ALMATY, SUMUTPOS.CO – Kesepakatan dagang Rusia dan Belarusia serta Kazakhstan menuai protes. Pada Minggu (16/2), sekelompok perempuan berunjuk rasa di Kota Almaty, kota terbesar Kazakhstan. Mereka memprotes rencana pemerintah melarang perdagangan underwear (pakaian dalam), khususnya celana dalam berbahan dasar kain renda alias lace.
“Kebebasan untuk celana dalam,” kata para pengunjuk rasa tersebut sambil membawa celana dalam renda atau memasangnya di kepala. Mereka menuju pusat kota dan berusaha memasangkan celana dalam pada salah satu monumen di Almaty. Kemarin (18/2) media Eropa melaporkan bahwa aksi sekelompok perempuan Kazahkstan itu berujung dengan penangkapan tiga aktivis.
Sesuai dengan kesepakatan bersama, Rusia beserta Belarusia dan Kazakhstan bakal melarang perdagangan celana dalam yang kandungan kain katunnya tidak sampai 6 persen. Rusia melarang produk pakaian dalam yang mereka anggap tidak higienis tersebut beredar. Rusia tidak akan menjual, mengimpor, atau bahkan memproduksi celana dalam renda. Sebagai sekutu dagang, Kazakhstan ikut menerapkannya.
Sebenarnya larangan tersebut tercetus sejak 2010. Saat itu Komisi Ekonomi Eurasia-lah yang mencetuskannya. Namun, derasnya protes membuat aturan itu belum juga diterapkan sampai sekarang.
Tahun ini, menurut rencana, Kazakhstan memberlakukan larangan tersebut mulai musim panas mendatang. Para pebisnis lingerie dan penggemar celana dalam renda pun memprotes keras. Mereka menegaskan bahwa yang mereka kenakan adalah pilihan personal. “Mengapa tidak memperketat aturan melarang merokok atau alkohol yang jelas-jelas memengaruhi kesehatan?” ujar seorang demonstran. (AP/AlArabiya/hep/c14/tia)
ALMATY, SUMUTPOS.CO – Kesepakatan dagang Rusia dan Belarusia serta Kazakhstan menuai protes. Pada Minggu (16/2), sekelompok perempuan berunjuk rasa di Kota Almaty, kota terbesar Kazakhstan. Mereka memprotes rencana pemerintah melarang perdagangan underwear (pakaian dalam), khususnya celana dalam berbahan dasar kain renda alias lace.
“Kebebasan untuk celana dalam,” kata para pengunjuk rasa tersebut sambil membawa celana dalam renda atau memasangnya di kepala. Mereka menuju pusat kota dan berusaha memasangkan celana dalam pada salah satu monumen di Almaty. Kemarin (18/2) media Eropa melaporkan bahwa aksi sekelompok perempuan Kazahkstan itu berujung dengan penangkapan tiga aktivis.
Sesuai dengan kesepakatan bersama, Rusia beserta Belarusia dan Kazakhstan bakal melarang perdagangan celana dalam yang kandungan kain katunnya tidak sampai 6 persen. Rusia melarang produk pakaian dalam yang mereka anggap tidak higienis tersebut beredar. Rusia tidak akan menjual, mengimpor, atau bahkan memproduksi celana dalam renda. Sebagai sekutu dagang, Kazakhstan ikut menerapkannya.
Sebenarnya larangan tersebut tercetus sejak 2010. Saat itu Komisi Ekonomi Eurasia-lah yang mencetuskannya. Namun, derasnya protes membuat aturan itu belum juga diterapkan sampai sekarang.
Tahun ini, menurut rencana, Kazakhstan memberlakukan larangan tersebut mulai musim panas mendatang. Para pebisnis lingerie dan penggemar celana dalam renda pun memprotes keras. Mereka menegaskan bahwa yang mereka kenakan adalah pilihan personal. “Mengapa tidak memperketat aturan melarang merokok atau alkohol yang jelas-jelas memengaruhi kesehatan?” ujar seorang demonstran. (AP/AlArabiya/hep/c14/tia)