29 C
Medan
Thursday, November 21, 2024
spot_img

Sumut Kekurangan Pemandu Wisata

MEDAN- Sebagai salah satu daerah yang memiliki kawasan wisata yang indah, Sumatera Utara masih kekurangan tour guide atau pemandu wisata. Padahal, di masa-masa liburan sekolah, kawasan wisata Sumut selalu mengalami kenaikan hingga 50 persen.

“Kita kekurangan sekitar 30 hingga 40 pemandu wisata, padahal bekerja dibidang ini sangat menyenangkan,” ujar Kepada Dinas Pariwisata Sumut, Naruddin Dalimunthe dalam acara Pembinaan/Pelatihan Tour Guide di Sumatera Utara di Hotel Soechi Medan (16/7) lalu. Diharapkan dengan penyelenggaraan acara ini akan menghasilkan tenaga muda pemandu wisata. “Dengan acara pembinaan ini diharapkan dapat menciptakan pemandu wisata baru,” lanjutnya.
Apalagi memasuki musim liburan, maka kebutuhan akan pemandu wisata akan meningkat sekitar 20 persen. Terutama ke kawasan wisata daerah, seperti Danau Toba, Brastagi, Bukit Lawang, dan lainnya. “Menurut data HPI (Himpunan Pemandu wisata Indonesia), saat ini kita hanya memiliki 195 pemandu wisata yang aktif. Baik yang freelance maupun yang telah tetap,” ungkap Naruddin.

Ditambahkannya, menjadi seorang pemandu wisata, bukanlah menjadi hal yang sulit. Tetapi, bukan pula hal mudah. Selain harus menguasai bahasa internasional (Inggris), seorang guide tour juga harus memiliki kepribadian yang ramah, dan santun dalam bertutur kata. Selain itu, seorang pemandu harus memiliki pengetahuan budaya terkait wisatawan yang akan dipandunya. “Selain bahasa, sopan santun, dan pengetahuan budaya sangat penting untuk dikuasai. Karena mereka merupakan unjung tombak Sumut dan Indonesia itu sendiri,” tambahnya.

Menjadi pemandu wisata akan memberikan penghasilan yang memadai. Karena pada umumnya, pemandu wisata ini akan dibayar secara profesional. Walaupun dia masih baru. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu anggota HPI Sumut yang juga pemandu wisata freelance di berbagai agen perjalanan di Medan, Aisyah. “Perharinya kita dibayar minimal Rp200 ribu. Jadi, sebulan kita mengantongi minimal Rp3 juta,” ujar Aisyah. Harga tersebut untuk perjalanan dalam kota, sedangkan untuk di daerah perkotaan akan ada penambahan lagi. (ram)

MEDAN- Sebagai salah satu daerah yang memiliki kawasan wisata yang indah, Sumatera Utara masih kekurangan tour guide atau pemandu wisata. Padahal, di masa-masa liburan sekolah, kawasan wisata Sumut selalu mengalami kenaikan hingga 50 persen.

“Kita kekurangan sekitar 30 hingga 40 pemandu wisata, padahal bekerja dibidang ini sangat menyenangkan,” ujar Kepada Dinas Pariwisata Sumut, Naruddin Dalimunthe dalam acara Pembinaan/Pelatihan Tour Guide di Sumatera Utara di Hotel Soechi Medan (16/7) lalu. Diharapkan dengan penyelenggaraan acara ini akan menghasilkan tenaga muda pemandu wisata. “Dengan acara pembinaan ini diharapkan dapat menciptakan pemandu wisata baru,” lanjutnya.
Apalagi memasuki musim liburan, maka kebutuhan akan pemandu wisata akan meningkat sekitar 20 persen. Terutama ke kawasan wisata daerah, seperti Danau Toba, Brastagi, Bukit Lawang, dan lainnya. “Menurut data HPI (Himpunan Pemandu wisata Indonesia), saat ini kita hanya memiliki 195 pemandu wisata yang aktif. Baik yang freelance maupun yang telah tetap,” ungkap Naruddin.

Ditambahkannya, menjadi seorang pemandu wisata, bukanlah menjadi hal yang sulit. Tetapi, bukan pula hal mudah. Selain harus menguasai bahasa internasional (Inggris), seorang guide tour juga harus memiliki kepribadian yang ramah, dan santun dalam bertutur kata. Selain itu, seorang pemandu harus memiliki pengetahuan budaya terkait wisatawan yang akan dipandunya. “Selain bahasa, sopan santun, dan pengetahuan budaya sangat penting untuk dikuasai. Karena mereka merupakan unjung tombak Sumut dan Indonesia itu sendiri,” tambahnya.

Menjadi pemandu wisata akan memberikan penghasilan yang memadai. Karena pada umumnya, pemandu wisata ini akan dibayar secara profesional. Walaupun dia masih baru. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu anggota HPI Sumut yang juga pemandu wisata freelance di berbagai agen perjalanan di Medan, Aisyah. “Perharinya kita dibayar minimal Rp200 ribu. Jadi, sebulan kita mengantongi minimal Rp3 juta,” ujar Aisyah. Harga tersebut untuk perjalanan dalam kota, sedangkan untuk di daerah perkotaan akan ada penambahan lagi. (ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/