani kehidupan di tengah peperangan seperti berkunjung ke barak penampungan, merasakan kekurangan air bersih hingga menonton penanganan medis darurat korban tertembak.

Meski ide ini efektif namun Helgegren juga mendapat kritikan keras ketika menceritakan perjalanan ini di internet. Dikritik membuat anaknya terancam bahaya, Helgegren menegaskan bahwa saat itu situasi masih aman dan perang belum berkobar. Ia meyakini bahwa menunjukkan realita pada anak adalah hal terbaik dan kini putranya tertarik mendalami tentang konflik perang sejak pulang dari Irak. (bbs)

Carl-Magnus Helgegren bawa anak ke zona perang.
Carl-Magnus Helgegren bawa anak ke zona perang.

SUMUTPOS.CO – Banyak orangtua yang kewalahan membujuk anaknya berhenti main game perang-perangan. Tapi seorang ayah di Swedia memiliki cara ampuh membuat anaknya berhenti main game tersebut. Simpel tapi berbahaya yaitu membuat si anak merasakan zona perang.

Carl-Magnus Helgegren mengajak kedua putranya, Leo (11) dan Frank (10), yang keranjingan game perang mengunjungi Israel dan Syria. Perjalanan selama 10 hari itu menunjukkan realita kejam hasil peperangan dan bagaimana senapan digunakan di zona konflik. Syukurlah, keduanya langsung berubah total usai pulang dari wilayah konflik tersebut.

Ide kontroversial ini tercetus pada suatu malam tahun lalu saat keluarga mereka makan malam. Saat itu Frank dan Leo memohon-mohon dibelikan game ‘Call of Duty’. Helgegren pun khawatir dengan obsesi kedua anaknya itu dan menyadari apakah mereka mengetahui buruknya dampak peperangan terhadap korban.

Akhirnya Helgegren berjanji akan membeli game apapun yang diinginkan tapi dengan syarat kedua anaknya itu harus mau pergi bersamanya ke zona perang. Awalnya Frank dan Leo tidak percaya ketika bilang bersedia yang ternyata serius. Sang ibu, Elisa, juga sempat menentang ide itu karena khawatir keselamatan mereka namun Helgegren berhasil meyakinkan.

“Ketika aku mengutarakan ide ini, dia ragu-ragu dan bertanya apakah aman. Tapi akhirnya dia mau dengan ikut bersama kami. Jadi kami melakukannya bersama demi anak-anak kami,” ucap pria yang bekerja sebagai jurnalis ini. “Aku ingin menunjukkan dampak perang pada mereka.”

Helgegren sendiri bekerja sebagai wartawan freelance di Timur Tengah. Semula ia merencanakan perjalanan ke Irak atau Afghanistan bersama anaknya tapi tidak jadi karena terlalu berbahaya. Akhirnya pada April mereka berangkat ke Israel dan menjalani kehidupan di tengah peperangan seperti berkunjung ke barak penampungan, merasakan kekurangan air bersih hingga menonton penanganan medis darurat korban tertembak.

Meski ide ini efektif namun Helgegren juga mendapat kritikan keras ketika menceritakan perjalanan ini di internet. Dikritik membuat anaknya terancam bahaya, Helgegren menegaskan bahwa saat itu situasi masih aman dan perang belum berkobar. Ia meyakini bahwa menunjukkan realita pada anak adalah hal terbaik dan kini putranya tertarik mendalami tentang konflik perang sejak pulang dari Irak. (bbs)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/