Pedas. Rasa inilah yang kini diusung tiga cabang Warung Nenek di Kota Medan. Bahkan hampir semua makanan yang disajikan Warung Nenek semuanya ekstra pedas. Inipulalah yang melatarbelakangi Warung Nenek disebut dengan masakan rasa mercon.
Manager Warung Nenek, Ruli mengatakan, salah satu menu yang mereka sajikan dengan rasa pedas adalah Omseng Mercon Daging Sapi (OMDS). “Itu jika menggunakan daging sapi, kalau menggunakan ayam atau kambing, ya singkatannya berubah jadi OMDA dan OMDK,” jelasnya, Jumat (25/2).
Sesuai namanya, menu ini dimasak dengan cara omseng (digoreng tanpa minyak). Sebelum diomseng, dagingnya terlebih dahulu direbus dengan menggunakan kaldu. “Proses perebusan daging ini memakan waktu cukup lama, namun, tergantung banyaknya jumlah daging yang direbus. Yang pasti daging tersebut direbus hingga lembut,” terang Ruli.
Setelah perebusan tersebut, barulah daging yang sudah lembut diomseng bersama bahan-bahan yang sudah disediakan. Seperti paprika merah dan hijau, brokoli dan bawang bombay. Tentunya, dari bahan pendukung ini pedasnya sudah terasa. “Ditambah lagi, campuran kuah kaldu dengan sambal terasi. Membayangkannya saja sudah nelan ludah dan keringatan, apalagi memakannya nanti,” tutur Ruli sambil tertawa.
Ternyata, paduan sambal terasi dan bahan yang mengandung unsur pedas tadi, masih harus ditambah lagi dengan merica. Jadi, pedas di mulut, pedas di tenggorokan dan perut. “Pedasnya kemana-mana,” kata Ruli sambil berbahasa tubuh menunjukkan jalur pedas dari mulut hingga ke perut tadi.
Namun, menurutnya, selain menonjolkan rasa pedas pada menu ini, juga ditonjolkan rasa gurih dan lemak yang tersaji dari kuah kaldunya. “Namun, kuah kaldu di sini bukan sebagai pembasah, tapi untuk melarutkan sambal terasi tadi. Jadi sebenarnya menu ini adalah menu kering,” ujar Ruli. Melihat per porsinya, satu piring OMDS ini sudah membuat 1 orang dewasa sangat kenyang. Karena daging yang disuguhkan terlihat sangat banyak. Belum lagi sayuran yang tercampur di dalamnya. “Tanpa nasi, menu ini sudah sangat mengenyangkan,” kata Ruli.
Di Warung Nenek, per porsi OMDS, OMDA atau OMDK dibanderol Rp17 ribu saja. Pokoknya, menu yang satu ini tak buat eneg, karena pedasnya yang luar biasa. Dengan jenis yang sama, Warung Nenek juga menyediakan Tongseng Daging Sapi, Ayam atau Kambing. Cara masaknya sama, hanya saja yang jenis Tongseng ini lebih berkuah, dan pedasnya lebih ringan.
“Sayurannya juga berbeda dengan OMDS, OMDA atau OMDK. Di Tongseng ini kita hanya menggunakan bunga kol dan sawi manis. Dan lebih menonjolkan rasa pedas merica,” ungkap Ruli.
Saat ini ada 3 cabang Warung Nenek di Medan yakni Jalan Ringroad Medan, Jalan Sei Batang Hari dan Jalan Pattimura Medan. (saz)
—
Es Sarang Burung
Selain makanan, Warung Nenek juga menyediakan aneka minuman. Salah satu diantaranya adalah Es Sarang Burung yang bentuknya mirip dengan sarang burung asli.
Pasalnya, paduan berbagai komposisi makanan yang ada di mangkuk sajian memperlihatkan sebuah sarang dengan rumbai-rumbai rerumputan dan ada telurnya. Pokoknya menggemaskan, kalau sudah di pesan, rasanya sayang untuk dimakan.
Es Sarang Burung ini memang disediakan untuk memenuhi permintaan menu makanan usia anak-anak. Sesuai dengan motto Warung Nenek, ‘Semua Ada,’ tentunya pihak manajemen berusaha memenuhi selera masyarakat di tiap jenjang usia.
Komposisi yang terdapat dalam 1 porsi Es Sarang Burung ini adalah agar-agar, jagung, nata de coco dan buah kelengkeng. Sedangkan untuk kuahnya merupakan perpaduan susu dan sirup.
Manager Warung Nenek Ruli menjelaskan, minuman yang satu ini memang cocok untuk usia anak-anak. Namun, tentunya tak menutup kemungkinan pula bisa dinikmati orang dewasa. “Menurut saya, minuman yang satu ini selain sangat segar, juga memiliki khasiat untuk panas dalam. Ini terlihat dari komposisi minuman yang terdapat di dalamnya buah-buahan dan agar-agar,” jelasnya.
Selain itu, lanjutnya, kuah es tersebut juga berkomposisi susu yang notabene diketahui sangat baik untuk pertumbuhan tulang dan gigi.
“Per porsi Es Sarang Burung ini kami banderol hanya dengan harga Rp10 ribu,” ujarnya. (saz)
Es Sarang Burung ini bisa dibuat sedemikian rupa agar mirip dengan sarang burung. Untuk membuat sarangnya adalah dengan menyerut agar-agar yang dibuat lebih keras dari biasanya. “Jadi begitu diserut, agar-agarnya tak mudah putus. Dan kenapa kami tak menggunakan rumput laut, karena agar-agar memiliki kontur yang lebih lembut,” jelas Ruli.
Sedang untuk membuat telurnya, sambung Ruli, yakni dengan mengupas daging buah kelengkeng dengan hati-hati. Jadi bijinya dikeluarkan tanpa harus merusak daging luarnya. “Dan ini akan sangat menyerupai sebuah telur di Es Sarang Burung ini,” tuturnya. (saz)