30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Di Final Kompetisi Violin Nasional, Kemenpar Ajak #VoteVideoIndonesia

Event bergengsi nasional “The 3rd Semarang Open Violin Competition” digelar selama dua hari (2-3/9/2017) di Semarang. Staf Khusus Bidang Komunikasi Kementerian Pariwisata RI Don Kardono (baju batik), mengajak ratusan audience di Hotel Dafam, Jl Imam Bonjol Semarang itu untuk ngevote di #VoteVideoIndonesia.

SEMARANG, SUMUTPOS.CO – Event bergengsi nasional “The 3rd Semarang Open Violin Competition” yang digelar dua hari (2-3/9/2017) di Semarang, betul-betul heboh. Bukan hanya karena musik klasik yang semakin digemari oleh masyarakat Indonesia, tetapi di ajang kompetisi bermain biola itu Kemenpar sekaligus mensosialisasikan #VoteVideoIndonesia.

Staf Khusus Bidang Komunikasi Kementerian Pariwisata RI Don Kardono, yang diberi kesempatan memberikan sambutan, langsung mengajak ratusan audience di Hotel Dafam, Jl Imam Bonjol Semarang itu untuk ngevote. Video pendek tutorial pun diputar, di dua screen sayap kiri dan kanan, bagaimana cara masuk ke pemungutan suara itu.

“Silakan buka smartphone, off kan wifi, gunakan paket data sendiri, untuk nge-vote. Karena 1 IP Address 1 Vote, 1 HP 1 suara, 1 email 1 angka. Silakan masuk di indonesia.travel/vote4id, lalu masukkan nama, email, dan pilih video wonderful Indonesia! Terakhir di submit!” ajak Don Kardono.

Ayah, ibu, kakek, nenek, paman, bibi, kakak, adik peserta violin itu pun memperhatikan dengan serius. “Terima kasih, Salam Pesona Indonesia!” sebut Don.

Seperti diketahui, kompetisi musik klasik ketiga kalinya ini telah menjadi magnet baru wisata kota Semarang. Buktinya, dari jumlah peserta yang ikut 90 persen berasal dari luar kota. Jakarta, Surabaya, Bandung, Kepri, Jogja, dan lainnya.

Selain itu juga menjadi hiburan bagi ekspatriat yang hobi musik klasik di kota Lunpia. Even-even semacam itu telah menyatu dengan salah satu strategi Kemenpar dalam menjaring wisatawan dari Eropa dan Amerika.

“Tahun ini ada peningkatan wisman Eropa dan Amerika naik tajam. Mereka adalah penikmat klasik. Kita juga punya banyak Kota Lama, yang bergaya arsitektur Belanda. Musik klasik akan menemukan atmosfernya,” katanya saat memberi sambutan penutupan acara ini di hotel Dafam Semarang, Minggu (3/9/2017).

Don juga sependapat jika kompetisi klasik itu banyak digelar di Semarang. Ini sangat pas karena Semarang punya Kota Lama, Gedung Lawang Sewu, yang bernuansa Eropa. “Dan saya tahu, Pemkot Semarang sedang serius menghidupkan romantisme Kota Lama yang punya sejarah menjadi atraksi yang memikat untuk pasar Eropa,” tambahnya.

Direktur Opus Nusantara selaku penyelenggara, Nora Aprilita, menjelaskan, dari 105 peserta, 90 persen dari luar kota. Seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Bogor, Cirebon, Pekanbaru, Bintan, Batam, dan lainnya. Sisanya 10 persen dari Semarang.

Wakil Walikota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, yang menutup event mengaku akan mensuport penuh gelaran musik klasik seperti ini. Bahkan Pemkot Semarang bersedia memberikan space di Kota Lama Semarang dengan konsep outdor (luar ruang).

“Kota Lama Semarang itu Little Netherland, musik klasik seperti piano dan biola sangat pas jika dimainkan di Kota Lama, kami berharap event kedepan bisa memakai Kota Lama, karena ada tempat outdoor disana, suasana pun akan bernuansa sangat klasik Eropa sekali dengan bangunan kuno gaya klasik di sana,” paparnya.

Ita, sapaan akrabnya mengaku salut dengan Opus Nusantara yang mampu menyelanggarakan event bergengsi musik klasik ini di Semarang dalam waktu dua minggu dengan dua event berbeda.

“Dua minggu lalu kompetisi piano juga di Semarang, sekarang biola, saya ingin dua event ini dikawinkan kedepannya. Saya akan mengusulkan memperebutkan Piala Walikota Semarang,” tukasnya.

Direktur Opus Nusantara selaku penyelenggara, Nora Aprilita, menjelaskan, dari 105 peserta, 90 persen dari luar kota. Seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Bogor, Cirebon, Pekanbaru, Bintan, Batam, dan lainnya. Sisanya 10 persen dari Semarang.

“Kompetisi ke tiga ini lebih berkualitas. Tingkat keahlian bermain biola lebih profesional. Mereka benar-benar mempersiapkan diri,” katanya.

Event ketiga ini special karena ada hadiah grand prize berupa piala bergilir. Sebuah biola hight class pabrikan asal Prancis dari Jerome Thibouville Lamy Workshop, Mirecourt-Prancis, yang diproduksi tahun 1920. Harganya mencapai ratusan juta, dibanding harga biola kebanyakan yang hanya kisaran puluhan juta.Hadiah grand prize itu disponsori Dedi Sjahrir Panigoro, seorang pemerhati musik klasik. Dedi juga adik kandung dari pengusaha Arifin Panigoro dan Chairman Meta Archipelago Hotels.

“Grand Prize piala bergilir atau biola berjalan selama satu tahun, hanya untuk penang Juara Kesatu kategori Adult. Karena ini biola hight class, jadi pemegangnya harus benar-benar familiar dan level advance, ya Adult. Bahkan dia juga berkesempatan untuk diikutkan perform soloist di Jakarta Sinfonietta Orchestra Jakarta,” katanya.

Dedi Sjahrir Panigoro, Dewan Komisaris Medco Group mengaku bahagia digelarnya event biola ini. Apalagi bertempat di Semarang menjadikan pemerataan dan kompetisi akan berimbang dan bisa merata.

“Saya sangat gembira karena ini digelar di Semarang tidak lagi Jakarta sentris. Harapannya bisa digelar di kota lainnya,” katanya.

Selama perhelatan dua hari, Dedi melihat potensi anak muda kian meningkat dan piawai dalam bermain biola. Mulai usia anak-anak, sampai uisa 12 tahun dan 20 tahun sudah mahir dan menghayati musik klasik dengan biola. “Main biola itu selain rasa juga kebutuhan iya, tak hanya bakat tapi juga kebutuhan. Karena main biola itu seni ketrampilan yang penting, sebagai alat untuk dia menjadi sukses berikutnya. (rel)

Event bergengsi nasional “The 3rd Semarang Open Violin Competition” digelar selama dua hari (2-3/9/2017) di Semarang. Staf Khusus Bidang Komunikasi Kementerian Pariwisata RI Don Kardono (baju batik), mengajak ratusan audience di Hotel Dafam, Jl Imam Bonjol Semarang itu untuk ngevote di #VoteVideoIndonesia.

SEMARANG, SUMUTPOS.CO – Event bergengsi nasional “The 3rd Semarang Open Violin Competition” yang digelar dua hari (2-3/9/2017) di Semarang, betul-betul heboh. Bukan hanya karena musik klasik yang semakin digemari oleh masyarakat Indonesia, tetapi di ajang kompetisi bermain biola itu Kemenpar sekaligus mensosialisasikan #VoteVideoIndonesia.

Staf Khusus Bidang Komunikasi Kementerian Pariwisata RI Don Kardono, yang diberi kesempatan memberikan sambutan, langsung mengajak ratusan audience di Hotel Dafam, Jl Imam Bonjol Semarang itu untuk ngevote. Video pendek tutorial pun diputar, di dua screen sayap kiri dan kanan, bagaimana cara masuk ke pemungutan suara itu.

“Silakan buka smartphone, off kan wifi, gunakan paket data sendiri, untuk nge-vote. Karena 1 IP Address 1 Vote, 1 HP 1 suara, 1 email 1 angka. Silakan masuk di indonesia.travel/vote4id, lalu masukkan nama, email, dan pilih video wonderful Indonesia! Terakhir di submit!” ajak Don Kardono.

Ayah, ibu, kakek, nenek, paman, bibi, kakak, adik peserta violin itu pun memperhatikan dengan serius. “Terima kasih, Salam Pesona Indonesia!” sebut Don.

Seperti diketahui, kompetisi musik klasik ketiga kalinya ini telah menjadi magnet baru wisata kota Semarang. Buktinya, dari jumlah peserta yang ikut 90 persen berasal dari luar kota. Jakarta, Surabaya, Bandung, Kepri, Jogja, dan lainnya.

Selain itu juga menjadi hiburan bagi ekspatriat yang hobi musik klasik di kota Lunpia. Even-even semacam itu telah menyatu dengan salah satu strategi Kemenpar dalam menjaring wisatawan dari Eropa dan Amerika.

“Tahun ini ada peningkatan wisman Eropa dan Amerika naik tajam. Mereka adalah penikmat klasik. Kita juga punya banyak Kota Lama, yang bergaya arsitektur Belanda. Musik klasik akan menemukan atmosfernya,” katanya saat memberi sambutan penutupan acara ini di hotel Dafam Semarang, Minggu (3/9/2017).

Don juga sependapat jika kompetisi klasik itu banyak digelar di Semarang. Ini sangat pas karena Semarang punya Kota Lama, Gedung Lawang Sewu, yang bernuansa Eropa. “Dan saya tahu, Pemkot Semarang sedang serius menghidupkan romantisme Kota Lama yang punya sejarah menjadi atraksi yang memikat untuk pasar Eropa,” tambahnya.

Direktur Opus Nusantara selaku penyelenggara, Nora Aprilita, menjelaskan, dari 105 peserta, 90 persen dari luar kota. Seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Bogor, Cirebon, Pekanbaru, Bintan, Batam, dan lainnya. Sisanya 10 persen dari Semarang.

Wakil Walikota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, yang menutup event mengaku akan mensuport penuh gelaran musik klasik seperti ini. Bahkan Pemkot Semarang bersedia memberikan space di Kota Lama Semarang dengan konsep outdor (luar ruang).

“Kota Lama Semarang itu Little Netherland, musik klasik seperti piano dan biola sangat pas jika dimainkan di Kota Lama, kami berharap event kedepan bisa memakai Kota Lama, karena ada tempat outdoor disana, suasana pun akan bernuansa sangat klasik Eropa sekali dengan bangunan kuno gaya klasik di sana,” paparnya.

Ita, sapaan akrabnya mengaku salut dengan Opus Nusantara yang mampu menyelanggarakan event bergengsi musik klasik ini di Semarang dalam waktu dua minggu dengan dua event berbeda.

“Dua minggu lalu kompetisi piano juga di Semarang, sekarang biola, saya ingin dua event ini dikawinkan kedepannya. Saya akan mengusulkan memperebutkan Piala Walikota Semarang,” tukasnya.

Direktur Opus Nusantara selaku penyelenggara, Nora Aprilita, menjelaskan, dari 105 peserta, 90 persen dari luar kota. Seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Bogor, Cirebon, Pekanbaru, Bintan, Batam, dan lainnya. Sisanya 10 persen dari Semarang.

“Kompetisi ke tiga ini lebih berkualitas. Tingkat keahlian bermain biola lebih profesional. Mereka benar-benar mempersiapkan diri,” katanya.

Event ketiga ini special karena ada hadiah grand prize berupa piala bergilir. Sebuah biola hight class pabrikan asal Prancis dari Jerome Thibouville Lamy Workshop, Mirecourt-Prancis, yang diproduksi tahun 1920. Harganya mencapai ratusan juta, dibanding harga biola kebanyakan yang hanya kisaran puluhan juta.Hadiah grand prize itu disponsori Dedi Sjahrir Panigoro, seorang pemerhati musik klasik. Dedi juga adik kandung dari pengusaha Arifin Panigoro dan Chairman Meta Archipelago Hotels.

“Grand Prize piala bergilir atau biola berjalan selama satu tahun, hanya untuk penang Juara Kesatu kategori Adult. Karena ini biola hight class, jadi pemegangnya harus benar-benar familiar dan level advance, ya Adult. Bahkan dia juga berkesempatan untuk diikutkan perform soloist di Jakarta Sinfonietta Orchestra Jakarta,” katanya.

Dedi Sjahrir Panigoro, Dewan Komisaris Medco Group mengaku bahagia digelarnya event biola ini. Apalagi bertempat di Semarang menjadikan pemerataan dan kompetisi akan berimbang dan bisa merata.

“Saya sangat gembira karena ini digelar di Semarang tidak lagi Jakarta sentris. Harapannya bisa digelar di kota lainnya,” katanya.

Selama perhelatan dua hari, Dedi melihat potensi anak muda kian meningkat dan piawai dalam bermain biola. Mulai usia anak-anak, sampai uisa 12 tahun dan 20 tahun sudah mahir dan menghayati musik klasik dengan biola. “Main biola itu selain rasa juga kebutuhan iya, tak hanya bakat tapi juga kebutuhan. Karena main biola itu seni ketrampilan yang penting, sebagai alat untuk dia menjadi sukses berikutnya. (rel)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/