26.7 C
Medan
Monday, April 29, 2024

Banjir Meluas, Tebingtinggi Lumpuh

TEBINGTINGGI, SUMUTPOS.CO – Tiga hari wilayah hulu terus-menerus diguyur hujan, Sungai Padang yang membelah Kota Tebingtinggi pun meluap. Banjir merendam ribuan rumah warga dengan ketinggian satu meter, sejak tanggal 27-29 November 2020. Akibatnya, Kota Tebingtinggi lumpuh.

TINJAU: Gubsu Edy Rahmayadi naik perahu karet meninjau banjir yang menggenangi Kota Tebingtinggi, Sabtu (28/11/2020).
TINJAU: Gubsu Edy Rahmayadi naik perahu karet meninjau banjir yang menggenangi Kota Tebingtinggi, Sabtu (28/11/2020).

DATA terakhir dari juru bicara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tebingtinggi, Wahid Sitorus, hingga Minggu (29/11) banjir kiriman Sungai Padang telah menggenangi Kota Tebingtinggi selama tiga hari.

Lima kecamatan terdampak banjir meliputi Kecamatan Rambutan sebanyak 3.330 rumah (wilayah paling parah), Kecamatan Bajenis sebanyak 3.078 rumah.

Kecamatan Tebingtinggi Kota sebanyak 1.551 rumah, Kecamatan Padang Hulu sebanyak 262 rumah dan Kecamatan Padang Hilir sebanyak 147 rumah. Total 8.368 rumah warga yang terendam.

Dari lima kecamatan tersebut, berdasarkan data BPBD Tebingtinggi, warga terdampak banjir mencapai 25.297 jiwa.

“Banjir kiriman ini karena Sungai Padang meluap, tidak mampu menampung debit air yang tinggi. Banjir juga disebabkan ada tanggul yang pecah sepanjang 10 meter di wilayah Kelurahan Tanjung Marulak, Kecamatan Rambutan. Tanggul jebol akibat tingginya debit air,” kata dia, Minggu.

Pemko Tebingtinggi telah menyiapkan 60 titik posko dan dapur umum, dibagi di lima kecamatan yang ada di Kota Tebingtinggi. Setiap posko menyiapkan bantuan tim SAR, Tagana dan tenaga medis. Masyarakat bisa mendapatkan jatah nasi bungkus yang dipersiapkan di dapur umum melalui Dinas Sosial dibantu pihak kepolisian dan TNI. “Posko utama pengungsian dibuka di Kantor Wali Kota Tebingtinggi,” jelas Wahid.

Amatan Sumut Pos, banjir mulai menggenangi Kota Tebingtinggi sejak Jumat malam. Banjir sempat surut beberapa waktu. Namun karena di hulu sungai terjadi hujan deras, Sabtu pagi banjir kiriman semakin meluas dan melumpuhkan Kota Tebingtinggi. Warga tidak dapat beraktivitas apapun. Seluruh kegiatan ekonomi berhenti.

Banjir dengan kedalaman hampir satu meter sempat menggenangi Jalan Sudirman Kota Tebingtinggi, tepatnya depan RS Sri Pamela Medika Nusantara. Bahkan rumah sakit tersebut sempat terendam.

Dengan ketinggian banjir hampir satu meter, arus lalu lintas kendaraan, baik menuju Tebingtinggi, Pematangsiantar, dan Medan harus dialihkan ke Jalan Imam Bonjol Kota Tebingtinggi.

Pada Sabtu siang, banjir semakin meluas dan memasuki wilayah Jalan KL Yos Sudarso di Simpang Beo, Kota Tebingtinggi, dengan kedalaman hampir 80 centimeter.

Karena banjir menghalangi dua arah jalan, kendaraan banyak yang terjebak dan mesti meluncur pelan-pelan. Akibatnya, terjadi kemacetan panjang dari arah Medan menuju Kisaran dan Pematangsiantar.

Pada Sabtu (28/11) petang sekitar pukul 18.00 WIB, banjir semakin besar dan meluas hingga memasuki wilayah Kelurahan Lalang dan Rantu Laban. Air juga menggenangi sisi jalan sebelah kiri dengan kedalaman bervariasi, antara 50 cm hingga 70 cm.

Ratusan mobil dan truk yang datang dari arah Pematangsiantar dan Kisaran kembali terjebak di Jalan KL Yos Sudarso, hingga lalu lintas di jalan raya mengalami kemacaten panjang di dua arah.

Salahseorang warga Jalan Martimbang, Kecamatan Rambutan Kota Tebingtinggi, Rahmad, menuturkan siang itu dirinya masih berada di Kota Medan. Petang hari, ia mendapat kabar dari istrinya bahwa rumahnya sudah terendam banjir. Dia bergegas pulang menuju Kota Tebingtinggi

“Mendapat kabar dari istri, saya langsung menuju pulang. Tapi kondisi jalan macet, sehingga Kampung Pon Tebingtinggi harus ditempuh dengan waktu 8 jam. Macet pukul 18.00 WIB. Tiba di Tebingtinggi pukul 00.35 malam,” jelas Rahmad.

Menurutnya, tidak ada permasalahan ketika melintasi jalan tol. Namun pihak jalan tol mengeluarkan pengemudi di pintu tol Sei Rampah. Jelang Kampung Pon Kabupaten Sergai, jalan macet total. Alhasil, perjalanan Kampung Pon-Tebingtinggi harus ditempuh dalam tempo 8 jam.

Sumiati Saragih (48), warga Jalan Martimbang I, Kelurahan Lalang, Kota Tebingtinggi, mengatakan Sabtu (28/11) sore sekira pukul 18.00 WIB, dirinya sedang duduk santai depan rumah. Mendadak ia melihat air datang begitu cepat memasuki halaman rumah. Ia pun bergegas menyelamatkan surat-surat penting dan beberapa perabotan rumah.

“Seperti air bah datangnya air. Dalam hitungan menit, air sudah meninggi. Banyak perabotan rumah tangga yang tidak sempat diselamatkan, karena kami bergegas mengungsi. Banjir kali ini mirip banjir tahun 2001 akhir lalu. Datangnya air seperti gemuruh,” paparnya.

Lurah Lalang, Kecamatan Rambutan, Kota Tebingtinggi, Hadi Supeno, mengatakan banjir kali i i sangat luar biasa. Dalam hitungan menit, sebanyak 800 rumah warga terendam banjir kiriman dengan ketinggian hampir satu meter. Warga yang berjalan melewati banjir mesti ekstra hati-hati agar tidak terseret arus air yang cukup deras. “Kasihan saya melihat warga yang mengungsi. Akses jalan pun susah dimasuki,” bilang Peno.

Peno pun langsung berkordinasi dengan Camat Rambutan untuk mendirikan posko di tiga tempat. Di posko, warga akan mendapatkan makanan dan pengobatan kesehatan secara gratis.

Hingga berita ini diturunkan, Minggu (29/11) sore, kondisi air sudah surut. Jalan lintas Sumatera sudah bisa dilalui kendaraan, baik sepeda motor maupun mobil. Pada Minggu malam, diharapkan tidak ada lagi genangan air di rumah warga.

Gubsu Tinjau Banjir

Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi langsung turun ke lapangan meninjau banjir Kota Tebingtinggi, Sabtu (28/11). Gubsu Edy dan rombongan dari Pemprov Sumut serta Wali Kota Tebingtinggi, Umar Zunaidi Hasibuan, meninjau kondisi banjir yang merendam lima kecamatan.

Kunjungan pertama dilakukan di pemukiman warga di Jalan KF Tandean dekat Pasar Sakti Kota Tebingtinggi. Di sana. tim Gubsu membagikan masker kepada masyarakat terdampak banjir Sungai Padang. Selanjutnya rombongan beralih ke Jalan Anturmangan Kota Tebingtinggi.

Salahsatu kelurahan di Kecamatan Rambutan yang paling parah terendam banjir adalah Kelurahan Marulak. Tanggul Sungai Padang di kelurahan ini mengalami kerusakan yang mengakibatkan volume air pada kawasan ini mencapai kurang lebih 1,5 meter.

“Setelah kami tinjau tanggulnya tadi ada yang rusak, kurang lebih 50 meter. Itu yang menyebabkan di daerah ini volume air cukup tinggi, merendam beberapa rumah di sini. Setelah ini surut kita akan perbaiki dan mengevaluasi bersama BWS dan Pemko Tebing Tinggi untuk normalisasi, karena tampaknya kedalaman sungai sudah berkurang,” tambah Edy Rahmayadi.

Melihat banyaknya korban banjir, Edy Rahmayadi meminta penanganan dilakukan secara cepat terutama masalah logistik, khususnya makanan dan obat-obatan. Setelah itu akan membantu masalah penyelesaian banjir Tebing Tinggi.

“Kita akan segera memberikan bantuan karena ini rakyat saya. Dalam waktu singkat harus ada posko untuk menyalurkan logistik kepada masyarakat, karena saat ini masyarakat sulit beraktivitas. Perut ini dulu untuk rakyat, yang kedua obat-obatan karena ketika banjir rawan penyebaran penyakit dan yang ketiga kita perlu membagikan masker kepada masyarakat untuk mengantisipasi Covid-19,” ujarnya.

Edy Rahmayadi berpesan kepada masyarakat untuk waspada karena curah hujan di Sumut saat ini cukup tinggi. Masyarakat diminta mengikuti anjuran pemerintah, agar banjir kali ini lebih cepat surut sehingga penanganan untuk Sungai Padang bisa cepat dilakukan.

“Waspadai alam. Satu bulan yang lalu saya sudah sampaikan kondisi alam kita saat ini kurang bersahabat. Tetapi kalau kita taati instruksi dari walikota dan Kapolres/TNI pasti aman,” tambah Edy Rahmayadi.

Edy juga mengajak seluruh masyarakat korban banjir untuk selalu menaati protokol kesehatan penanganan Covid-19. “Selalu memakai masker dan menjaga jarak serta mencuci tangan,” bilangnya.

Saat ini telah didirikan 56 posko banjir yang tersebar di Kota Tebing Tinggi, namun Walikota Tebingtinggi, Umar Zunaidi Hasibuan, merasa jumlah posko masih harus ditambah. Selain itu, Umar juga berharap mendapat tambahan perahu karet untuk mempercepat evakuasi masyarakat dan juga penyaluran logistik.

“Sekarang ada 56 posko, sekarang kita masih meminta bantuan untuk tenda-tenda pleton untuk mendirikan posko. Perahu kita yang kecil juga tidak banyak. Kita minta bantu kepada pak Gubernur untuk mengevakuasi masyarakat dan menyalurkan logistik,” kata Umar.

Umar mengatakan, banjir menyisakan banyak kerugian. Mulai dari tanggul jebol, lahan pertanian, perikanan, dan peternakan yang rusak. Berikut sekolah atau fasilitas umum lainnya.

“Kita sedang melakukan kajian cepat penghitungan kerugian yang diderita masyarakat, baik infrastruktur, perumahan, pertanian, perikanan, peternakan dan juga sekolah-sekolah ataupun dasilitas umum yang terkena banjir,” kata Umar saat menyerahkan bantuan pangan di dapur umum Posko Banjir Kelurahan Mekar Sentosa, Kecamatan Rambutan, Minggu (29/11).

Menurut Umar, infrastruktur jalan yang rusak antara lain drainase, jalan, bangunan gedung, tanggul, dan seterusnya. “Bencana banjir yang melanda Kota Tebingtinggi terjadi hampir di setiap penghujung tahun. Usulan Pemko Tebingtinggi kepada pemerintah pusat terkait penanggulangan banjir, ada yang belum ditindaklanjuti,” jelasnya.

Untuk itu, ia berharap usulan penanganan banjir di Tebingtinggi agar terus disuarakan untuk disegerakan, sehingga kota lemang itu tidak lagi kebanjiran tiap tahun.

Sampai saat ini belum ada laporan mengenai korban jiwa, karena sebelum banjir Pemko Tebingtinggi telah memprediksi bencana alam ini. Walikota juga mengatakan sudah meminta masyarakat agar menjauhi daerah sekitaran sungai sehingga korban jiwa bisa dihindari.

“Kita sudah mengimbau kepada masyarakat agar tidak berdiam di pinggiran sungai karena banjir sudah kita prediksi sejak jam delapan malam dan dini hari airnya naik. Sampai sekarang belum ada laporan korban jiwa,” pungkas Umar. (ian)

TEBINGTINGGI, SUMUTPOS.CO – Tiga hari wilayah hulu terus-menerus diguyur hujan, Sungai Padang yang membelah Kota Tebingtinggi pun meluap. Banjir merendam ribuan rumah warga dengan ketinggian satu meter, sejak tanggal 27-29 November 2020. Akibatnya, Kota Tebingtinggi lumpuh.

TINJAU: Gubsu Edy Rahmayadi naik perahu karet meninjau banjir yang menggenangi Kota Tebingtinggi, Sabtu (28/11/2020).
TINJAU: Gubsu Edy Rahmayadi naik perahu karet meninjau banjir yang menggenangi Kota Tebingtinggi, Sabtu (28/11/2020).

DATA terakhir dari juru bicara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tebingtinggi, Wahid Sitorus, hingga Minggu (29/11) banjir kiriman Sungai Padang telah menggenangi Kota Tebingtinggi selama tiga hari.

Lima kecamatan terdampak banjir meliputi Kecamatan Rambutan sebanyak 3.330 rumah (wilayah paling parah), Kecamatan Bajenis sebanyak 3.078 rumah.

Kecamatan Tebingtinggi Kota sebanyak 1.551 rumah, Kecamatan Padang Hulu sebanyak 262 rumah dan Kecamatan Padang Hilir sebanyak 147 rumah. Total 8.368 rumah warga yang terendam.

Dari lima kecamatan tersebut, berdasarkan data BPBD Tebingtinggi, warga terdampak banjir mencapai 25.297 jiwa.

“Banjir kiriman ini karena Sungai Padang meluap, tidak mampu menampung debit air yang tinggi. Banjir juga disebabkan ada tanggul yang pecah sepanjang 10 meter di wilayah Kelurahan Tanjung Marulak, Kecamatan Rambutan. Tanggul jebol akibat tingginya debit air,” kata dia, Minggu.

Pemko Tebingtinggi telah menyiapkan 60 titik posko dan dapur umum, dibagi di lima kecamatan yang ada di Kota Tebingtinggi. Setiap posko menyiapkan bantuan tim SAR, Tagana dan tenaga medis. Masyarakat bisa mendapatkan jatah nasi bungkus yang dipersiapkan di dapur umum melalui Dinas Sosial dibantu pihak kepolisian dan TNI. “Posko utama pengungsian dibuka di Kantor Wali Kota Tebingtinggi,” jelas Wahid.

Amatan Sumut Pos, banjir mulai menggenangi Kota Tebingtinggi sejak Jumat malam. Banjir sempat surut beberapa waktu. Namun karena di hulu sungai terjadi hujan deras, Sabtu pagi banjir kiriman semakin meluas dan melumpuhkan Kota Tebingtinggi. Warga tidak dapat beraktivitas apapun. Seluruh kegiatan ekonomi berhenti.

Banjir dengan kedalaman hampir satu meter sempat menggenangi Jalan Sudirman Kota Tebingtinggi, tepatnya depan RS Sri Pamela Medika Nusantara. Bahkan rumah sakit tersebut sempat terendam.

Dengan ketinggian banjir hampir satu meter, arus lalu lintas kendaraan, baik menuju Tebingtinggi, Pematangsiantar, dan Medan harus dialihkan ke Jalan Imam Bonjol Kota Tebingtinggi.

Pada Sabtu siang, banjir semakin meluas dan memasuki wilayah Jalan KL Yos Sudarso di Simpang Beo, Kota Tebingtinggi, dengan kedalaman hampir 80 centimeter.

Karena banjir menghalangi dua arah jalan, kendaraan banyak yang terjebak dan mesti meluncur pelan-pelan. Akibatnya, terjadi kemacetan panjang dari arah Medan menuju Kisaran dan Pematangsiantar.

Pada Sabtu (28/11) petang sekitar pukul 18.00 WIB, banjir semakin besar dan meluas hingga memasuki wilayah Kelurahan Lalang dan Rantu Laban. Air juga menggenangi sisi jalan sebelah kiri dengan kedalaman bervariasi, antara 50 cm hingga 70 cm.

Ratusan mobil dan truk yang datang dari arah Pematangsiantar dan Kisaran kembali terjebak di Jalan KL Yos Sudarso, hingga lalu lintas di jalan raya mengalami kemacaten panjang di dua arah.

Salahseorang warga Jalan Martimbang, Kecamatan Rambutan Kota Tebingtinggi, Rahmad, menuturkan siang itu dirinya masih berada di Kota Medan. Petang hari, ia mendapat kabar dari istrinya bahwa rumahnya sudah terendam banjir. Dia bergegas pulang menuju Kota Tebingtinggi

“Mendapat kabar dari istri, saya langsung menuju pulang. Tapi kondisi jalan macet, sehingga Kampung Pon Tebingtinggi harus ditempuh dengan waktu 8 jam. Macet pukul 18.00 WIB. Tiba di Tebingtinggi pukul 00.35 malam,” jelas Rahmad.

Menurutnya, tidak ada permasalahan ketika melintasi jalan tol. Namun pihak jalan tol mengeluarkan pengemudi di pintu tol Sei Rampah. Jelang Kampung Pon Kabupaten Sergai, jalan macet total. Alhasil, perjalanan Kampung Pon-Tebingtinggi harus ditempuh dalam tempo 8 jam.

Sumiati Saragih (48), warga Jalan Martimbang I, Kelurahan Lalang, Kota Tebingtinggi, mengatakan Sabtu (28/11) sore sekira pukul 18.00 WIB, dirinya sedang duduk santai depan rumah. Mendadak ia melihat air datang begitu cepat memasuki halaman rumah. Ia pun bergegas menyelamatkan surat-surat penting dan beberapa perabotan rumah.

“Seperti air bah datangnya air. Dalam hitungan menit, air sudah meninggi. Banyak perabotan rumah tangga yang tidak sempat diselamatkan, karena kami bergegas mengungsi. Banjir kali ini mirip banjir tahun 2001 akhir lalu. Datangnya air seperti gemuruh,” paparnya.

Lurah Lalang, Kecamatan Rambutan, Kota Tebingtinggi, Hadi Supeno, mengatakan banjir kali i i sangat luar biasa. Dalam hitungan menit, sebanyak 800 rumah warga terendam banjir kiriman dengan ketinggian hampir satu meter. Warga yang berjalan melewati banjir mesti ekstra hati-hati agar tidak terseret arus air yang cukup deras. “Kasihan saya melihat warga yang mengungsi. Akses jalan pun susah dimasuki,” bilang Peno.

Peno pun langsung berkordinasi dengan Camat Rambutan untuk mendirikan posko di tiga tempat. Di posko, warga akan mendapatkan makanan dan pengobatan kesehatan secara gratis.

Hingga berita ini diturunkan, Minggu (29/11) sore, kondisi air sudah surut. Jalan lintas Sumatera sudah bisa dilalui kendaraan, baik sepeda motor maupun mobil. Pada Minggu malam, diharapkan tidak ada lagi genangan air di rumah warga.

Gubsu Tinjau Banjir

Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi langsung turun ke lapangan meninjau banjir Kota Tebingtinggi, Sabtu (28/11). Gubsu Edy dan rombongan dari Pemprov Sumut serta Wali Kota Tebingtinggi, Umar Zunaidi Hasibuan, meninjau kondisi banjir yang merendam lima kecamatan.

Kunjungan pertama dilakukan di pemukiman warga di Jalan KF Tandean dekat Pasar Sakti Kota Tebingtinggi. Di sana. tim Gubsu membagikan masker kepada masyarakat terdampak banjir Sungai Padang. Selanjutnya rombongan beralih ke Jalan Anturmangan Kota Tebingtinggi.

Salahsatu kelurahan di Kecamatan Rambutan yang paling parah terendam banjir adalah Kelurahan Marulak. Tanggul Sungai Padang di kelurahan ini mengalami kerusakan yang mengakibatkan volume air pada kawasan ini mencapai kurang lebih 1,5 meter.

“Setelah kami tinjau tanggulnya tadi ada yang rusak, kurang lebih 50 meter. Itu yang menyebabkan di daerah ini volume air cukup tinggi, merendam beberapa rumah di sini. Setelah ini surut kita akan perbaiki dan mengevaluasi bersama BWS dan Pemko Tebing Tinggi untuk normalisasi, karena tampaknya kedalaman sungai sudah berkurang,” tambah Edy Rahmayadi.

Melihat banyaknya korban banjir, Edy Rahmayadi meminta penanganan dilakukan secara cepat terutama masalah logistik, khususnya makanan dan obat-obatan. Setelah itu akan membantu masalah penyelesaian banjir Tebing Tinggi.

“Kita akan segera memberikan bantuan karena ini rakyat saya. Dalam waktu singkat harus ada posko untuk menyalurkan logistik kepada masyarakat, karena saat ini masyarakat sulit beraktivitas. Perut ini dulu untuk rakyat, yang kedua obat-obatan karena ketika banjir rawan penyebaran penyakit dan yang ketiga kita perlu membagikan masker kepada masyarakat untuk mengantisipasi Covid-19,” ujarnya.

Edy Rahmayadi berpesan kepada masyarakat untuk waspada karena curah hujan di Sumut saat ini cukup tinggi. Masyarakat diminta mengikuti anjuran pemerintah, agar banjir kali ini lebih cepat surut sehingga penanganan untuk Sungai Padang bisa cepat dilakukan.

“Waspadai alam. Satu bulan yang lalu saya sudah sampaikan kondisi alam kita saat ini kurang bersahabat. Tetapi kalau kita taati instruksi dari walikota dan Kapolres/TNI pasti aman,” tambah Edy Rahmayadi.

Edy juga mengajak seluruh masyarakat korban banjir untuk selalu menaati protokol kesehatan penanganan Covid-19. “Selalu memakai masker dan menjaga jarak serta mencuci tangan,” bilangnya.

Saat ini telah didirikan 56 posko banjir yang tersebar di Kota Tebing Tinggi, namun Walikota Tebingtinggi, Umar Zunaidi Hasibuan, merasa jumlah posko masih harus ditambah. Selain itu, Umar juga berharap mendapat tambahan perahu karet untuk mempercepat evakuasi masyarakat dan juga penyaluran logistik.

“Sekarang ada 56 posko, sekarang kita masih meminta bantuan untuk tenda-tenda pleton untuk mendirikan posko. Perahu kita yang kecil juga tidak banyak. Kita minta bantu kepada pak Gubernur untuk mengevakuasi masyarakat dan menyalurkan logistik,” kata Umar.

Umar mengatakan, banjir menyisakan banyak kerugian. Mulai dari tanggul jebol, lahan pertanian, perikanan, dan peternakan yang rusak. Berikut sekolah atau fasilitas umum lainnya.

“Kita sedang melakukan kajian cepat penghitungan kerugian yang diderita masyarakat, baik infrastruktur, perumahan, pertanian, perikanan, peternakan dan juga sekolah-sekolah ataupun dasilitas umum yang terkena banjir,” kata Umar saat menyerahkan bantuan pangan di dapur umum Posko Banjir Kelurahan Mekar Sentosa, Kecamatan Rambutan, Minggu (29/11).

Menurut Umar, infrastruktur jalan yang rusak antara lain drainase, jalan, bangunan gedung, tanggul, dan seterusnya. “Bencana banjir yang melanda Kota Tebingtinggi terjadi hampir di setiap penghujung tahun. Usulan Pemko Tebingtinggi kepada pemerintah pusat terkait penanggulangan banjir, ada yang belum ditindaklanjuti,” jelasnya.

Untuk itu, ia berharap usulan penanganan banjir di Tebingtinggi agar terus disuarakan untuk disegerakan, sehingga kota lemang itu tidak lagi kebanjiran tiap tahun.

Sampai saat ini belum ada laporan mengenai korban jiwa, karena sebelum banjir Pemko Tebingtinggi telah memprediksi bencana alam ini. Walikota juga mengatakan sudah meminta masyarakat agar menjauhi daerah sekitaran sungai sehingga korban jiwa bisa dihindari.

“Kita sudah mengimbau kepada masyarakat agar tidak berdiam di pinggiran sungai karena banjir sudah kita prediksi sejak jam delapan malam dan dini hari airnya naik. Sampai sekarang belum ada laporan korban jiwa,” pungkas Umar. (ian)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/