26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Genjot Wisatawan, Aceh Geber Promosi di Bali dan Kota Serumpun

Tim Pengembangan Pendidikan Promosi Pariwisata dan Kebudayaan Nusantara Nangro Aceh Darussalam menggelar talshow interaktif dengan tema “Masa Lalu adalah Aset Masa Depan” di Gedung Sapta Pesona Kemenpar RI, 20 Juli 2017.

YOGYA, SUMUTPOS.CO – Tim Pengembangan Pendidikan Promosi Pariwisata dan Kebudayaan Nusantara (P3PKN) provinsi Nangro Aceh Darussalam terus bergerak cepat. Usai melaksanakan Pagelaran Seni dengan judul Tun Sri Lanang Sejarah Perekat Dua Bangsa, 20 Juli 2017 di Gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata RI Balairung Soesila Soedarman, tim ini langsung merancang agenda promosi lanjutan.

Ketua Panitia Pagelaran Seni yang sekaligus Ketua P3PKN Ridwan MD menegaskan pihaknya telah mempersiapkan kegiatan Promosi Pariwisata dan Kebudayaan Aceh di Bali dengan judul Pesona Aceh di Bali 2018. “Promosi ini akan digelar selama tiga hari di bulan April 2018 di Discovery Mall Bali,” tegas Ridwan MD, Senin (31/7) di Yogya.

Ridwan memaparkan, pada kegiatan promosi di Bali tersebut akan digelar Pameran Potensi Aceh, Kuliner Aceh, Pentas Seni Budaya Aceh, Lomba dan Workshop Batik Motif Aceh serta Talkshow Sejarah Aceh.

Semua ini menindaklanjuti masukan-masukan saat acara di Gedung Sapta Pesona, 20/7, lalu. Sebelum pentas monolog teatrikal, berlangsung talkshow interaktif dengan tema “Masa Lalu adalah Aset Masa Depan”. Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuty M.Si dalam sambutannya saat membuka talkshow  mengharapkan event promosi wisata dan kebudayaan Aceh bisa dilaksanakan di luar daerah Aceh. seperti Bali, Jogja, Lombok hingga ke mancanegara.

Promosi Pesona Aceh di Bali 2018, menurut Ridwan, merupakan langkah aktif P3PKN yang sejalan dengan masukan Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara tersebut. Oleh karena itu, diharapkan seluruh Kabupaten/Kota di Aceh yang berjumlah 23 dapat berperan aktif dalam kegiatan promosi ini.

Selain itu, P3PKN juga menyiapkan road show pagelaran seni dan sejarah Aceh di beberapa kota rumpun Melayu dan kota dengan karakteristik yang sama dengan Aceh. Kota-kota tersebut adalah Pontianak, Riau, Padang  dan Lombok. Roadshow ini dimulai pada bulan Februari 2018.

Sejarah Aceh yang dikemas dalam monolog teatrikal seperti yang dimainkan di Gedung Sapta Pesona Kemenpar dimainkan oleh Sanggar Rampoe UGM dan Gita Seurune. Judul “Tun Sri Lanang Sejarah Perekat Dua Bangsa” diambil karena peran penting Tun Sri Lanang dalam sejarah Aceh.

Tun Sri Lanang adalah salah satu raja di Aceh tepatnya di Samalanga, Bireun pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda yang berasal dari Pahang,  Malaysia. Pada tahun 1613  setelah Sultan Iskandar Muda merebut Malaka dari Portugis, seluruh bangsawan Pahang  dan rakyatnya dibawa ke Samalanga, Aceh.

Sejarah Aceh dikemas dalam monolog teatrikal di Gedung Sapta Pesona Kemenpar oleh Sanggar Rampoe UGM dan Gita Seurune. Judul “Tun Sri Lanang Sejarah Perekat Dua Bangsa”.

Tun Sri Lanang selain seorang pujangga, budayawan juga negarawan. Dia memiliki karya berupa kitab Salalatuss Salatin. Sultan Iskandar Muda mengangkat dia sebagai Raja Kerajaan Samalanga Pertama setelah mengalami berbagai proses.

Sampai saat ini bukti sejarah peninggalan  Tun Sri Lanang masih ada di Samalanga berupa Istana (Rumoh Krueng), makam, peninggalan benda-benda seperti Siwah dan benda sejarah lainnya masih berdiri dan tersimpan dengan baik. Peninggalan sejarah itu dirawat oleh keturunan Tun Sri Lanang yang ke-8 yaitu Dato’ Hj. Pocut Haslinda Syahrul.

Saat pegelaran di Balairung Soesilo Soedarman,  acara dibuka oleh Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Dra. Esthy Reko Astuti, M.Si. Saat itu turut hadir Ketua Komisi X DPR RI T. Riefky Harsya , Wakil Gubernur Aceh Ir. Nova Iriansyah, MT serta Keluarga Keturunan Tun Sri Lanang.

Sedangkan tamu undangan yang hadir antara lain Forum Silaturrahmi Keraton Se-Nusantara (FSKN), Perhimpunan Masyarakat Aceh-Jakarta, Pelajar dan Mahasiswa di Jakarta, Duta Besar Turki, dan masyarakat umum lainnya.

Sebelum pementasan Monolog Teaterikal digelar disajikan Talkshow Sejarah Aceh dengan tema Masa Lalu adalah Aset Masa Depan dengan Narasumber Muhammad Nazar, S.Ag (Wakil Gubernur 2007-2012), AB Sadewa ( Panorama Tour & Travel) dan Dato’ Hj. Pocut Haslinda Syahrul (Keturunan Tun Sri Lanang ke-8).

Kesimpulan dari Talkshow tersebut Aceh memiliki kekayaan potensi wisata  baik itu kebudayaan, alam, situs dan peninggalan sejarah, wisata religi, kuliner yang dapat menjadi aset industri pariwisata sebagai salah satu pilar ekonomi.

Untuk itu Pemerintah Daerah dapat menjalin kerjasama dengan Pemerintah Pusat, Stakeholder dan seluruh komponen masyarakat bisa bersinergi untuk membangun daerah melalui pariwisata dengan memanfaatkan aset-aset yang ada.

Menpar Arief Yahya sering mengibaratkan menjaring ikan di kolam yang penuh ikan. Berpromosilah di tempat yang di situ sudah banyak wisatawannya. “Mereka sudah pasti bisa menjaring wisatawan, travellers, hobi jalan-jalan, di destinasi itu. Jauh lebih efektif, daripada memancing di tengah lautan luas,” kata Arief Yahya.

Itulah, mengapa Wonderful Indonesia juga berpromosi di Singapore! “Ada 3,5 juta Singaporean, 1,5 ekspatriat yang tinggal di Singapore, dan 15.5 juta wisman setahun di negara tetangga itu. Maka berpromosi di Singapore, berpotensi mendapatkan wisatawan yang tidak hanya orang Singapore, tapi juga ekspatriat dan wisman di sana,” kata Arief Yahya. (rel)

Tim Pengembangan Pendidikan Promosi Pariwisata dan Kebudayaan Nusantara Nangro Aceh Darussalam menggelar talshow interaktif dengan tema “Masa Lalu adalah Aset Masa Depan” di Gedung Sapta Pesona Kemenpar RI, 20 Juli 2017.

YOGYA, SUMUTPOS.CO – Tim Pengembangan Pendidikan Promosi Pariwisata dan Kebudayaan Nusantara (P3PKN) provinsi Nangro Aceh Darussalam terus bergerak cepat. Usai melaksanakan Pagelaran Seni dengan judul Tun Sri Lanang Sejarah Perekat Dua Bangsa, 20 Juli 2017 di Gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata RI Balairung Soesila Soedarman, tim ini langsung merancang agenda promosi lanjutan.

Ketua Panitia Pagelaran Seni yang sekaligus Ketua P3PKN Ridwan MD menegaskan pihaknya telah mempersiapkan kegiatan Promosi Pariwisata dan Kebudayaan Aceh di Bali dengan judul Pesona Aceh di Bali 2018. “Promosi ini akan digelar selama tiga hari di bulan April 2018 di Discovery Mall Bali,” tegas Ridwan MD, Senin (31/7) di Yogya.

Ridwan memaparkan, pada kegiatan promosi di Bali tersebut akan digelar Pameran Potensi Aceh, Kuliner Aceh, Pentas Seni Budaya Aceh, Lomba dan Workshop Batik Motif Aceh serta Talkshow Sejarah Aceh.

Semua ini menindaklanjuti masukan-masukan saat acara di Gedung Sapta Pesona, 20/7, lalu. Sebelum pentas monolog teatrikal, berlangsung talkshow interaktif dengan tema “Masa Lalu adalah Aset Masa Depan”. Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuty M.Si dalam sambutannya saat membuka talkshow  mengharapkan event promosi wisata dan kebudayaan Aceh bisa dilaksanakan di luar daerah Aceh. seperti Bali, Jogja, Lombok hingga ke mancanegara.

Promosi Pesona Aceh di Bali 2018, menurut Ridwan, merupakan langkah aktif P3PKN yang sejalan dengan masukan Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara tersebut. Oleh karena itu, diharapkan seluruh Kabupaten/Kota di Aceh yang berjumlah 23 dapat berperan aktif dalam kegiatan promosi ini.

Selain itu, P3PKN juga menyiapkan road show pagelaran seni dan sejarah Aceh di beberapa kota rumpun Melayu dan kota dengan karakteristik yang sama dengan Aceh. Kota-kota tersebut adalah Pontianak, Riau, Padang  dan Lombok. Roadshow ini dimulai pada bulan Februari 2018.

Sejarah Aceh yang dikemas dalam monolog teatrikal seperti yang dimainkan di Gedung Sapta Pesona Kemenpar dimainkan oleh Sanggar Rampoe UGM dan Gita Seurune. Judul “Tun Sri Lanang Sejarah Perekat Dua Bangsa” diambil karena peran penting Tun Sri Lanang dalam sejarah Aceh.

Tun Sri Lanang adalah salah satu raja di Aceh tepatnya di Samalanga, Bireun pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda yang berasal dari Pahang,  Malaysia. Pada tahun 1613  setelah Sultan Iskandar Muda merebut Malaka dari Portugis, seluruh bangsawan Pahang  dan rakyatnya dibawa ke Samalanga, Aceh.

Sejarah Aceh dikemas dalam monolog teatrikal di Gedung Sapta Pesona Kemenpar oleh Sanggar Rampoe UGM dan Gita Seurune. Judul “Tun Sri Lanang Sejarah Perekat Dua Bangsa”.

Tun Sri Lanang selain seorang pujangga, budayawan juga negarawan. Dia memiliki karya berupa kitab Salalatuss Salatin. Sultan Iskandar Muda mengangkat dia sebagai Raja Kerajaan Samalanga Pertama setelah mengalami berbagai proses.

Sampai saat ini bukti sejarah peninggalan  Tun Sri Lanang masih ada di Samalanga berupa Istana (Rumoh Krueng), makam, peninggalan benda-benda seperti Siwah dan benda sejarah lainnya masih berdiri dan tersimpan dengan baik. Peninggalan sejarah itu dirawat oleh keturunan Tun Sri Lanang yang ke-8 yaitu Dato’ Hj. Pocut Haslinda Syahrul.

Saat pegelaran di Balairung Soesilo Soedarman,  acara dibuka oleh Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Dra. Esthy Reko Astuti, M.Si. Saat itu turut hadir Ketua Komisi X DPR RI T. Riefky Harsya , Wakil Gubernur Aceh Ir. Nova Iriansyah, MT serta Keluarga Keturunan Tun Sri Lanang.

Sedangkan tamu undangan yang hadir antara lain Forum Silaturrahmi Keraton Se-Nusantara (FSKN), Perhimpunan Masyarakat Aceh-Jakarta, Pelajar dan Mahasiswa di Jakarta, Duta Besar Turki, dan masyarakat umum lainnya.

Sebelum pementasan Monolog Teaterikal digelar disajikan Talkshow Sejarah Aceh dengan tema Masa Lalu adalah Aset Masa Depan dengan Narasumber Muhammad Nazar, S.Ag (Wakil Gubernur 2007-2012), AB Sadewa ( Panorama Tour & Travel) dan Dato’ Hj. Pocut Haslinda Syahrul (Keturunan Tun Sri Lanang ke-8).

Kesimpulan dari Talkshow tersebut Aceh memiliki kekayaan potensi wisata  baik itu kebudayaan, alam, situs dan peninggalan sejarah, wisata religi, kuliner yang dapat menjadi aset industri pariwisata sebagai salah satu pilar ekonomi.

Untuk itu Pemerintah Daerah dapat menjalin kerjasama dengan Pemerintah Pusat, Stakeholder dan seluruh komponen masyarakat bisa bersinergi untuk membangun daerah melalui pariwisata dengan memanfaatkan aset-aset yang ada.

Menpar Arief Yahya sering mengibaratkan menjaring ikan di kolam yang penuh ikan. Berpromosilah di tempat yang di situ sudah banyak wisatawannya. “Mereka sudah pasti bisa menjaring wisatawan, travellers, hobi jalan-jalan, di destinasi itu. Jauh lebih efektif, daripada memancing di tengah lautan luas,” kata Arief Yahya.

Itulah, mengapa Wonderful Indonesia juga berpromosi di Singapore! “Ada 3,5 juta Singaporean, 1,5 ekspatriat yang tinggal di Singapore, dan 15.5 juta wisman setahun di negara tetangga itu. Maka berpromosi di Singapore, berpotensi mendapatkan wisatawan yang tidak hanya orang Singapore, tapi juga ekspatriat dan wisman di sana,” kata Arief Yahya. (rel)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/