Sementara, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kementerian Pariwisata, Esthy Reko Astuti yang hadir ikut membuka mengatakan Semargres menjadi salah satu event yang mendorong wisata belanja baik bagi wisatawan asing maupun domestik. Wisatawan menurutnya kini tak hanya tertarik pada wisata leisure tetapi juga mulai melirik segi experience-nya.
“Nah, spendingnya setelah leisure perjalanan wisata ya experience, dengan berwisata belanja inilah menjadi daya tarik dari Semargres ini,” katanya.
Dia menyampaikan, Kemenpar kini mengembangkan wisata belanja dengan mendorong daerah memperbanyak event-event wisata belanja dan kuliner. Data surveinya ada target 15 juta kunjungan wisatawan manca dan domestik di 2017, 3,4 juta diantaranya milik wisata belanja dan kuliner.
“Media promosi konvensional seperti Semargres ini sangat bagus. Jadi ada kombine promosi mulai produk sendiri dan even sebagai daya tarik. Dampaknya pasti secara bisnis, karena tak hanya pengusaha atas juga ada dari UKM dan pedagang tradisional. Apalagi semarang juga banyak kegiatan dalam HUT- nya. Ini bagus,” tambahnya.
Dia juga mengapresiasi Pemkot Semarang dengan melibatkan pedagang kecil pasar tradisional dan UMKM. Hal ini bisa menjadi ikon tersendiri bagi wisatawan, seperti dalam mencari kuliner dan produk kreatif khas daerah.
“Pasar tradisional dilibatkan sehingga orang datang tak hanya ke pasar modern saja tapi ke tingkat bawa juga. Even ini, pelaku usaha kecil tak gigit jari hanya melihat tapi ikut terlibat, sehingga akan berdampak langsung kemasyarakat,” katanya.
Menpar Arief Yahya mengapresiasi penyelenggaraan Semarang Great Sale 2017 yang memasuki tahun ke-7 dengan target transaksi dan jumlah wisatawan yang terus meningkat. “Event Semarang Great Sale sebagai daya tarik Kota Semarang sebagai destinasi wisata belanja dan kuliner. Wisata ini dalam fortopolio bisnis pariwisata memiliki porsi besar untuk menarik wisatawan,” kata Menpar. (rel)
Sementara, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kementerian Pariwisata, Esthy Reko Astuti yang hadir ikut membuka mengatakan Semargres menjadi salah satu event yang mendorong wisata belanja baik bagi wisatawan asing maupun domestik. Wisatawan menurutnya kini tak hanya tertarik pada wisata leisure tetapi juga mulai melirik segi experience-nya.
“Nah, spendingnya setelah leisure perjalanan wisata ya experience, dengan berwisata belanja inilah menjadi daya tarik dari Semargres ini,” katanya.
Dia menyampaikan, Kemenpar kini mengembangkan wisata belanja dengan mendorong daerah memperbanyak event-event wisata belanja dan kuliner. Data surveinya ada target 15 juta kunjungan wisatawan manca dan domestik di 2017, 3,4 juta diantaranya milik wisata belanja dan kuliner.
“Media promosi konvensional seperti Semargres ini sangat bagus. Jadi ada kombine promosi mulai produk sendiri dan even sebagai daya tarik. Dampaknya pasti secara bisnis, karena tak hanya pengusaha atas juga ada dari UKM dan pedagang tradisional. Apalagi semarang juga banyak kegiatan dalam HUT- nya. Ini bagus,” tambahnya.
Dia juga mengapresiasi Pemkot Semarang dengan melibatkan pedagang kecil pasar tradisional dan UMKM. Hal ini bisa menjadi ikon tersendiri bagi wisatawan, seperti dalam mencari kuliner dan produk kreatif khas daerah.
“Pasar tradisional dilibatkan sehingga orang datang tak hanya ke pasar modern saja tapi ke tingkat bawa juga. Even ini, pelaku usaha kecil tak gigit jari hanya melihat tapi ikut terlibat, sehingga akan berdampak langsung kemasyarakat,” katanya.
Menpar Arief Yahya mengapresiasi penyelenggaraan Semarang Great Sale 2017 yang memasuki tahun ke-7 dengan target transaksi dan jumlah wisatawan yang terus meningkat. “Event Semarang Great Sale sebagai daya tarik Kota Semarang sebagai destinasi wisata belanja dan kuliner. Wisata ini dalam fortopolio bisnis pariwisata memiliki porsi besar untuk menarik wisatawan,” kata Menpar. (rel)