25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Kemenpar Dorong Sentra Kuliner Peduli Label Family Friendly dan Kebersihan

Kemenpar mendorong sentra-sentra kuliner yang menjadi destinasi wisata bisa memasang label Family Friendly pada jajanan yang dijual.

SEMARANG, SUMUTPOS.CO – Tim Percepatan Belanja dan Kuliner Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mendorong sentra-sentra kuliner yang menjadi destinasi wisata bisa memasang label Family Friendly pada jajanan yang dijual. Tujuannya agar sentra kuliner berlabel halal atau yang kini dikenal pula dengan istilah family friendly bisa memikat lebih banyak wisatawan.

Anggota Tim Percepatan Belanja dan Kuliner Kemenpar Tendi Naim mengatakan, menyediakan makanan Family Friendly bukan hanya demi memenuhi kebutuhan warga muslim. Sebab, mengonsumsi makanan sehat itu justru menjadi gaya hidup termasuk wisatawan mancanegara (wisman) yang notabene non-muslim. “Seperti di Jepang, makanan family friendly sudah menjadi lifestyle,” ujarnya.

Tendi Naim, kreatir Restoran Bumbu Desa itu lantas mencontohkan Pasar Semawis di Semarang, Jawa Tengah. Pasar malam di kawasan pecinan Semarang itu dikenal menyajikan berbagai jajanan enak. Menpar Arief Yahya juga mengakui, kuliner Joglosemar –Jogja, Solo, Semarang itu beragam, kaya rasa dan punya karakter khas.

Menpar Arief mengingatkan, sebaiknya meskipun restoran itu sudah pasti family friendly, sertifikat itu tetap penting. Bagi wisatawan, label itu sangat penting.

Menurut Tendi, andai penjaja makanan di Pasar Semawis memajang label halal dalam ukuran besar agar mudah terlihat, maka pengunjung pun akan semakin yakin untuk membeli hidangan yang dijajakan.

“Hanya untuk memantapkan pengunjung ketika memilih tempat makan saja. Pengalaman saat di Pasar Semawis, saya bingung mau makan apa, karena tidak ada warung yang memasang label Family Friendly. Padahal saya pengin jajan di sana,” terang Tendi yang satu tim dengan Ketua Tim Vita Datau Messakh itu.

Hal lain yang juga patut diperhatikan di sentra kuliner adalah kebersihan. Menurutnya, pusat kuliner sangat rawan menjadi kumuh, terutama soal air.

“Jangan ada lagi ember buat mencuci piring. Semua harus sudah higienis, dengan instalasi air bersih yang baik,” ucapnya.

Kemenpar mendorong sentra-sentra kuliner yang menjadi destinasi wisata bisa memasang label Family Friendly pada jajanan yang dijual.

SEMARANG, SUMUTPOS.CO – Tim Percepatan Belanja dan Kuliner Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mendorong sentra-sentra kuliner yang menjadi destinasi wisata bisa memasang label Family Friendly pada jajanan yang dijual. Tujuannya agar sentra kuliner berlabel halal atau yang kini dikenal pula dengan istilah family friendly bisa memikat lebih banyak wisatawan.

Anggota Tim Percepatan Belanja dan Kuliner Kemenpar Tendi Naim mengatakan, menyediakan makanan Family Friendly bukan hanya demi memenuhi kebutuhan warga muslim. Sebab, mengonsumsi makanan sehat itu justru menjadi gaya hidup termasuk wisatawan mancanegara (wisman) yang notabene non-muslim. “Seperti di Jepang, makanan family friendly sudah menjadi lifestyle,” ujarnya.

Tendi Naim, kreatir Restoran Bumbu Desa itu lantas mencontohkan Pasar Semawis di Semarang, Jawa Tengah. Pasar malam di kawasan pecinan Semarang itu dikenal menyajikan berbagai jajanan enak. Menpar Arief Yahya juga mengakui, kuliner Joglosemar –Jogja, Solo, Semarang itu beragam, kaya rasa dan punya karakter khas.

Menpar Arief mengingatkan, sebaiknya meskipun restoran itu sudah pasti family friendly, sertifikat itu tetap penting. Bagi wisatawan, label itu sangat penting.

Menurut Tendi, andai penjaja makanan di Pasar Semawis memajang label halal dalam ukuran besar agar mudah terlihat, maka pengunjung pun akan semakin yakin untuk membeli hidangan yang dijajakan.

“Hanya untuk memantapkan pengunjung ketika memilih tempat makan saja. Pengalaman saat di Pasar Semawis, saya bingung mau makan apa, karena tidak ada warung yang memasang label Family Friendly. Padahal saya pengin jajan di sana,” terang Tendi yang satu tim dengan Ketua Tim Vita Datau Messakh itu.

Hal lain yang juga patut diperhatikan di sentra kuliner adalah kebersihan. Menurutnya, pusat kuliner sangat rawan menjadi kumuh, terutama soal air.

“Jangan ada lagi ember buat mencuci piring. Semua harus sudah higienis, dengan instalasi air bersih yang baik,” ucapnya.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/