31 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Wisatawan Wajib Rapid Test, PHRI: Pelaku Wisata Makin Terkapar

SAMOSIR, SUMUTPOS.CO – Ratusan pelaku usaha pariwisata dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Samosir, melayangkan surat keberatan kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Samosir.

WISMAN: Sejumlah wisatawan mancanegara mengenakan masker saat menyeberang menuju pulau Samosir dari Pelabuhan Ajibata, Jumat (20/9).
WISMAN: Sejumlah wisatawan mancanegara mengenakan masker saat menyeberang menuju pulau Samosir dari Pelabuhan Ajibata, Jumat (20/9).

Pasalnya, Pemkab mewajibkan setiap wisatawan yang berkunjung ke Samosir untuk menjalani rapid testn

Ketentuan tersebut dikeluarkan setelah petugas kesehatan di salahsatu puskesmas di Kabupaten Samosir, reaktif saat rapid test.

“Wajib rapid test itu akan membuat pelaku pariwisata di Samosir makin terpuruk. Sekarang saja, wisatawan enggan melakukan perjalanan wisata. Apalagi jika diwajibkan rapid test. Makin sunyilah. Pelaku wisata bakal makin terkapar,” kata pelaku usaha pariwisata Samosir, Ombang Siboro, kepada Sumut Pos, Senin (19/10).

Ia mempertanyakan, mengapa Kabupaten Samosir membuat kebijakan tersebut. Sementara daerah lain tidak. “Pasti nanti wisatawan akan berpikir, ngapain ke Samosir? Ke Kabupaten lain jika bisa berwisata,” jelas pengelola Pantai Batu Hoda, yang juga mantan Kadis Pariwisata Samosir ini.

Untuk itu, ia menegaskan bila surat keberatan para pelaku wisata tidak digubris, mereka akan melakukan somasi dan langkah hukum.

Ombang mengakui, sejak surat edaran itu diterbitkan pada Jumat (16/10) pekan lalu, memang belum diberlakukan hingga kemarin.”Masih surat edaran. Hari itu, terbit langsung kita protes. Jadi, belum sempat diberlakukan. Kita minta Pemkab mencabut surat edaran itu,” kata Ombang.

Ia menilai surat edaran Pemkab Samosir itu akan sangat berimbas ke dunia pariwisata di Samosir. “Kebijakan itu tidak berdasarkan akal sehat, gagal paham dan minus kecerdasan,” kritiknya.

Menurut Ombang, penerapan protokol kesehatan selama ini diikuti secara ketat dan konsisten. Razia masker juga diterapkan dengan sanksi tegas. “Apalah artinya mewajidkan rapid test kepada wisatawan, sementara di angkutan umum, di kantor-kantor, di pesta, di kafe dan hiburan malam, sama sekali tidak menerapkan protokol kesehatan? Ini sebuah keputusan diskriminatif terhadap industri pariwisata,” pungkasnya.

Wisman ke Medan Turun Drastis

Terpisah, kunjungan wisatawan manca negara (wisman) ke Kota Medan di tahun 2020 menurun drastis akibat pandemi Covid-19 sejak Maret 2020. Tak tanggung-tanggung, penurunan kunjungan wisman hingga 31 Juli 2020, mencapai 68 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019.

“Turunnya sangat drastis, hampir 70 persen. Itupun karena di Januari dan Februari, jumlah wisman yang masuk ke Medan terbilang cukup tinggi. Lebih tinggi dibanding Januari dan Februari di tahun 2019. Tetapi sejak Maret hingga Juli, angka kedatangan wisman ke Kota Medan merosot tajam,” ucap Kepala Dinas Pariwisata Kota Medan, Drs H Agus Suriyono, kepada Sumut Pos, Senin (19/10).

Data diterima Sumut Pos dari Dispar Kota Medan, sejak bulan Januari hingga Juli 2020, jumlah wisman yang singgah ke Kota Medan hanya 38.562 orang. Hanya sekitar 32 persen dibandingkan jumlah wisman yang singgah pada Januari hingga Juli 2019, yang mencapai angka 120.267 orang. Selisih 81.705 orang atau sekitar 68 persen.

“Bahkan total sampai Desember 2019 yang lalu, jumlah wisman yang masuk ke Kota Medan itu ada 211.270 orang,” ujarnya.

Dirincikan Agus, pada bulan Januari 2020, wisman yang masuk ke Kota Medan ada sebanyak 20.878, atau meningkat tajam dari jumlah Januari 2019 sejumlah 13.764. Namun di bulan Februari 2020 jumlah wisman ke Kota Medan berkurang menjadi sebanyak 11.009 orang, atau menurun tajam dari jumlah Februari 2019 yang sebanyak 22.097.

Pada Maret 2020 jumlah wisman yang datang ke Kota Medan tinggal 6.204 orang. Padahal pada Maret 2019 ada sebanyak 18.764.

“Bulan Aprilnya tinggal 59 orang. Bulan Mei 57 orang, Juni 162 orang dan di Juli 193 orang. Kalau dibandingkan dengan tahun sebelumnya, April 2019 ada 21.038 orang, Mei 2019 ada 13.262 orang, Juni ada 12.786 orang dan Juli ada 18.556 orang,” rincinya.

Adapun warga negara yang merupakan mayoritas wisman yang berkunjung ke Kota Medan adalah warga negara Malaysia. Sisanya warga negara Singapura, Brunai Darussalam, dan negara-negara Asia Tenggara lainnya.

“Dari tahun ke tahun, wisman yang paling banyak ke Kota Medan adalah wisman dari Malaysia. Itu sebesar 60 persen lebih dari total wisman yang masuk Medan. Tapi adanya pandemi ini membuat kunjungan wisata ke Kota Medan. Hampir semua tempat di Indonesia bahkan di dunia menurun. Harapan kita, kondisi bisa membaik, agar wisman yang masuk ke Kota Medan kembali meningkat,” tandasnya.

Terpisah, Wakil Ketua DPRD Medan, H Ihwan Ritonga SE MM, mengatakan, wajar bila jumlah wisatawan menurun drastis akibat pandemi Covid-19 yang melanda dunia. Tetapi menurutnya, sebelum Covid-19 melanda, pariwisata di Kota Medan belum memiliki nilai jual yang tinggi.

“Bukan karena Kota Medan tidak punya selling point (nilai jual). Kota Medan memiliki segudang pariwisata yang bisa dijual ke kota-kota lain, provinsi-provinsi lain, hingga negara-negara lain.Masalahnya, Pemko Medan belum mampu mengemas pariwisata menjadi pariwisata yang menarik di mata dunia dan ‘menjualnya’ dengan baik,” ungkap Ihwan kepada Sumut Pos, Senin (19/10).

Dijelaskan Ihwan, cepat atau lambat, pandemi akan segera berlalu. Untuk itu mulai saat ini, Pemko Medan melalui Dinas Pariwisata agar mulai melakukan terobosan-terobosan terbaru, untuk menjadikan pariwisata di Kota Medan memiliki nilai jual tinggi.

“Selama ini sebelum Covid melanda Kota Medan, Pemko Medan hanya menggelar kegiatan-kegiatan rutinitas dengan menggelar event-event. Mungkin itu memang bisa mendatangkan wisman, tapi saya fikir tidak signifikan. Dan hanya terjadi ketika event digelar. Padahal kita mau, wisman itu terus berdatangan di sepanjang tahun,” jelasnya.

Menurutnya, ada banyak pariwisata yang betul-betul bisa dipromosikan dari pariwisata di Kota Medan. Salahsatunya wisata kuliner, belanja, heritage, dan masih banyak lainnya.

“Pemko Medan bisa belajar dari kota-kota wisata di dunia yang tidak memiliki wisata alam seperti Kota Medan, namun tetap dikunjungi wisatawan, karena banyak objek menarik di kota itu,” katanya.

Untuk itu, sembari menanti pandemi Covid-19 berlalu, Pemko Medan diminta mulai aktif mempromosikan pariwisata dengan strategi-strategi efektif. (gus/map)

SAMOSIR, SUMUTPOS.CO – Ratusan pelaku usaha pariwisata dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Samosir, melayangkan surat keberatan kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Samosir.

WISMAN: Sejumlah wisatawan mancanegara mengenakan masker saat menyeberang menuju pulau Samosir dari Pelabuhan Ajibata, Jumat (20/9).
WISMAN: Sejumlah wisatawan mancanegara mengenakan masker saat menyeberang menuju pulau Samosir dari Pelabuhan Ajibata, Jumat (20/9).

Pasalnya, Pemkab mewajibkan setiap wisatawan yang berkunjung ke Samosir untuk menjalani rapid testn

Ketentuan tersebut dikeluarkan setelah petugas kesehatan di salahsatu puskesmas di Kabupaten Samosir, reaktif saat rapid test.

“Wajib rapid test itu akan membuat pelaku pariwisata di Samosir makin terpuruk. Sekarang saja, wisatawan enggan melakukan perjalanan wisata. Apalagi jika diwajibkan rapid test. Makin sunyilah. Pelaku wisata bakal makin terkapar,” kata pelaku usaha pariwisata Samosir, Ombang Siboro, kepada Sumut Pos, Senin (19/10).

Ia mempertanyakan, mengapa Kabupaten Samosir membuat kebijakan tersebut. Sementara daerah lain tidak. “Pasti nanti wisatawan akan berpikir, ngapain ke Samosir? Ke Kabupaten lain jika bisa berwisata,” jelas pengelola Pantai Batu Hoda, yang juga mantan Kadis Pariwisata Samosir ini.

Untuk itu, ia menegaskan bila surat keberatan para pelaku wisata tidak digubris, mereka akan melakukan somasi dan langkah hukum.

Ombang mengakui, sejak surat edaran itu diterbitkan pada Jumat (16/10) pekan lalu, memang belum diberlakukan hingga kemarin.”Masih surat edaran. Hari itu, terbit langsung kita protes. Jadi, belum sempat diberlakukan. Kita minta Pemkab mencabut surat edaran itu,” kata Ombang.

Ia menilai surat edaran Pemkab Samosir itu akan sangat berimbas ke dunia pariwisata di Samosir. “Kebijakan itu tidak berdasarkan akal sehat, gagal paham dan minus kecerdasan,” kritiknya.

Menurut Ombang, penerapan protokol kesehatan selama ini diikuti secara ketat dan konsisten. Razia masker juga diterapkan dengan sanksi tegas. “Apalah artinya mewajidkan rapid test kepada wisatawan, sementara di angkutan umum, di kantor-kantor, di pesta, di kafe dan hiburan malam, sama sekali tidak menerapkan protokol kesehatan? Ini sebuah keputusan diskriminatif terhadap industri pariwisata,” pungkasnya.

Wisman ke Medan Turun Drastis

Terpisah, kunjungan wisatawan manca negara (wisman) ke Kota Medan di tahun 2020 menurun drastis akibat pandemi Covid-19 sejak Maret 2020. Tak tanggung-tanggung, penurunan kunjungan wisman hingga 31 Juli 2020, mencapai 68 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019.

“Turunnya sangat drastis, hampir 70 persen. Itupun karena di Januari dan Februari, jumlah wisman yang masuk ke Medan terbilang cukup tinggi. Lebih tinggi dibanding Januari dan Februari di tahun 2019. Tetapi sejak Maret hingga Juli, angka kedatangan wisman ke Kota Medan merosot tajam,” ucap Kepala Dinas Pariwisata Kota Medan, Drs H Agus Suriyono, kepada Sumut Pos, Senin (19/10).

Data diterima Sumut Pos dari Dispar Kota Medan, sejak bulan Januari hingga Juli 2020, jumlah wisman yang singgah ke Kota Medan hanya 38.562 orang. Hanya sekitar 32 persen dibandingkan jumlah wisman yang singgah pada Januari hingga Juli 2019, yang mencapai angka 120.267 orang. Selisih 81.705 orang atau sekitar 68 persen.

“Bahkan total sampai Desember 2019 yang lalu, jumlah wisman yang masuk ke Kota Medan itu ada 211.270 orang,” ujarnya.

Dirincikan Agus, pada bulan Januari 2020, wisman yang masuk ke Kota Medan ada sebanyak 20.878, atau meningkat tajam dari jumlah Januari 2019 sejumlah 13.764. Namun di bulan Februari 2020 jumlah wisman ke Kota Medan berkurang menjadi sebanyak 11.009 orang, atau menurun tajam dari jumlah Februari 2019 yang sebanyak 22.097.

Pada Maret 2020 jumlah wisman yang datang ke Kota Medan tinggal 6.204 orang. Padahal pada Maret 2019 ada sebanyak 18.764.

“Bulan Aprilnya tinggal 59 orang. Bulan Mei 57 orang, Juni 162 orang dan di Juli 193 orang. Kalau dibandingkan dengan tahun sebelumnya, April 2019 ada 21.038 orang, Mei 2019 ada 13.262 orang, Juni ada 12.786 orang dan Juli ada 18.556 orang,” rincinya.

Adapun warga negara yang merupakan mayoritas wisman yang berkunjung ke Kota Medan adalah warga negara Malaysia. Sisanya warga negara Singapura, Brunai Darussalam, dan negara-negara Asia Tenggara lainnya.

“Dari tahun ke tahun, wisman yang paling banyak ke Kota Medan adalah wisman dari Malaysia. Itu sebesar 60 persen lebih dari total wisman yang masuk Medan. Tapi adanya pandemi ini membuat kunjungan wisata ke Kota Medan. Hampir semua tempat di Indonesia bahkan di dunia menurun. Harapan kita, kondisi bisa membaik, agar wisman yang masuk ke Kota Medan kembali meningkat,” tandasnya.

Terpisah, Wakil Ketua DPRD Medan, H Ihwan Ritonga SE MM, mengatakan, wajar bila jumlah wisatawan menurun drastis akibat pandemi Covid-19 yang melanda dunia. Tetapi menurutnya, sebelum Covid-19 melanda, pariwisata di Kota Medan belum memiliki nilai jual yang tinggi.

“Bukan karena Kota Medan tidak punya selling point (nilai jual). Kota Medan memiliki segudang pariwisata yang bisa dijual ke kota-kota lain, provinsi-provinsi lain, hingga negara-negara lain.Masalahnya, Pemko Medan belum mampu mengemas pariwisata menjadi pariwisata yang menarik di mata dunia dan ‘menjualnya’ dengan baik,” ungkap Ihwan kepada Sumut Pos, Senin (19/10).

Dijelaskan Ihwan, cepat atau lambat, pandemi akan segera berlalu. Untuk itu mulai saat ini, Pemko Medan melalui Dinas Pariwisata agar mulai melakukan terobosan-terobosan terbaru, untuk menjadikan pariwisata di Kota Medan memiliki nilai jual tinggi.

“Selama ini sebelum Covid melanda Kota Medan, Pemko Medan hanya menggelar kegiatan-kegiatan rutinitas dengan menggelar event-event. Mungkin itu memang bisa mendatangkan wisman, tapi saya fikir tidak signifikan. Dan hanya terjadi ketika event digelar. Padahal kita mau, wisman itu terus berdatangan di sepanjang tahun,” jelasnya.

Menurutnya, ada banyak pariwisata yang betul-betul bisa dipromosikan dari pariwisata di Kota Medan. Salahsatunya wisata kuliner, belanja, heritage, dan masih banyak lainnya.

“Pemko Medan bisa belajar dari kota-kota wisata di dunia yang tidak memiliki wisata alam seperti Kota Medan, namun tetap dikunjungi wisatawan, karena banyak objek menarik di kota itu,” katanya.

Untuk itu, sembari menanti pandemi Covid-19 berlalu, Pemko Medan diminta mulai aktif mempromosikan pariwisata dengan strategi-strategi efektif. (gus/map)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/