Elisabet juga berharap, wisatawan Amerika Serikat bisa menentukan liburan dengan digoda image yang Kemenparkan tawarkan kepada mereka. “Agensi di Amerika mengatakan Bali. Kita buatkan tentang Bali, juga Komodo. Jadi Indonesia gak hanya tentang Bali. Surfing di G-Land, Raja Ampat, dan Gebogan di Bali. Amerika semua suka,” katanya.
Pihak Kementerian Pariwisata telah menyiapkan materi promosi tersebut sejak beberapa bulan yang lalu. Menurutnya, Times Square sendiri merupakan kawasan yang potensial untuk media luar ruang karena akan banyak dilihat oleh orang yang berlalu-lalang di sana.
“Di sana itu pusat toko-toko dan juga pusat bisnis. Ada trem yang lewat sana. Sekitar 39 juta per tahun masyarakat New York berkumpul di sana. Itu termasuk wisatawan mancanegara di sana. Kita berharap dengan promosi itu kunjungan wisatawan mancanegara dari New York akan bertambah. Harapan kita wisatawan mancanegara yang ada di New York juga secara tidak langsung bisa ke Indonesia,” ujarnya.
Pitana juga menambahkan, jika Time Squere dipilih karena merupakan kawasan yang potensial untuk media luar ruang karena akan banyak dilihat oleh orang yang berlalu-lalang di sana. “Media yang digunakan berukuran 36’x86’ kaki yang berlokasi di Trifecta – 5 Times Square & 42nd (Panel 1), sementara lainnya berukuran 46’ x 81’6 “ kaki yang berlokasi di 7th Ave & 48t,” katanya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya juga menjelaskan, jika promosi merupakan investasi jangka panjang (long term invesment), Menpar mencari momentum dan memilih media promosi yang pas sehingga lebih efektif, lebih viral, dan mewarnai media sosial. Menurut Menpar Arief promosi tidak boleh berhenti meski jumlah wisatawan asing ke Indonesia terus meningkat.
“Branding seperti yang dilakukan melalui pemasangan billboard atau image-image wonderful Indonesia di taksi, bus, kereta di luar negeri, tidak serta merta langsung dapat dievaluasi dampaknya terhadap kedatangan wisman, namun ini terlihat lebih kepada peningkatan performansi branding Wonderful Indonesia yang meningkat,” ujarnya. (rel)
Elisabet juga berharap, wisatawan Amerika Serikat bisa menentukan liburan dengan digoda image yang Kemenparkan tawarkan kepada mereka. “Agensi di Amerika mengatakan Bali. Kita buatkan tentang Bali, juga Komodo. Jadi Indonesia gak hanya tentang Bali. Surfing di G-Land, Raja Ampat, dan Gebogan di Bali. Amerika semua suka,” katanya.
Pihak Kementerian Pariwisata telah menyiapkan materi promosi tersebut sejak beberapa bulan yang lalu. Menurutnya, Times Square sendiri merupakan kawasan yang potensial untuk media luar ruang karena akan banyak dilihat oleh orang yang berlalu-lalang di sana.
“Di sana itu pusat toko-toko dan juga pusat bisnis. Ada trem yang lewat sana. Sekitar 39 juta per tahun masyarakat New York berkumpul di sana. Itu termasuk wisatawan mancanegara di sana. Kita berharap dengan promosi itu kunjungan wisatawan mancanegara dari New York akan bertambah. Harapan kita wisatawan mancanegara yang ada di New York juga secara tidak langsung bisa ke Indonesia,” ujarnya.
Pitana juga menambahkan, jika Time Squere dipilih karena merupakan kawasan yang potensial untuk media luar ruang karena akan banyak dilihat oleh orang yang berlalu-lalang di sana. “Media yang digunakan berukuran 36’x86’ kaki yang berlokasi di Trifecta – 5 Times Square & 42nd (Panel 1), sementara lainnya berukuran 46’ x 81’6 “ kaki yang berlokasi di 7th Ave & 48t,” katanya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya juga menjelaskan, jika promosi merupakan investasi jangka panjang (long term invesment), Menpar mencari momentum dan memilih media promosi yang pas sehingga lebih efektif, lebih viral, dan mewarnai media sosial. Menurut Menpar Arief promosi tidak boleh berhenti meski jumlah wisatawan asing ke Indonesia terus meningkat.
“Branding seperti yang dilakukan melalui pemasangan billboard atau image-image wonderful Indonesia di taksi, bus, kereta di luar negeri, tidak serta merta langsung dapat dievaluasi dampaknya terhadap kedatangan wisman, namun ini terlihat lebih kepada peningkatan performansi branding Wonderful Indonesia yang meningkat,” ujarnya. (rel)